Benarkah Fenomena Matahari 'Lockdown' Bisa Timbulkan Gempa Bumi & Kelaparan? Ini Penjelasan LAPAN RI
Matahari disebut tengah memasuki fase minimun yang diduga bisa menimbulkan bencana. Berikut penjelasannya dari pihak LAPAN RI.
Fenomena tersebut membuat musim dingin berkepanjangan, susah panen, kelaparan, hingga letusan gunung api yang kuat.
Bahkan suhu anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun.
Hal ini membuat produksi pangan duni hancur.

Baca: 4 FENOMENA Langit Mei 2020: Supermoon Terakhir hingga Matahari di Atas Kabah Pertama
Sementara itu, mengutip dari Daily Mail, fase lockdown matahari ini dapat menyebabkan ledakan "sprite".
Ledakan tersebut seperti cahaya oranye dan merah yang melesat keluar dari puncak badai seperti pohon-pohon setinggi 60 mil di langit.
Met Office dan anggota Royal Astronomical Society meminta masyarakat untuk tidak panik terhadap fenomena tersebut.
Hal ini lantaran fenomena yang terjadi merupakan sifat alami.
Seperti yang diketahui, matahari merupakan salah satu bintang yang membuat bumi tetap hidup.
Maka segala aktivitasnya mungkin akan menimbulkan konsekuensi.
Ilmuwan Met Office Jeff Knigt menegaskan, kemungkinannya sangat kecil untuk menimbulkan musim dingin berkepanjangan.
Jeff memprediksi, penurunan suhu tak akan mencapai 20 derajat.

Baca: Deretan Fakta Unik Midnight Sun, Fenomena Matahari Tengah Malam di Skandinavia
"Minimum matahari kemungkinan akan mempengaruhi suhu rata-rata global, menjadikannya lebih dingin, tetapi hampir tidak mencapai 20 derajat," katanya.
Meski bumi akan mengalami penuruan suhu, hal ini tidak berarti bahwa masalah pemanasan global telah selesai.
"Hanya karena kita dalam jumlah minimum, itu tidak berarti pemanasan global akan ditangkap atau dibalik - ini memiliki efek yang jauh lebih halus daripada itu," katanya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (LAPAN RI) juga turut menyinggung soal fase minimum matahari ini.