Kisah Pemulung Lahirkan di Gerobak, Sang Ibu Depresi Banyak yang Ingin Beli Bayinya
Sanudin (36) kebingungan saat istrinya Rosidah (35) tiba waktunya untuk melahirkan. Sang bayi pun lahir di gerobak.
"Mukmin ini lagi nyapu, dengar suara tangis bayi, lalu dia laporan sama Bu Lurah," tutur Eneng.
Ketika itu, Sanudin dan gerobaknya ditemukan di Jalan Susilo 1, di depan bengkel AC Mobil.
"Bu Lurah ngasih instruksi supaya kader PKK terdekat, yakni RT 004 RW 04, melihat langsung ke lokasi," jelas Eneng.
Eneng datang bersama seorang bidan puskesmas setempat yang merangkap sebagai Ketua RT 004.
"Bayinya kotor karena pasir dan tanah, ibunya juga pendarahan hebat," ungkap Eneng.
Eneng lantas membawa Rosidah dan bayinya ke Rumah Sakit Ibnu Sina, Grogol, Jakarta Barat, Senin (08/01).
"Saya langsung hubungi ibu-ibu PKK supaya nyumbang bedong, pakaian bayi dan ibunya," terang Eneng.
Selama 5 hari di rumah sakit, biaya pengobatan Rosidah ditanggung oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.
"Surat-surat saya yang urus. Dia nggak punya KTP dan KK," jelas Eneng.
Menurut Eneng, saat Rosidah dan bayinya dirawat di rumah sakit, banyak pihak yang ingin membeli bayi Rosidah.
"Banyak yang mau ngambil, bahkan mau beli, sampai Rosidah depresi," kata Eneng.
Setelah keluar dari rumah sakit, Rosidah, Sanudin dan bayinya tinggal di sebuah kontrakan di Jalan Makaliwe 1, Grogol.
"Ada donatur yang bersedia bantu bayar uang kontrakan, namanya Edi," tutur Eneng.
Kemudian, Sanudin melanjutkan pekerjaannya sebagai pemulung.
"Tanggal 5 Februari dia ke rumah, dia bilang anaknya mau dijual atau saya yang rawat, soalnya Sanudin ini udah nggak sanggup" ujar Eneng.
Eneng terpikir untuk menghubungi Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.