Minggu, 5 Oktober 2025

Pesta Homo di Kelapa Gading

Indonesia Darurat LGBT, Polisi Didesak Tuntaskan Kasus Penyimpangan Seksual

Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini prihatin atas penggerebekan kasus prostitusi kaum gay di sebuah ruko kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS/FAHDI
Ruko lokasi pesta seks kaum homo dan gay di Kokan Permata Blok B 15-16 Kelapa Gading, Jakarta Utara, tampak dari depan. 

Trimedya juga mengapresiasi Kapolres Jakarta Utara yang membongkar kasus tersebut. Apalagi, ia mendengar operasional ruko tersebut sudah berjalan tiga tahun.

"Selama ini Kapolres yang lalu kemana," kata Politikus PDI Perjuangan ini.

Trimedya mendengar kegiatan pesta homoseksualitas terjadi di beberapa tempat di ibukota. Namun ia belum mengetahui detil tempat tersebut.

"Itu kan gay, lalu yang lesbian katanya juga ada, karena modusnya seperti apa kan sudah lama kita dengar misalnya kafe untuk homo, untuk lesbian," kata Trimedya.

Trimedya meminta aparat bertindak tegas. Ia melihat para pelaku homo tersebut bergaya intelektual. Harga tiket acara tersebut Rp 185 ribu.

"Karena itu bagi mereka daripada bayar pasangan homo mahal mendingan disitu Rp 185 ribu enggak ada bayar lain. Itu harus diselidiki Polri," kata Trimedya.

Ia juga meminta tidak ada penangguhan penahanan bagi para pelaku.

"Nanti kasus enggak jalan," kata Trimedya.

Ada Warga Asing
Sebanyak 141 orang pria digerebek polisi saat melakukan pesta seks kaum gay di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Para penikmat sesama jenis itu kemudian digelandang ke Kantor Polrestro Jakarta Utara di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara.

Empat di antara kaum gay itu ternyata warga negara asing (WNA) dari Malaysia, Hongkong, dan Singapura.

Polisi menduga mereka adalah kaum gay jaringan internasional. Di antara gay itu ternyata ada satu orang yang bersatus mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di kawasan Ciledug, Tangerang.

Mahasiswa itu yang tampil sebagai penari telanjang atau striptis di lokasi yang biasanya digunakan sebagai tempat olah kebugaran atau fitnes tersebut.

Mahasiswa tersebut berusia sekitar 20 tahun atau kelahiran tahun 1997.

Pihak kampus langsung membantah kabar miring tersebut.

Bagian Informasi Universitas Budi Luhur, Ciledug, Budi menjelaskan terkait perihal ini.

"Dia (BY) ngaku-ngaku aja itu," ujar Budi.

Budi menambahkan nama BY tidak terdaftar dalam kemahasiswaan.

"Dia tidak pernah kuliah di sini (Budi Luhur), enggak ada itu nama dia," katanya. (dik/fer/wly)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved