Bacaan Doa
Doa Tawasul, Apa Boleh Berdoa dengan Menyebut Amal Baik?
Doa tawasul adalah doa yang dipanjatkan dengan bantuan wasilah (perantara), namun apakah boleh berdoa dengan menyebut amal baik? Ini penjelasannya.
TRIBUNNEWS.COM - Tawasul adalah berdoa kepada Allah dengan perantara sesuatu (wasilah) yang dianggap mulia di sisi-Nya.
Para ulama berpendapat bahwa bertawasul diperbolehkan jika didasarkan pada Al-Qur'an dan hadis.
Contoh tawasul yang diperbolehkan yaitu seseorang memohon kepada Allah agar doanya dikabulkan dengan menyebut amal baik yang ia lakukan dengan ikhlas.
Ada pun tawasul yang dilarang yaitu dengan melakukan perbuatan yang berpotensi menyekutukan Allah.
Misalnya, memohon berkah dari Allah dengan meminta-minta kepada orang yang meninggal atau mendatangi kuburan mereka dengan niat serupa.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, disebutkan bahwa tawasul pernah dilakukan oleh orang-orang beriman di masa lalu.
Rasulullah bersabda: “Tiga orang dari umat sebelum kalian sedang berjalan, lalu hujan turun, mereka berteduh di sebuah gua di gunung. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh menutupi pintu gua. Mereka pun berkata: ‘Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita kecuali kita berdoa kepada Allah dengan menyebut amal shalih kita.’ Orang pertama berdoa dengan amal baktinya kepada orang tua, orang kedua berdoa dengan amal meninggalkan zina karena takut kepada Allah, dan orang ketiga berdoa dengan amal menunaikan amanah buruhnya. Maka Allah pun menggeser batu itu sedikit demi sedikit hingga mereka bisa keluar dari gua.” (HR. Bukhari)
Bertawasul juga dapat dilakukan dengan menyebut amal baik dan hal baik lainnya, namun ini bukan berarti menyombongkan diri di hadapan Allah.
Makna bertawasul yaitu memohon dengan sepenuh hati kepada Allah dan menunjukkan keikhlasan serta kesungguhannya dalam beribadah dengan menyebut amal baik tersebut.
Tidak ada bacaan pasti untuk doa tawasul karena setiap muslim memiliki harapan masing-masing di dalam doanya.
Yang perlu diperhatikan adalah wasilah (perantara) ketika bertawasul sesuai yang disyariatkan dalam sejumlah hadis.
Baca juga: Doa Ketika Sujud Terakhir dalam Sholat, Apakah Ada Tuntunannya?
Di bawah ini beberapa doa tawasul yang terdapat dalam hadis.
Doa Tawasul
1. Ismullah al-A‘zham (Nama Allah Yang Maha Agung)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ، بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ، الْمَنَّانُ، يَا بَدِيعَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ.
Allāhumma innī as’aluka yā Allāh, bi-anna laka al-ḥamdu, lā ilāha illā anta, waḥdaka lā sharīka lak, al-mannān, yā badī‘as-samāwāti wal-arḍ, yā dzal-jalāli wal-ikrām, yā ḥayyū yā qayyūm, innī as’aluka al-jannata, wa a‘ūdzu bika minan-nār.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, wahai Allah, sesungguhnya segala puji bagi-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau, Engkau satu-satunya, tiada sekutu bagi-Mu. Yang Maha Pemberi karunia, wahai Pencipta langit dan bumi, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha Berdiri Sendiri. Sesungguhnya aku memohon surga kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.”
Hadis: Nabi Saw pernah mendengar seorang lelaki yang mengucapkan di dalam tasyahhudnya:
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, bahwa sesungguhnya segala puji milik-Mu, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, Engkau sendiri tidak ada sekutu bagi-Mu; Yang Maha Pemberi. Wahai Pencipta langit dan bumi, Wahai Pemilik kemuliaan dan kemurahan, wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha berdiri sendiri; Sesungguhnya aku memohon surga kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dan api neraka,"
Lalu Nabi saw bertanya kepada para sahabatnya, "Tahukah kalian, dengan apa dia berdoa?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Nabi pun bersabda, "Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, sesungguhnya ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung (di dalam sebuah riwayat: teragung), yang apabila dipanjatkan doa kepada-Nya, pasti Dia mengabulkan, dan apabila dimohon dengannya, pasti Dia memberi." (HR. Abu Daud, An-Nasa'i, dan Ahmad)
2. Doa Perlindungan
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ، اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
Allāhumma innī a‘ūdzu bika minal-‘ajzi wal-kasali wal-jubni wal-bukhli wal-harami wa ‘adzābil-qabri, Allāhumma āti nafsī taqwāhā wa zakkihā anta khairu man zakkāhā anta waliyyuhā wa maulāhā, Allāhumma innī a‘ūdzu bika min ‘ilmin lā yanfa‘u wa min qalbin lā yakhsha‘u wa min nafsin lā tasyba‘u wa min da‘watin lā yustajābu lahā.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan dari sifat pengecut dan kikir dan dari kematian (tua/renta) dan dari azab kubur. Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah ia, Engkaulah yang paling baik mensucikannya, Engkau pelindungnya dan penguasa bagiannya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak memberi manfaat, dan dari hati yang tidak khusyu‘, dan dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”
Hadis: “Dari Zaid bin Arqam r. a. ia berkata: ‘Aku tidak (bermaksud) mengatakan kepada kalian kecuali apa yang biasa dikatakan Rasulullah:
‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir, dari tua renta dan dari azab kubur. Ya Allah, karuniakanlah kepada jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah ia, Engkaulah yang paling baik menyucikannya, Engkau pelindung (wali) dan penguasa (mawla)-nya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.’” (HR. Muslim)
3. Memohon Pertolongan
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ
Yā Ḥayyu Yā Qayyūmu, biraḥmatika astaghīthu
Artinya: "Wahai Dzat Yang Maha Hidup, wahai Dzat Yang Maha berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan."
Hadis: Dari Anas bin Malik r.a: "Sesungguhnya apabila Nabi saw disedihkan oleh suatu perkara, maka beliau mengucapkan: "Wahai Dzat Yang Maha Hidup, wahai Dzat Yang Maha berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan." (HR. at-Tirmidzi)
Tawasul yang Disyariatkan
Dalam buku Tawassul, Masyru’ dan Mamnu’ oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Al Juhani, diterbitkan Kementerian Agama Arab Saudi (1417 H), dijelaskan beberapa tawasul yang diperbolehkan untuk dilakukan seorang muslim.
1. Tawasul dengan Asmaul Husna
Asmaul Husna adalah nama-nama baik Allah yang jumlahnya ada 99 nama.
Tawasul dapat dilakukan dengan menyebut Asmaul Husna, misalnya "Ya Allah ... Ya Rahman ... Ya Rahim ... Ya Hayyu Ya Qayyum"
Selain Asmaul Husna, tawasul juga dapat dilakukan dengan menyebut sifat-sifat Allah, misalnya, "Allahuma birahmatika astaghitsu..."
2. Tawasul melalui orang shalih yang masih hidup
Seorang muslim diperbolehkan untuk meminta pertolongan orang shalih untuk mendoakannya.
Hal ini hanya disyariatkan kepada orang shalih yang masih hidup, seperti sahabat yang meminta kepada Rasulullah untuk berdoa kepada Allah agar menurunkan hujan.
3. Tawasul dengan menyebut amal shalih
Tawasul lain yang disyariatkan yaitu dengan menyebutkan amal shalih yang pernah dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Tawasul yang Dilarang
Tidak semua hal yang terlihat baik bisa digunakan untuk bertawasul, seperti dijelaskan dalam buku Tawassul oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Ada hal yang dilarang untuk bertawasul di antaranya memohon melalui kedudukan Nabi atau orang shalih atau bersumpah dengan nama selain Allah, dan memohon melalui perantara orang mati.
Tawasul dengan cara tersebut termasuk bid'ah yang bisa menjurus kepada syirik (menyekutukan Allah).
Yang dilarang misalnya, bertawasul melalui orang yang telah meninggal dan mengunjungi kuburannya untuk memohon didoakan dengan tujuan mendapat berkah dari Allah.
Perbuatan tersebut menjurus pada kesyirikan, sehingga dapat menghapus amal baiknya seperti sholat, puasa, haji, dan lainnya.
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?" (QS. Al-Ahqaf: 5)
Berkaitan dengan kuburan, umat Islam dilarang untuk sholat di masjid yang di dalamnya terdapat kuburan, seperti dalam sabda Rasulullah:
"Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sementara itu, jika ada orang yang membenarkan untuk sholat di masjid yang di dalamnya ada kuburannya, dengan dalih bahwa makam Rasulullah juga berada Masjid Nabawi, maka alasan tersebut salah.
Rasulullah wafat di rumahnya dan beliau dimakamkan di lokasi wafatnya, di mana makam Rasulullah bukan bagian dari Masjid Nabawi.
Hadis Tentang Tawasul
Dalam hadis disebutkan anjuran untuk bertawasul dengan menyebutkan amal shalih.
Rasulullah bersabda: “Tiga orang dari umat sebelum kalian sedang berjalan, lalu hujan turun, mereka berteduh di sebuah gua di gunung. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh menutupi pintu gua. Mereka pun berkata: ‘Tidak ada yang bisa menyelamatkan kita kecuali kita berdoa kepada Allah dengan menyebut amal shalih kita.’ Orang pertama berdoa dengan amal baktinya kepada orang tua, orang kedua berdoa dengan amal meninggalkan zina karena takut kepada Allah, dan orang ketiga berdoa dengan amal menunaikan amanah buruhnya. Maka Allah pun menggeser batu itu sedikit demi sedikit hingga mereka bisa keluar dari gua.” (HR. Bukhari)
Para sahabat juga pernah bertawasul dengan meminta bantuan Rasulullah untuk berdoa kepada Allah agar menurunkan hujan.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik: “Seorang lelaki masuk ke masjid pada hari Jumat ketika Rasulullah sedang berkhutbah. Lelaki itu berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta benda kami hancur dan jalan-jalan terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami.’ Rasulullah pun mengangkat tangannya dan berdoa: ‘Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.’ Maka turunlah hujan hingga hari Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, bertawasul juga diperbolehkan dengan meminta bantuan orang shalih yang masih hidup untuk berdoa, seperti yang dilakukan sahabat pada masa setelah wafatnya Rasulullah.
Mereka meminta bantuan paman Rasulullah, al-‘Abbās bin Abdul Muththalib, yang masih hidup saat itu untuk berdoa agar Allah mengabulkan keinginan mereka.
Dari Anas bin Malik ra. ia berkata: "Bahwasanya Umar bin Khattab ra. ketika manusia ditimpa kekeringan, ia meminta hujan dengan perantaraan al-‘Abbās bin Abdul Muththalib. Umar berkata: ‘Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, maka Engkau menurunkan hujan kepada kami. Sekarang kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami.’ Maka hujan pun turun.” (HR. Bukhari)
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.