Senin, 29 September 2025

Anyaman Tradisional Jadi Inspirasi Desain Partisi Kontemporer

Anyaman yang dahulu identik dengan kerajinan rumah tangga kini tampil sebagai aksen arsitektur yang relevan di ruang kerja dan hunian

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
PADUKAN ESTETIKA DAN BUDAYA - Johanes Soetanto, CEO Allure Industries, bersama Melia Winata, Co-Founder & CEO Du Anyam, dalam sesi peluncuran di booth Allure Industries di ajang IndoBuildTech 2025 belum lama ini.  Dengan memadukan estetika kontemporer dan narasi budaya, kolaborasi Forise x Du Anyam menjadi bukti bahwa desain interior bukan sekadar persoalan fungsi atau visual, melainkan juga tentang menghargai warisan dan menciptakan dampak sosial nyata. 

Anyaman Tradisional Jadi Inspirasi Desain Partisi Kontemporer

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anyaman tradisional Indonesia menemukan ruang baru dalam desain interior modern melalui kolaborasi yang diperkenalkan di di Jakarta. 

Perpaduan antara material aluminium presisi dan anyaman daun lontar ini menghadirkan alternatif partisi ruangan yang tidak hanya estetis, tetapi juga membawa narasi budaya dan nilai sosial.

Produk hasil kolaborasi tersebut diperkenalkan oleh Johanes Soetanto, CEO Allure Industries, bersama Melia Winata, Co-Founder & CEO Du Anyam, dalam sesi peluncuran di booth Allure Industries di ajang IndoBuildTech 2025 belum lama ini. 

Baca juga: Memadukan Keindahan Seni Kriya Flores dengan Desain Interior Bergaya Kasual-Elegan 

Desain partisi memadukan struktur aluminium ramping dengan tekstur anyaman khas Nusa Tenggara Timur, menjadikannya pemisah akustik sekaligus elemen dekoratif yang kaya makna.

“Bagi kami, anyaman bukan sekadar material, tetapi juga cara untuk menciptakan perubahan sosial,” ujar Melia dalam keterangannya, Jumat (4/6/2025). 

Ia menekankan bahwa kolaborasi ini tumbuh dari kesadaran akan pentingnya menghidupkan tradisi lokal di tengah tren desain kontemporer.

Agustin, Head of Retail & Specialty Services Allure Industries, menjelaskan bahwa proses produksi partisi melibatkan para perempuan penganyam di Flores, NTT.

Anyaman dibuat secara manual menggunakan daun lontar dan serat alam, lalu dirangkai dalam panel aluminium yang memiliki berbagai pilihan warna dan finishing.

“Kami ingin menjadikan ruang tinggal lebih dari sekadar estetika; ini tentang cerita, dampak, dan nilai yang hidup di dalamnya,” ujar Agustin.

Sejak berdiri pada 2014, Du Anyam telah memberdayakan lebih dari 1.600 perempuan penganyam di lebih dari 50 desa di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Selatan.

Program pelatihan, pembinaan, dan akses pasar menjadi bagian dari misi mereka yang berfokus pada tiga pilar utama: memberdayakan perempuan, mempromosikan budaya, dan meningkatkan kesejahteraan.

Baca juga: Cegah Perubahan Iklim, Akademisi: Desain Interior Harus Mendukung Keberlanjutan

Melalui kolaborasi ini, partisi aluminium Forise tampil dengan dimensi baru—menghadirkan karya tradisional sebagai elemen penting dalam desain interior modern.

Anyaman yang dahulu identik dengan kerajinan rumah tangga kini tampil sebagai aksen arsitektur yang relevan di ruang kerja, hunian, hingga area hospitality.

“Kolaborasi ini lahir dari kesamaan nilai: menciptakan desain yang bermakna dan berdampak. Bersama Forise, kami ingin membawa karya penganyam perempuan ke dalam konteks desain hari ini tanpa kehilangan identitas budaya mereka. Yang kami rayakan bukan hanya desain, tapi perjalanan dan kehidupan orang-orang di baliknya,” kata Melia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan