Pilgub DKI Jakarta
Ahok Lebih Pilih Sumbangan Warga Daripada Bantuan Konglomerat
Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali menegaskan dirinya tidak akan menerima dana kampanye dari sumbangan konglomerat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali menegaskan dirinya tidak akan menerima dana kampanye dari sumbangan konglomerat yang tidak jelas sumbernya.
Ahok mengatakan, sebagai seorang yang gemar bekerja, dirinya berharap warga Jakarta yang membiayai kampanyenya dengan cara urunan.
Itu pun angkanya dibatasi, mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 75 juta.
"Nah, kenapa saya tidak mau (dari konglomerat), karena saya ingin tidak ada hutang budi sama siapa pun. Saya milik semua warga DKI," tegas Ahok di Rumah Lembang, Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Baca: Anies Baswedan Bela Ahok, Ini Penyebabnya
Baca: Kakak Angkat Ahok Cerita Mengenai Ibunya Saat Menghadapi Sakratul Maut
Baca: Ahok: Saya Cuma Pelayan Jakarta
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengaku, betul Teman Ahok membutuhkan dana kampanye sekitar Rp 20-25 miliar rupiah.
Dan jumlah dana sebesar itu, bisa didapatnya dengan cukup mendatangi satu konglomerat saja.
Apalagi dia masih Gubernur DKI saat ini. Namun jalan itu tidak dipilihnya.
"Mungkin banyak yang tidak mengerti masyarakat itu juga kegotongroyongannya tinggi. Jadi saya berharap ke depan, orang-orang yang ingin mengabdikan diri seperti saya, gak ada lagi alasan mengatakan bagaimana mungkin bisa memenangkan Pilkada, kalau gak punya uang," ujarnya.
Menurut Ahok, inilah kampanye rakyat yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Dia mengaku bangga, setelah 71 tahun merdeka, bangsa Indonesia sudah bisa manyamai Amerika yang sudah merdeka 240 tahun.
"Ini satu hal yang membanggakan. Saya bermimpi banyak orang yang mau mengabdikan diri jadi pejabat. Karena jadi pejabat suka citanya jauh lebih besar bisa membantu banyak orang," katanya.
Penulis: Yulis Sulistyawan