Kamis, 2 Oktober 2025

Kasus Mutilasi di Apartemen

Ahli Minta Dua Sejoli Maut Pembunuh & Pemutilasi di Kalibata Dihukum dengan Maksimal, Apa Alasannya?

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel berharap aparat penegak hukum memberikan hukuman maksimal kepada sepasang kekasih

Kolase Tribunnews (Tangkap layar channel YouTube Baitul Maal Hidayatullah dan http://tribratanews.kalteng.polri.go.id)
Ahli Minta Dua Sejoli Maut Pembunuh & Pemutilasi di Kalibata Dihukum dengan Maksimal, Apa Alasannya? 

TRIBUNNEWS.COM- Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel berharap aparat penegak hukum memberikan hukuman maksimal kepada sepasang kekasih berinisial DAF (26) dan LAS (27).

Diketahui keduanya adalah pelaku pembunuhan dan mutilasi Rinaldi Harley Wismanu (32) di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Reza berasumsi adanya riwayat kejahatan dan kefasihan sebagai hasil belajar, ditambah dengan hasil studi bahwa faktor finansial merupakan prediktor yang kuat DAF (26) dan LAS (27) adalah residivisme pelaku pembunuhan.

"Maka semoga Polda Metro Jaya dan Kejaksaan memaksimalkan ancaman pidana bagi dua sejoli maut itu," katanya kepada Tribunnews, Sabtu (19/9/2020).

Baca: Polisi: Kedua Pelaku Mutilasi di Apartemen Kalibata City Terancam Hukuman Mati

Baca: Terungkap Motif Pelaku Mutilasi di Kalibata City, Mengaku Ingin Kuasai Harta Korban

Reza menduga, DAF dan LAS telah melakukan aksi kejatahan lebih dari satu kali.

"Modus yang rapi, yaitu menjebak korban secara seksual, boleh jadi mengindikasikan bahwa secara berkelompok para pelaku pernah melakukan modus serupa sebelumnya."

"Alhasil, betapa pun kebablasan, penggunaan modus yang sama atas diri korban terakhir merupakan bukti kefasihan sekaligus puncak karier kriminal para pelaku. Kriminal generalis, bukan spesialis pembunuhan," katanya.

Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel dalam tangkapan layar di Youtube Kompas TV 15 Mar 2017
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel dalam tangkapan layar di Youtube Kompas TV 15 Mar 2017 (Kompas TV)

Reza melanjutkan analisisnya, aksi pembunuhan disusul memutilasi korbannya yang dilakukan LAS dan DFA memang sadis.

Kesadisan itu diasosiasikan dengan luapan emosi negatif.

"Faktanya, mengacu investigasi Polda Metro Jaya, tidak demikian. Kasus ini tampaknya termasuk tipe pembunuhan instrumental-gratifikasi (ekonomi)," imbuhnya.

Ia menilai niat awal para pelaku adalah merampas harta.

Baca: Terungkap Motif Pelaku Mutilasi di Kalibata City, Mengaku Ingin Kuasai Harta Korban

Baca: Kapolda: Jenazah Korban Mutilasi Dibawa Pelaku ke Kalibata City Pakai Taksi Online

Tapi karena korban melawan, terjadi benturan fatal.

Perilaku pelaku kebablasan, sehingga perampokan dan pemerasan berencana justru menjadi pembunuhan.

"Aksi mutilasi mereka pun bukan didorong oleh emosi, tapi dilatari motif instrumental tidak ada sangkut pautnya dengan suasana hati pula, yaitu untuk menghalangi kerja kepolisian."

"Tubuh korban dicacah-cacah dengan maksud agar barang bukti lebih mudah dihilangkan, pelarian diri dari TKP lebih cepat, dan korban tidak dapat diidentifikasi," tandasnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved