Sabtu, 4 Oktober 2025

Berawal dari Rumah, Alodie Collection Tembus Pasar Nasional Lewat Ecoprint

Berawal coba-coba menggunakan daun sekitar rumah, Dewi Chatur Rahayu kini sukses mengembangkan Alodie Collection brand ecoprint lokal dari Wonogiri.

Editor: Andra Kusuma
www.cenderaloka.com
Lewat tangan kreatif Dewi Chatur Rahayu, daun jambu mete pun berubah jadi karya fashion yang keren ala Alodie Fashion. 

TRIBUNSHOPPING.COM -  Dewi Chatur Rahayu, seorang perempuan asal Wonogiri, berhasil mengubah masa sulit saat pandemi COVID-19 menjadi peluang emas.

Di tengah berbagai keterbatasan selama masa pandemi, Dewi justru menemukan jalan untuk membangun bisnis kerajinan ecoprint yang kini dikenal dengan nama Alodie Collection.

Sebelum terjun ke dunia ecoprint, Dewi berprofesi sebagai perhias. Namun, aktivitas yang terbatas selama pandemi mendorongnya mencari jalur baru.

Keputusan tersebut membawanya menjadi pengusaha kreatif yang sukses di bidang kerajinan ramah lingkungan.

Bermula dari rumahnya sendiri, Dewi mulai mengeksplorasi kekayaan alam sekitar.

Daun jambu mete yang banyak tumbuh di lingkungan tempat tinggalnya menjadi ciri khas utama produk-produk Alodie.

Dewi mengisahkan awal perjalanannya yang sederhana, saat ia bereksperimen menggunakan daun-daun yang tersedia di sekitar rumah.

Hasilnya ternyata di luar dugaan.

“Awalnya hanya coba-coba pakai daun yang ada di sekitar rumah. Eh, hasilnya cantik. Dari situ saya jadi tertarik mendalami ecoprint lebih serius,” ungkap Dewi Chatur Rahayu dalam wawancara bersama Cenderaloka, Senin (19/05/2025).

Dewi mengisahkan bahwa awal mula lahirnya Alodie Collection bermula dari eksperimen sederhana yang ia lakukan menggunakan daun-daun yang tumbuh di sekitar rumahnya.

Lingkungan tempat tinggal Dewi yang dipenuhi berbagai jenis daun, termasuk daun jambu mete, memberinya banyak inspirasi untuk berkarya.

Ia pun mulai mengolah daun-daun tersebut menjadi motif unik melalui teknik ecoprint.

Dewi mengungkapkan bahwa meski ia menyukai batik, ia justru jarang mengenakannya.

Hal inilah yang membuatnya tertarik pada ecoprint, sebuah teknik yang menurutnya lebih sesuai dengan kepribadiannya.

"Ecoprint terasa lebih personal. Warnanya lebih hidup, hasilnya tidak bisa ditebak, dan setiap lembar kain punya keunikan tersendiri," ujarnya dengan penuh semangat saat mengenang awal mula ketertarikannya pada dunia ecoprint.

Ekspansi Pasar dan Pemasaran yang Tepat Sasaran

Produk Alodie Collection kini telah menjangkau berbagai daerah, termasuk Yogyakarta, Surabaya, hingga luar Pulau Jawa.

Meski usahanya berkembang, Dewi tetap mempertahankan pendekatan pemasaran yang bersifat personal demi menjaga keunikan produknya yang bersifat handmade.

Ia sengaja menghindari platform e-commerce seperti Shopee karena merasa produknya tidak cocok untuk pemasaran massal.

Sebagai gantinya, Dewi lebih mengandalkan Instagram dan WhatsApp untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan, agar setiap karya bisa tersampaikan secara maksimal.

Selain aktif di media sosial, Dewi juga rutin mengikuti pameran dan festival kerajinan.

Kegiatan ini tak hanya menjadi ajang promosi, tapi juga sarana edukasi tentang teknik ecoprint dan tempat bertukar pengalaman dengan sesama pelaku UMKM.

Menurutnya, komunitas UMKM saling mendukung satu sama lain dalam mengembangkan usaha.

Kolaborasi Antar UMKM untuk Memperkuat Jaringan

Alodi Collection, kerajinan ecoprint dari Wonogiri
Alodie Collection, kerajinan ecoprint dari Wonogiri (Cenderaloka)

Dalam usahanya, Dewi tidak serta-merta berjalan sendiri dalam menjalankan usahanya. 

Ia menggandeng penjahit lokal, pengrajin bambu, dan pengrajin lurik untuk memperkaya produk dan memperluas jaringan pemasaran. 

“Saya percaya kolaborasi itu kunci agar kita bisa saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan,” katanya.

Hasil kolaborasi ini menghasilkan produk turunan misalnya seperti baju, tas, topi, hingga payung ecoprint.

Berbagai karya tersebut hingga saat ini bisa dibilang masih mencuri perhatian di sebuah festival kerajinan.

Pemberdayaan Komunitas dan Edukasi UMKM

Alodi Collection, kerajinan ecoprint dari Wonogiri
Alodie Collection, kerajinan ecoprint dari Wonogiri (Cenderaloka)

Selain memproduksi karya kerajinan, Dewi juga aktif memberikan pelatihan dan workshop.

Hingga saat ini, ada beberapa komunitas yang diikuti Dewi.

Hal ini dinilai Dewi sebagai suatu ‘modal’ bagi usaha UMKM-nya dan kemudian ia juga dapat berbagi dengan perajin lain.

Bahkan, Dewi juga aktif dalam melakukan edukasi dan pelatihan.

Seperti itu, terbatas untuk ibu rumah tangga dan perempuan di desanya agar mereka bisa mandiri secara ekonomi melalui ecoprint.

“Banyak yang tertarik dan mulai usaha sendiri setelah ikut pelatihan. Itu membuat saya bahagia bisa berbagi ilmu,” ujarnya.

Usaha pemberdayaan ini menjadi bagian penting dari kontribusi Dewi dalam memperkuat ekonomi kreatif berbasis komunitas.

Eksplorasi Potensi Lokal Melalui Motif Daun Jambu Mete

Daun jambu mete yang menjadi ciri khas produk Alodie bukan tanpa alasan. 

Dewi menilai tanaman ini sebagai simbol lokal Wonogiri yang belum banyak diangkat ke ranah kreatif.

“Kebanyakan orang cuma tahu kacang mede-nya saja, padahal daunnya juga bisa jadi motif cantik yang unik,” ungkapnya.

Ke depannya, Dewi berharap dapat mengembangkan motif khas yang lebih eksklusif untuk memperkuat identitas produk sekaligus memperkenalkan Wonogiri di peta industri kreatif nasional.

Mendorong Kebanggaan Produk Lokal

Dengan kerja keras dan inovasi, Dewi berharap produk kerajinan lokal tidak hanya menjadi alternatif, tapi juga pilihan utama masyarakat.

 “Saya ingin orang desa bangga pakai produk kita sendiri. Kita punya karya yang keren, tinggal bagaimana kita angkat bersama-sama,” tutupnya.

Melalui Alodie Collection, Dewi membuktikan bahwa peluang dan kemajuan ekonomi bisa datang dari tangan-tangan kreatif yang memanfaatkan kekayaan alam dan budaya lokal.

Cek Artikel dan Berita lainnya di Google News(*)

(Red/Cenderaloka.com)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved