Revitalisasi Tari Jawa Gaya Surakarta Lewat Topeng Sekartaji
Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ruang perenungan—baik bagi para pelaku seni maupun penontonnya
Narasi pertunjukan tidak menampilkan sosok Dewi Sekartaji secara literal.
Sebaliknya, figur tersebut dihadirkan melalui relasi antara gerak, tata cahaya, dan narasi pembuka.
Kostum dan artistik ditata dengan penuh simbol, hasil diskusi panjang antara tim kreatif yang menjadikan setiap elemen panggung sebagai bagian dari bahasa artistik.
Baca juga: Indonesia Harumkan Panggung Dunia, Tarian Ramphak Geulumbang Menangkan Kompetisi Dancing di Italia
“Para penari tampil sederhana namun anggun. Mereka menjelma sebagai penjaga cerita yang menggugah, bukan sebagai tokoh utama. Itulah ruh pertunjukan ini,” tutur Prasanti.
Merayakan Pengabdian, Bukan Popularitas
Lebih dari sekadar tontonan, Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ruang perenungan—baik bagi para pelaku seni maupun penontonnya.
Ini adalah karya yang tidak diburu untuk sensasi, melainkan untuk menyuarakan nilai: kesetiaan, ketulusan, dan dedikasi dalam berkesenian.
“Ini pengalaman yang menegangkan, tapi juga menggembirakan. Kami bekerja lintas kota, lintas profesi, dengan satu tujuan: menjaga dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya Jawa,” kata Prasanti dengan mata berbinar.
Dengan pendekatan kolektif dan semangat gotong royong yang menjadi denyut nadi produksi ini, Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menegaskan bahwa seni tradisi bukanlah artefak yang beku.
Ia hidup, tumbuh, dan terus berkembang—selama masih ada yang bersedia menghidupinya dengan jiwa yang bersih dan hati yang jernih.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Menghidupkan Kembali Tradisi dalam Seni Tari 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji'
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.