Jumat, 3 Oktober 2025

Pilgub DKI Jakarta

Politikus PDIP: Lawan Ahok Sedang Membangun dan Mengembangkan Emosional Pemilih

Andreas Pareira melihat pula kasus dugaan penistaan terhadap Ahok sangat menguntungkan lawan Ahok-Djarot di Pilgub DKI.

CNN Indonesia/Safir Makki, Pool
Gubenur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok mengikuti persidangan perdana kasusnya di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jakarta, Selasa (13/12/2016). Ahok diajukan ke pengadilan terkait dugaan penistaan agama yang dilakukannya dalam sebuah acara di Kepulauan Seribu beberapa waktu silam. TRIBUNNEWS/CNN Indonesia/Safir Makki/Pool 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan bisa memahami hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia Denny JA yang menyebutkan mayoritas responden Jakarta ingin gubernur baru atau tidak ingin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memerintah lagi.

Ketua DPP PDI-Perjuangan, Andreas Hugo Pereira, melihat hal itu tidak lepas dari perkembangan dan situasi politik yang berkembang dalam proses pilkada DKI akibat kasus Ahok dan berbagai demo dan tekanan agar petahana mundur dan ditangkap.

Ditambah lagi sekarang sudah memasuki babak baru proses peradilan, yang menurut anggota DPR RI ini, sedikit banyak telah mempengaruhi karakter pemilih yang awalnya lebih dominan rasional menjadi berimbang antara rasional dan emosional.

Baca: Adik Prabowo Subianto Sebut Ahok Bukan Umat yang Baik

Politikus PDI Perjuangan ini menangkap bahwa lawan Ahok sedang membangun dan mengembangkan aspek emosionalitas pemilih dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Lawan Ahok sedang membangun dan mengembangkan aspek emosionalitas pemilih," ujar Andreas Pareira kepada Tribunnews.com, Rabu (14/12/2016).

Andreas Pareira melihat pula kasus dugaan penistaan terhadap Ahok sangat menguntungkan lawan Ahok-Djarot di Pilgub DKI.

"Karena menjadi lahan subur mengembangkan aspek emosi pemilih," jelas Andreas Pareira.

Baca: Ahok Mengaku Jarang Menangis, Lalu Kenapa di Sidang Menangis? Ini Alasannya

Lebih lanjut, Andreas Pareira melihat sisi berbeda dalam anomali antara tingkat kesukaan dan elektabilitas terhadap incumbent.

Karena tingkat kesukaan terhadap incumbent masih relatif tinggi sekitar 70 persen.

Sementara elektabilitasnya merosot ke level 30 persen.

"Hasil survey seperti diatas cenderung merupakan upaya memberikan pembenaran pada strategi yang sudah dilakukan lawan-lawan Ahok," kata Andreas Pareira.

Berdasarkan survei yang digelar Lingkaran Survei Indonesia Denny JA selama enam hari, yakni 1-6 Desember 2016, sebanyak 60,3% dari 440 warga Jakarta yang mengikuti survei, ingin gubernur baru.

Survei itu dilakukan secara tatap muka terhadap 440 responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei ini plus minus 4,8%.

Menurut Denny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/12/2016), sudah lima kali LSI melakukan survei soal Pilkada DKI 2017, yakni pada Maret, Juli, Oktober, November, dan Desember 2016.

Dalam setiap survei itu, selalu diselipkan pertanyaan yang sama, ibu dan bapak jika Pilkada hari ini, apakah ingin gubernur baru atau tetap ingin gubernur lama, atau tak tahu?

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved