Selain itu, lanjutnya, Lingkungan yang kondusif bisa dibangun ketika seorang yang berpuasa tidak hanya memaknai puasa secara sempit, atau terbatas pada menahan makan, minum, dan hubungan suami istri. Namun, ia juga mampu menahan amarah, perkataan kasar, atau yang menyakitkan orang lain.
Tentunya hal ini tidak hanya berlaku kepada hubungan sesama umat Islam saja, tetapi juga untuk seluruh masyarakat, terlepas apapun golongan atau agamanya.
Direktur Amir Mahmud Center ini menekankan bahwa bulan Ramadan harus dijadikan momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan, empati, dan toleransi. Perbedaan yang biasa terjadi, seperti dimulainya waktu puasa menjadi hal sepele jika dibandingkan dengan esensi dari ibadah itu sendiri.
“Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan moral. Dengan memanfaatkan momen ini dengan baik, umat beragama di Indonesia dapat membentuk masyarakat yang lebih baik, lebih damai, dan lebih toleran,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.