Pilgub DKI Jakarta
Politikus PDIP: Lawan Ahok Sedang Membangun dan Mengembangkan Emosional Pemilih
Andreas Pareira melihat pula kasus dugaan penistaan terhadap Ahok sangat menguntungkan lawan Ahok-Djarot di Pilgub DKI.
Hasilnya, menurut dia, sentimen ingin gubernur baru meningkat dari waktu ke waktu.
Pada November 2016, responden yang ingin gubernur baru sebesar 52,6 %. Pada Oktober 2016, mereka yang ingin DKI Jakarta punya gubernur baru sebesar 48,6 %.
Pada Juli dan Maret, yang menginginkan gubernur baru masih minoritas, yaitu sebesar 31,5 % (Juli 2016) dan 24,7 % (Maret 2016).
"Kini sentimen ingin gubernur baru di bulan Desember 2016 angkanya meningkat menjadi 61.3%, berselisih sekitar 36,6% dibanding bulan Maret 2016," tulis Denny.
Menurut Denny, penyebab meningkatnya keinginan responden mengganti gubernur karena rapor merah empat kondisi kehidupan masyarakat DKI Jakarta.
Persepsi responden terhadap empat aspek kehidupan sehari-hari yaitu aspek politik, ekonomi, keamanan, dan penegakan hukum cenderung negatif. Keempat aspek ini dinilai sangat baik/baik hanya di bawah 50%.
Aspek politik dinilai sangat baik/baik hanya sebesar 45,30 %, aspek ekonomi 45,70 %, aspek keamanan 46,40 %, dan aspek penegakan hukum 45,0 %.
Buruknya persepsi responden berbagai aspek kehidupan ini menjadi lahan perlunya perubahan. Mayoritas merasa tak nyaman dengan pro-kontra kasus Ahok sejak mencuatnya kasus Al-Maidah.
Terlepas dari sikap mereka yang pro atau anti-Ahok, sebesar 68,5 % responden menyatakan kehidupan mereka terganggu/tak nyaman dengan berbagai pro-kontra yang diwujudkan dalam bentuk aksi dukung/tolak mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Mereka ingin perubahan. (*)