Virus Corona
Dalam 24 Jam Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Tambah 13.379, Akankah Gubernur Anies Tarik Rem Darurat?
Jumlah kasus baru Covid-19 di Ibu Kota Jakarta hari ini Jumat (4/2/2022) bertambah 13.379. akankah anies
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah kasus baru Covid-19 di Ibu Kota Jakarta hari ini Jumat (4/2/2022) bertambah 13.379.
Sebanyak 12.891 berasal dari transmisi lokal dan sisanya 488 PPLN.
Akankah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengabil kebijakan tarik rem darurat?
Kenyataanya, Anies Baswedan masih enggan menarik rem darurat meski penyebaran Covid-19 terus meroket di wilayahnya.
Anies bilang, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) pasien Covid-19 di rumah sakit jadi salah satu faktor penentuan kebijakan rem darurat.
“Kami sedang monitoring terus. Dan kalau kita lihat perjalanan selama ini, salah satu faktor untuk menetapkan pengetatan adalah tentang keterisian di rumah sakit,” kata Anies di kawasan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2022).
Diketahui, BOR di 140 rumah sakit rujukan Covid-19 di DKI Jakarta saat ini sudah mencapai 57 persen.
Baca juga: Gubernur Anies Diberi Tugas Pemerintah Pusat Tentukan Konsep Jakarta Setelah Tak Lagi Jadi Ibu Kota
Angka ini pun dinilai masih cukup aman sehingga kebijakan rem darurat belum diambil Pemprov DKI.
“Untuk mencegah penularan, maka kita taati protokol kesehatan. Ketika terjadi peningkatan dalam keterisian rumah sakit, maka pengendaliannya adalah dengan mengurangi mobilitas,” ujarnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menyebut, hal ini berkaca dari pengalaman sebelumnya, khususnya saat gelombang kedua Covid-19 melanda ibu kota pada pertengahan Juni 2021 lalu.
Kala itu, Anies menarik rem darurat saat tingkat keterisian rumah sakit rujukan mencapai 90 persen dan BOR ruang Intensive Care Unit (ICU) di kisaran 81 persen.
“Kita ingat ketika di bulan Juni-Juli 2021 lalu, ketika jumlah tempat tidur untuk perawatan dibutuhkan meningkat signifikan, kemudian kita harus meningkatkan kapasitas. Itu berlomba jumlah kebutuhan dengan kapasitas yang harus kita siapkan,” kata Anies.
“Nah, saat ini situasinya masih bisa dibilang secara jumlah masih relatif agak kecil,” tambahnya menjelaskan.
Walau demikian, orang nomor satu di DKI ini menegaskan bahwa tidak menutup kemungkinan rem darurat akan dilakukan bila kasu terus meroket.
Baca juga: Sebaran 32.211 Kasus Baru Covid-19 di 34 Provinsi Indonesia: Jakarta, Jabar, dan Banten Tertinggi
Untuk itu, Pemprov DKI melalui Dinas Kesehatan sampai saat ini masih terus memantau situasi dan kondisi terkini di rumah sakit dan tempat isolasi terkendali.
“Jadi sekarang kita monitor terus tentang keterisian rumah sakit. Kemudian, bila terlihat ada tren yang berubah, meningkat signifikan sehingga mengkhawatirkan dari sisi kapasitas rumah sakit, maka bisa dilakukan pengetatan,” tuturnya.
“Jadi selama ini, cara mengambil keputusannya begitu,” sambungnya.
Epidemiolog sebut warga Jakarta punya modal melawan
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai, kebijakan rem darurat di DKI Jakarta belum terlalu mendesak untuk diterapkan meski angka kasus Covid-19 terus meroket beberapa pekan terakhir.
Menurutnya, warga Jakarta kini sudah punya modal imun yang cukup untuk bertahan dari ancaman varian Omicron.
Pasalnya, angka vaksinasi Covid-19 di ibu kota sudah sangat tinggi.
Bahkan, sudah lebih dari 100 persen.
"Kita tidak mengarah ke pendekatan lockdown atau benar-benar membatasi, enggak ya. Karena kita sudah punya modal besar dari sisi imunitas," ucapnya saat dihubungi, Rabu (2/2/2022).
Baca juga: Obat Herbal untuk Pasien Isoman Covid-19 dengan Gejala Ringan atau Tanpa Gejala
Capaian vaksinasi Covid-19 dosis kedua juga sudah sangat tinggi, yaitu mencapai 98,5 persen atau 9,9 juta orang.
Bahkan, program vaksin booster kini terus dikebut oleh Pemprov DKI demi melindungi warganya dari Covid-19.
"Sekarang bagaimana memastikan modal besar ini bisa dimanfaatkan dengan tepat," ujarnya.
Untuk itu ia menyebut, berapapun level PPKM yang diterapkan di Jakarta, yang terpenting pemerintah harus memastikan aktivitas sosial ekonomi hanya dilakukan oleh orang-orang yang punya imunitas tinggi.
"Artinya sebenarnya PPKM bisa level 2 atau 3, tapi ada ketentuan memastikan aktivitas ekonomi dan sosial semua diikuti orang-orang yang punya imunitas tinggi.
Kemudian, warga yang belum divaksin benar-benar dibatasi aktivitasnya sehingga mereka tidak bisa bepergian jauh dari rumah.
Baca juga: Sebut Kebijakan Ganjil Genap Masih Diperlukan, Wagub DKI: Ikuti Kata Pak Jokowi, Bekerja dari Rumah
"Jadi dibatasi zonasinya, ini yang akan mengurangi potensi penyebaran atau terpaparnya orang-orang yang rentan atau rawan," tuturnya.
UPDATE Keterisian BOR RS Covid-19 di Jakarta Melonjak jadi 60 Persen
Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di DKI Jakarta terus meningkat dan kini mencapai 60 persen.
Data dari Pemprov DKI Jakarta pada Rabu (2/2/2022) menunjukkan keterisian BOR ini naik 3 persen dibandingkan sehari sebelumnya.
Dengan demikian, saat ini sebanyak 60 persen atau 3.072 dari total 5.111 tempat tidur di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 telah terisi.
Keterisian tempat tidur ruang intensive care unit (ICU) untuk pasien Covid-19 juga mengalami kenaikan dari 22 persen menjadi 28 persen dalam satu hari.
Saat ini, sebanyak 187 ruang ICU telah terisi dari total keseluruhan sebanyak 679 ruangan yang ada.
42 Bus Sekolah Disiapkan
Pemprov DKI Jakarta mulai bergerak mengantisipasi lonjakan kasus baru Covid-19 di Ibu Kota.
Sebanyak 42 armada bus sekolah disiapkan untuk dialihfungsikan sebagai bus pengantaran pasien positif Covid-19 ke RSDC Wisma Atlet.
Kepala Unit Pengelola Angkutan Sekolah Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Ali Murthadho mengatakan puluhan bus ini bakal disiapkan bila nantinya terjadi gelombang ketiga Covid-19.
"Sudah kami siapkan unit tambahan kalau diperlukan. Kami bisa siapkan sampai sudah 42 unit," ujarnya kepada TribunJakarta.com, Selasa (1/2/2022).
Namun, lantaran permintaan pengantaran pasien dari puskesmas ke RSDC Wisma Atlet masih terkendali, pihaknya baru mengerahkan 12 armada bus sekolah.
Tambahan pengerahan bus sekolah bakal disesuaikan dengan banyaknya permintaan pengantaran seiring melonjaknya kasus aktif Covid-19 di Jakarta.
"Saat ini masih 12 bus sekolah dari 211 armada yang digunakan untuk pengantaran pasien Covid-19. Jumlahnya masih sama sejak tanggal 6 Januari 2022 lalu," jelasnya. (*)
Artikel ini sudah tayang di TribunJakarta dengan judul Rem Darurat Dinilai Belum Mendesak di DKI, Epidemiolog: Warga Jakarta Punya Modal Lawan Covid-19 dan Rem Darurat Dinilai Belum Mendesak di DKI, Epidemiolog: Warga Jakarta Punya Modal Lawan Covid-19