Mencoba Peruntungan Berburu Pakaian Impor di Pasar Senen Jakarta Pusat, Harga Mulai Rp 5 Ribu
Beragam jenis pakaian itu tidak semuanya bekas, banyak juga pakaian baru sisa stok toko di Jepang, China dan Singapura yang masih ada label harganya
Walaupun harganya sudah murah, pengunjung tetap masih bisa menawarnya.
“Kalau mau cari pakaian lebih banyak lagi untuk dijual ya memang wajib nawar sampai dapat murah.
Biasanya kalau borongan begitu kita jualnya timbangan, per karung atau bal berat 40-50 kg kena berapa, begitu,” terang Johansen, salah satu pedagang baju import second hand di Blok V, Pasar Senen, Selasa (6/4/2021).
Kegiatan thrifting tentu ada konsekuensinya.
Butuh ketelatenan untuk mencari barang bagus di antara tumpukan baju yang melimpah di Pasar Senen karena di lokasi tidak disediakan fitting room.
Usahakan menggunakan pakaian fleksibel saat thrift shopping sehingga lebih mudah saat mencoba mengenakan sweater, kemeja flannel atau pakaian yang akan dibeli.
Jika sudah mendapatkan baju yang diburu, sebaiknya sebelum dipakai baju-baju itu harus dicuci. Bisa langsung masuk mesin cuci atau perlu bantuan adam sitrat untuk menghilangkan noda membandel. Setelah bersih, pakaian disetrika agar lebih nyaman saat dikenakan.
Bagi yang tidak mau repot, bisa membeli pakaian yang telah dipilih dan dipajang oleh pedagang, namun harganya lebih mahal. “Sweater yang digantung bisa Rp150 ribu. Kita sudah tahu barang bagus, pasti dipisahin,” jelasnya.
Baca juga: Kemendikbud Tidak Akan Cabut Bantuan Kuota Internet Meski Ada Sekolah yang Telah Gelar PTM
Risvita (25) lebih senang berburu pakaian dengan tangannya sendiri. Ia mensortir satu per satu barang yang ia beli untuk dijual kembali.
Sejak Agustus tahun lalu, Risvita rutin bolak-balik ke Pasar Senen yang terkenal sebagai surganya pakaian import.
“Awalnya ketagihan belanja sampai akhirnya kenapa gak dijual lagi saja. Toh, barangnya masih bagus-bagus. Orang juga gak semuanya mau repot ngubek-ngubek baju di Senen. Ada yang maunya terima beres,” ujarnya.
Dalam memasarkan barang dagangannya, ia mengandalkan platform media sosial Instagram.
Namun dua kali seminggu, ia juga mendirikan lapak bongkar pasang di pasar malam atau area nongkrong anak muda di kawasan Cipinang dan Cakung, Jakarta Timur.
“Peminatnya ramai. Tapi memang harus ekstra sabar. Nyari bajunya juga harus niat. Aku pernah thrifting dari pagi sampai maghrib baru bisa puas dapat barangnya,” ungkap mantan pegawai perusahaan tekstil ini.
Risvita menjual kembali kemeja flannel antara Rp50 – 100 ribu per potong.
Sedangkan kaos, celana dan jaket denim, sweater dilego mulai Rp25 ribu sampai 80 ribuan.
Harga tersebut sudah termasuk untung 20-30 persen dari modal awal.
“Karena murah jadi laku terus. Dua hari sekali saya belanja barang lagi. Untungnya lumayan buat bayar cicilan motor,” ungkap wanita single ini.