Cenderaloka
TLENIK Arts, UMKM Fashion Asal Solo yang Menghidupkan Lurik dengan Sentuhan Kreatif
Kecintaan Ary pada kain tradisional yang berawal dari hobi membuat baju sendiri di masa muda, perlahan berkembang menjadi peluang usaha.
Editor:
Andra Kusuma
Hal ini memungkinkan kontrol kualitas yang ketat.
“Saya cek semua sendiri sebelum dijual. Kalau ada yang kurang, saya ganti. Pokoknya kualitas harus terjaga,” katanya mantap.
Baca juga: Bersama Cenderaloka, Harapan Baru UMKM Lokal untuk Go Digital
Mengangkat Nilai Lurik, Lawan Stigma yang Melekat
Meski sempat dipandang sebelah mata, kain lurik tetap menjadi material utama dalam sebagian besar koleksi TLENIK Arts.
Ary percaya, lurik adalah bagian dari identitas budaya yang harus terus diangkat.
“Dulu banyak yang bilang lurik itu kayak baju tukang parkir. Tapi saya jelaskan filosofinya. Sekarang mereka jadi tertarik,” tuturnya.
Melalui pendekatan personal dan edukasi, Ary berhasil mengubah cara pandang masyarakat terhadap lurik.
Ia membuktikan bahwa kain tradisional ini bisa tampil modern, elegan, dan berkelas.
Kolaboratif dan Terbuka untuk Belajar
Meski telah puluhan tahun berkarya, Ary tetap rendah hati.
Ia terbuka terhadap kolaborasi dan terus belajar dari perajin lain.
“Kalau ada yang mau kerja sama, saya senang. Saya juga masih belajar,” ungkapnya.
Ia bahkan kerap bekerja sama dengan produsen kain lain seperti pembuat jumputan untuk menambah variasi material dalam karyanya.
Baca juga: Suryoart Craft, Dari Hobi Jadi Kerajinan Lokal Bernuansa Budaya yang Mendunia
Tantangan Terbesar: Pemasaran
Dengan mengerjakan semuanya sendiri, Ary mengakui bahwa pemasaran menjadi tantangan utama.
Sumber: TribunJualBeli.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.