Selasa, 30 September 2025

Eksklusif Tribunnews

Edo Senang Omset Toko Jamu Miliknya Naik

Bermodal sebuah alat peracik, Edo secara piawai menggerus dan menggiling sejumlah bahan yang digunakan untuk membuat Kuku Bima.

Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM/LUCIUS GENIK
Edo, penjual jamu. Ia mengaku omset dari toko jamu miliknya naik saat wabah Corona sekarang ini. 

Laporan wartawan tribunnews.com, Lucius Genik

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-Di tengah kasus virus corona (Covid-19) yang terus bertambah di Tanah Air, sejumlah pelaku bisnis di sektor informal masih membuka tokonya dengan berbagai alasan. Mulai dari untuk memenuhi kebutuhan para konsumen langganan, hingga memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Baca: UPDATE Corona Banten 1 April 2020: 152 Kasus Positif, 7 Sembuh, 14 Meninggal Dunia

Salah satunya yakni Edo (30), pria asal Padang, Sumatera Barat. Ia adalah pemilik toko Jamu Cap Potret Nyonya Meneer yang berlokasi di Jalan Raya Gongseng, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Ketika ditemui, Selasa (31/3) petang, Edo terlihat sedang sibuk meracik jamu Kuku Bima pesanan seorang pelanggan. Ia sedianya terlihat amat telaten melakoni pekerjaannya.

Baca: Daftar Sebaran Virus Corona di Indonesia per Rabu (1/4/2020): Kasus di DKI Jakarta Capai 808

Bermodal sebuah alat peracik, Edo secara piawai menggerus dan menggiling sejumlah bahan yang digunakan untuk membuat Kuku Bima. Pesanan tiba. Kepada pelanggannya, Edo berpesan agar Kuku Bima diminum dalam sekali teguk.

Kemudian, Edo juga menyiapkan jeruk hangat yang diletakan dalam sebuah sloki sebagai pembasuh Kuku Bima. Edo mengatakan, "Harus langsung diminum jamunya. Khasiatnya banyak untuk kesehatan," kata dia.

Baca: Akses Menuju Pantai di Kuta Utara Badung Ditutup

Sekira pukul 18:00 WIB, beberapa saat jelang salat Magrib, Edo bercerita kepada Tribun bahwa dirinya tidak panik di tengah mewabahnya pandemi virus Corona di Indonesia. Ia sengaja tetap membuka toko jamu miliknya untuk berbagai kepentingan. Salah satunya yakni memenuhi kebutuhan jamu para konsumennya.

"Saya sengaja tetap buka toko jamu, karena kebutuhan jamu para pelanggan saya ada yang rutin," ungkap Edo.

Selain itu, Edo juga mengaku tetap membuka toko jamunya lantaran ia harus memenuhi kebutuhan untuk hidup. Hal lain berkaitan dengan menjaga kesehatan masyarakat dengan menerapkan physical distancing, bagi Edo tidak sepenuhnya benar.

Baca: KSP: Izin Penerapan PSBB Berada di Tangan Menteri Kesehatan

Jamu, lanjut Edo, salah satu minuman tradisional yang berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh manusia. Apabila ia menutup toko jamunya, maka para pelanggannya justru akan kehilangan asupan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap fit.

"Selain juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya juga kasihan sama pelanggan tetap saya. Kalau tutup, mereka gimana mau sehat?," kata Edo.

Pria dengan logat khas Melayu ini mengatakan, virus corona memang menyeramkan. Dan ia beritikad turut membantu menjaga kesehatan masyarakat dengan tetap berjualan jamu.

Dikatakan Edo, opsi untuk tetap membuka toko jamu lantaran belakangan ini, di tengah mewabahnya virus corona, masyarakat banyak yang datang membeli jamu. Banyak yang tidak biasa minum jamu, akhirnya ikut minum.

"Saya sebenarnya kurang tahu alasannya. Tapi memang kalau saya perhatikan banyak pelanggan baru. Ada malah yang sama sekali tidak pernah minum, tapi ikut minum," jelas Edo.

Baca: Terbitkan Surat Edaran, Dinkes Sleman Larang Warga Semprotkan Disinfektan ke Tubuh Manusia

Walhasil, dengan bertambahnya pelanggan baru, penghasilan Edo pun bertambah banyak. Biasanya, per hari, pendapatan Edo dari berdagang jamu berkisar antara Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu. Namun, di tengah isu corona, pendapatan Edo dari berdagang jamu melejit. "Sekarang Alhamdulillah ada seribu (Rp 1 Juta) lebih perhari," katanya singkat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan