Jumat, 3 Oktober 2025

Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan, Momentum Suci Umat Hindu

Tahun ini, puncak perayaan Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu, 23 April 2025, dilanjutkan dengan Hari Raya Kuningan pada Sabtu, 3 Mei 2025. 

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
HARI RAYA GALUNGAN - Umat Hindu mengikuti persembahyangan saat merayakan Hari Raya Galungan di Pura Amerta Jati Cinere, Depok, Rabu (14/4/2021). Hari Raya Galungan yang merupakan hari merayakan kemenangan kebaikan (Dharma) melawan kejahatan (Adharma) itu diikuti umat Hindu. 

TRIBUNNEWS.COM - Setiap 210 hari sekali, umat Hindu di Bali memperingati dua hari raya besar, Galungan dan Kuningan.

Tahun ini, puncak perayaan Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu, 23 April 2025, dilanjutkan dengan Hari Raya Kuningan pada Sabtu, 3 Mei 2025. 

Dua momen suci ini disambut dengan penuh suka cita, doa, dan berbagai tradisi khas Bali yang sarat makna.

Makna Hari Raya Galungan

Galungan memiliki makna sebagai kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Pada Budha Kliwon wuku Dunggulan, umat Hindu menghaturkan puja dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Dalam lontar Sunarigama, makna Galungan dijelaskan sebagai berikut:

Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep.

Artinya:

Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.

Dengan demikian, inti dari Hari Raya Galungan adalah menyatukan kekuatan batin untuk meraih kejernihan pikiran dan keteguhan hati.

Baca juga: Makna Rahajeng Nyanggra Rahina Galungan, Ucapan Penuh Doa pada Hari Kemenangan Dharma

Makna Hari Raya Kuningan

Hari Raya Kuningan, yang juga dikenal sebagai Tumpek Kuningan, diperingati pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan.

Pada hari ini, umat Hindu memanjatkan doa kepada para Dewa dan Pitara, memohon anugerah keselamatan, kesejahteraan, perlindungan, serta bimbingan lahir dan batin.

Dalam kepercayaan, para Dewa, Bhatara, dan Pitara diyakini turun ke bumi, namun hanya sampai siang hari. Oleh karena itu, seluruh rangkaian persembahyangan Kuningan biasanya dilaksanakan sebelum tengah hari.

Intinya, Hari Raya Kuningan merupakan momen untuk memperteguh permohonan keselamatan, kedamaian, dan tuntunan dari para Dewa dan leluhur.

(Tribunnews.com/Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved