Kuliner Korea Curi Perhatian, Makarel, Telur Ikan dan Rumput Laut Jadi Tren Baru di Dapur Indonesia
Korea Selatan mulai mencuri perhatian di dunia kuliner menantang dominasi Jepang—negara yang selama ini identik dengan produk seafood premium.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan gizi, keamanan pangan, serta tren kuliner global telah mendorong lonjakan permintaan terhadap produk perikanan berkualitas tinggi.
Di tengah dinamika tersebut, Korea Selatan mulai mencuri perhatian sebagai kekuatan baru yang siap menantang dominasi Jepang—negara yang selama ini identik dengan produk seafood premium.
Baca juga: Cerita Ibrahim Risyad Rasakan Berat Badannya Mendadak Bertambah Gara-gara Konsumsi Makanan Korea
Kuliner Korea adalah ragam makanan khas dari Korea Selatan yang dikenal dengan cita rasa yang kuat, beragam, dan penuh filosofi.
Jika Jepang dikenal lewat warisan kuliner tradisional seperti sashimi-grade tuna, uni (landak laut), hingga saba asap, Korea hadir dengan pendekatan berbeda: modern, efisien, dan berbasis teknologi mutakhir.
Makanan Korea sering menekankan keseimbangan antara rasa pedas, manis, asam, dan gurih, serta penggunaan bahan-bahan segar dan fermentasi.
“Produk Korea sangat kompetitif karena menggabungkan kualitas, efisiensi, dan teknologi modern. Kami fokus pada standar global seperti HACCP serta distribusi rantai dingin yang terintegrasi,” ujar Oh Tai Hoon, Kepala Kantor Korea National Federation of Fisheries Cooperatives (KNFFC) di Jakarta belum lama ini.
Produk perikanan Korea diproses menggunakan sistem berbasis Internet of Things (IoT) dan pengendalian mutu digital yang ketat.
Teknologi ini memungkinkan pelacakan (traceability) dari laut hingga ke meja makan konsumen, menjamin kesegaran, kebersihan, dan keamanan pangan.
Jika Jepang cenderung menyasar segmen premium dan fine dining, Korea justru menawarkan strategi yang lebih fleksibel: beragam pilihan produk yang bisa masuk ke berbagai lini bisnis—mulai dari hotel bintang lima, restoran menengah, hingga dapur rumah tangga.
Produk-produk unggulan Korea seperti frozen mackerel, pollack roe, seaweed, dan jeotgal (fermentasi seafood khas Korea) juga mudah diadaptasi dalam berbagai jenis masakan, baik tradisional Korea maupun fusion Asia modern.
“Dukungan koperasi nelayan dan efisiensi rantai logistik membuat produk Korea bisa masuk pasar Indonesia dengan harga yang lebih kompetitif, tanpa mengorbankan kualitas,” tambah Oh.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa dan pertumbuhan industri makanan dan minuman yang sangat pesat, Indonesia kini menjadi pasar prioritas bagi ekspor produk perikanan Asia Timur.
Baca juga: Demam Drakor dan K-Pop Tingkatkan Antusiasme Pembelian Makanan Korea
Korea National Federation of Fisheries Cooperatives (KNFFC) kantor Jakarta mencatat lonjakan signifikan dalam minat importir Indonesia terhadap produk Korea dalam dua tahun terakhir.
Faktor utama pendorongnya adalah tren Hallyu (gelombang budaya Korea) yang ikut meningkatkan permintaan terhadap bahan makanan khas Korea, terutama untuk restoran dan kafe tematik.
Antusiasme pasar ini terlihat jelas dalam acara promosi HORECA (Hotel, Restoran, Kafe) yang diselenggarakan KNFFC Jakarta pada 22 Juli 2025 di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel.
Acara ini dihadiri lebih dari 60 pelaku industri—mulai dari importir, distributor, chef profesional, pengusaha kuliner lokal, hingga perwakilan diplomatik Korea.
Produk seperti mackerel beku dan ikan kod fermentasi menjadi sorotan utama dalam sesi pencicipan dan demo masak yang membuktikan potensi besar seafood Korea di pasar lokal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.