Senin, 6 Oktober 2025

Lansia Rentan Stres dan Kesepian Usai Pensiun, Ini Cara Keluarga Bisa Membantu

Hafizh Mutiara sebut dukungan dari anak, cucu, maupun kerabat sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas hidup para lanjut usia

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
pixabay/EddieKphoto
MASA PENSIUN - Ilustrasi lansia. Masa pensiun seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat dan menikmati hidup namun, bagi sebagian lansia, fase ini justru menjadi titik awal munculnya stres, kesepian, hingga perasaan tidak berdaya akibat kehilangan rutinitas yang biasa dilakukan saat masih aktif bekerja 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masa pensiun seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat dan menikmati hidup. Namun, bagi sebagian lansia, fase ini justru menjadi titik awal munculnya stres, kesepian, hingga perasaan tidak berdaya akibat kehilangan rutinitas yang biasa dilakukan saat masih aktif bekerja.

Psikolog Klinik Utama Kasih Ibu Sehati (KUKIS), Hafizh Mutiara Nisa, M.Psi., Psikolog, menekankan pentingnya peran keluarga dalam menjaga kesehatan mental lansia, khususnya setelah mereka memasuki masa pensiun.

“Lansia memang sudah tidak bekerja, tapi bukan berarti mereka tidak ingin merasa berdaya. Justru setelah pensiun, perasaan kesepian atau stres bisa muncul karena tidak ada lagi aktivitas yang membuat mereka merasa dibutuhkan,” ungkap Hafizh dalam siaran langsung Healthy Talk Tribun Health, Kamis (12/6/2025).

Baca juga:  Ngaku Khilaf, Lansia Teriaki Wanita Teroris di Halte TransJakarta Grogol Petamburan Minta Maaf

Hafizh menjelaskan bahwa keluarga merupakan super sistem utama bagi lansia, artinya, dukungan dari anak, cucu, maupun kerabat sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas hidup mereka.

Salah satu bentuk perhatian yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan secara rutin.

“Lansia mungkin lebih nyaman tinggal di rumah sendiri. Tapi bukan berarti boleh ditinggalkan begitu saja. Anak atau saudara bisa datang secara bergantian, baik pagi, siang, atau sore. Kehadiran orang-orang terdekat membuat mereka merasa tidak sendiri,” jelasnya.

Ajak Lansia Tetap Aktif dan Produktif

Selain dukungan emosional, Hafizh juga menyarankan agar lansia tetap diberikan ruang untuk melakukan aktivitas produktif.

Meskipun tidak lagi bekerja secara formal, penting bagi mereka memiliki rutinitas harian yang membuat mereka merasa memiliki peran.

“Misalnya menjahit, berkebun, memasak, ikut kegiatan posyandu lansia, atau sekadar belanja ke pasar. Aktivitas-aktivitas sederhana ini bisa membuat mereka tetap merasa berguna dan mencegah munculnya perasaan kosong,” tambahnya.

Ia mengingatkan, melarang lansia untuk beraktivitas dengan alasan usia justru bisa berdampak negatif terhadap kondisi mental mereka.

“Kadang ada yang bilang, ‘Udah, jangan capek-capek, istirahat aja di rumah.’ Padahal kalau lansia terus dilarang dan tidak diberi kesempatan untuk berdaya, justru bisa makin stres. Akhirnya mereka menarik diri dari lingkungan sekitar,” katanya.

Menurut Hafizh, meskipun tingkat produktivitas lansia berbeda dengan generasi muda, bukan berarti mereka tidak bisa berkontribusi. 

Justru dengan dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan, lansia bisa menjalani hari-harinya dengan semangat dan kebahagiaan.

“Kita harus mengubah cara pandang terhadap lansia. Mereka bukan orang yang harus disingkirkan dari aktivitas, tapi justru perlu dilibatkan agar tetap sehat secara mental maupun fisik,” tutupnya.
 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved