Kamis, 2 Oktober 2025

Revitalisasi Tari Jawa Gaya Surakarta Lewat Topeng Sekartaji

Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ruang perenungan—baik bagi para pelaku seni maupun penontonnya

|
Editor: Eko Sutriyanto
ISTIMEWA
SENI TARI - Pertunjukan tari bertajuk 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji'. Karya ini akan dipentaskan perdana dalam Festival Bedhayan V – Panca Utsava Bedhayan di Gedung Kesenian Jakarta, pada 9 Agustus 2025 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam lanskap seni pertunjukan yang semakin dinamis, sebuah karya baru lahir dari perjumpaan dua komunitas seni lintas kota, mengusung nilai-nilai klasik yang dikemas dalam semangat kekinian. 

Bertajuk Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji, karya ini menjadi manifestasi kolaborasi, pengabdian, dan kekuatan budaya kolektif yang melampaui batas geografis dan generasi.

Karya tersebut akan dipentaskan perdana dalam Festival Bedhayan V – Panca Utsava Bedhayan di Gedung Kesenian Jakarta, 9 Agustus 2025. 

Digarap dalam waktu singkat—kurang dari tiga bulan sejak pertengahan Mei—produksi ini menjadi bukti nyata bahwa spirit kolektif mampu melahirkan karya seni yang otentik dan penuh daya gugah, meski dihadapkan pada tantangan logistik dan waktu yang menekan.

Proses kreatif Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ajang pertemuan dua komunitas: Sanggar Tari Nur Sekar Kinanti (NSK) dari Jakarta dan Sekartaji Art Solo (SAS) dari Surakarta.

Masing-masing membawa karakter, kekuatan, dan filosofi berkesenian yang berbeda namun saling melengkapi.

Baca juga: Seni Tari Jakarta di Panggung Dunia, Diplomasi Budaya Pelajar SMP yang Menginspirasi

NSK berperan sebagai produser, menangani seluruh aspek non-artistik seperti penggalangan dana, penyusunan proposal, promosi, hingga logistik.

Di sisi lain, SAS bertindak sebagai pelaksana produksi, mengerahkan para penari, pengrawit, dan seniman alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta untuk merealisasikan konsep pertunjukan.

Menariknya, satu-satunya yang bukan berasal dari lingkungan ISI adalah Prasanti Andrini, pimpinan NSK yang juga menjadi koreografer utama.

Berkat dorongan Toni Haryo Saputro—pencipta garapan tari sekaligus sahabat lamanya—Prasanti menapak babak baru dalam kariernya, bertransisi dari penari menjadi penata tari.

“Ini adalah karya yang lahir dari ikatan persahabatan dan kepercayaan. Toni mendorong saya untuk naik kelas, dan saya menyambutnya dengan rasa haru dan tanggung jawab besar,” ujar Prasanti dalam keterangannya seperti dikutip, Kamis (7/8/2025).

Transformasi Tradisi ke Ranah Kontemporer

Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji bukan sekadar karya tari. Ia adalah upaya merajut ulang tradisi Bedhayan gaya Surakarta ke dalam bingkai kontemporer, tanpa kehilangan akar filosofis dan nilai estetiknya.

Pementasan ini menghadirkan sembilan penari perempuan yang menari dengan topeng.

Dalam tradisi Bedhayan, penari biasanya mengedepankan ekspresi lembut dan harmoni gerak. 

Namun dalam karya ini, topeng menjadi medium yang meniadakan ekspresi personal, menggantinya dengan wajah kolektif yang seragam—sebuah metafora tentang pengabdian total dan hilangnya ego dalam laku seni.

Narasi pertunjukan tidak menampilkan sosok Dewi Sekartaji secara literal.

Sebaliknya, figur tersebut dihadirkan melalui relasi antara gerak, tata cahaya, dan narasi pembuka.

Kostum dan artistik ditata dengan penuh simbol, hasil diskusi panjang antara tim kreatif yang menjadikan setiap elemen panggung sebagai bagian dari bahasa artistik.

Baca juga: Indonesia Harumkan Panggung Dunia, Tarian Ramphak Geulumbang Menangkan Kompetisi Dancing di Italia  

“Para penari tampil sederhana namun anggun. Mereka menjelma sebagai penjaga cerita yang menggugah, bukan sebagai tokoh utama. Itulah ruh pertunjukan ini,” tutur Prasanti.

Merayakan Pengabdian, Bukan Popularitas

Lebih dari sekadar tontonan, Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ruang perenungan—baik bagi para pelaku seni maupun penontonnya.

Ini adalah karya yang tidak diburu untuk sensasi, melainkan untuk menyuarakan nilai: kesetiaan, ketulusan, dan dedikasi dalam berkesenian.

“Ini pengalaman yang menegangkan, tapi juga menggembirakan. Kami bekerja lintas kota, lintas profesi, dengan satu tujuan: menjaga dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya Jawa,” kata Prasanti dengan mata berbinar.

Dengan pendekatan kolektif dan semangat gotong royong yang menjadi denyut nadi produksi ini, Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menegaskan bahwa seni tradisi bukanlah artefak yang beku.

Ia hidup, tumbuh, dan terus berkembang—selama masih ada yang bersedia menghidupinya dengan jiwa yang bersih dan hati yang jernih.

 

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Menghidupkan Kembali Tradisi dalam Seni Tari 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji'

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved