Psikolog Ajak Merangkul Anak Istimewa dengan Kasih Sayang, Bukan Rasa Kasihan
Menurut Psikolog Indra Kusumawati, S.Psi.,M.Psi pendekatan terhadap anak-anak istimewa harus berbeda dan penuh cinta.

“Biasanya, ini ada yang terjadi di lingkup keluarga yang terdekat. Stigma-stigma sosial, itu yang membuat orang tua itu menjadi kadang tidak bersemangat lagi untuk menghadapi anak dengan keistimewaan ini,” kata Indra.
Tak hanya itu, orang tua juga berjuang dalam proses menerima kondisi anak.
Ada yang berhasil menerima dengan hati lapang, namun tak sedikit pula yang terjebak dalam rasa sedih, penyangkalan, atau bahkan merasa bersalah.
Semua ini adalah bagian dari proses yang manusiawi.
Dukung, Jangan Hakimi
Peran masyarakat pun tak kalah penting. Daripada melontarkan komentar bernada menyalahkan atau menyindir, dukungan yang penuh empati akan jauh lebih berarti.
Mendengar tanpa menghakimi bisa jadi penopang emosional yang krusial bagi keluarga dengan anak istimewa.
Indra mencontohkan, salah satu bentuk nyata dari keistimewaan anak-anak ini dapat terlihat dalam karya seni atau kreativitas mereka.
Ia menyebut film "Jumbo", yang digarap oleh penyandang ADHD, sebagai contoh nyata bahwa anak istimewa bisa menciptakan karya besar jika diberikan ruang untuk berkembang.
"Bahwa ia mengidap ADHD ternyata. Tetapi apa? Karyanya bisa dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan yang dewasa dan yang anak-anak semua menikmatinya," tutupnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.