Sabtu, 4 Oktober 2025

Ribetnya Budaya Minum Kopi di Taiwan, Petani Kopi Sumedang Ini Terkesima

Bagi orang Taiwan, asal kopi, apa varietasnya, serta bagaimana proses pengolahannya, menjadi penting. Mereka memperhatikan aroma dan citarasa.

Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com
Suasana kedai kopi di Taipei Nangang Exhibition Center, Taipei City, Jumat (16/2019). 

TRIBUNNEES. COM - Seorang wanita berkacamata, jalan lambat di depan gerai Kementerian Pertanian (Kementan) RI di Taiwan International Coffee Show 2019, Nangang Exhibition Center, Taipei City, Sabtu (16/11/2019). 

Kepalanya mendongak ke atas, matanya mengarah ke tulisan KOPI NGOPI yang begitu menonjol pada banner sebagai identitas gerai. Tangannya memegang paper cup kecil kosong.

Wawan Hari Subagyo, rombongan Kementerian Pertanian RI, bernisiatif menawarkan kopi gratis yang baru saja diseduh oleh Sulaeman, petani kopi dari kelompok tani Maju Mekar, Sumedang, Jawa Barat.

Baca: Kementan Pamer Kopi Boehoen di Taiwan

Baca: Kementan Dampingi Pelaku Usaha Gula Aren di Hariang Keluar dari Kesulitan

Baca: Ciptakan Eksportir Handal untuk Produk Perkebunan Organik

Sulaeman adalah satu-satunya petani kopi Indonesia yang diikutsertakan oleh Kementerian Pertanian di ajang itu, untuk memamerkan Kopi Boehoen, produk dagangannya, kepada publik Taiwan.

Petani kopi dari Sumedang
Sulaeman, petani kopi dari Sumedang, yang mengikuti ajang Taiwan International Coffee Show di Nangang Exhibition Center, Taipei City.

"Mau coba?" ucap Wawan menggunakan bahasa Inggris sembari memegang teko berbahan gelas berisi kopi.

Baca: Inisiasi Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam Program 100 Hari Kerja

Wanita muda itu mendekat. Ia menyodorkan paper cup di tangannya sebagai isyarat ingin mencicipi kopi yang memang disediakan gratis untuk para pengunjung sebagai "perkenalan".

Setelah Wawan menuang kopi ke dalam paper cup, ia mencium aroma selama beberapa detik sebelum menyeruputnya. Diam sejenak, kemudian ia mengangguk-angguk.

"Bagaimana rasanya?" lanjut Wawan.

"Nice."

Wanita muda itu memperhatikan muka Wawan ketika menjelaskan darimana asal kopi dan memberi tahu proses pengolahan pascapanen. 

Suasana di gerai Kementerian Pertanian di ajang Taiwan International Coffee Show di Taipei Nangang Exhibition Hall, Taipei City, Kamis (15/11/2019).
Suasana di gerai Kementerian Pertanian di ajang Taiwan International Coffee Show di Taipei Nangang Exhibition Hall, Taipei City, Kamis (15/11/2019). (Tribunnews.com)

Selanjutnya, ia pandangannya beralih dan meraih botol plastik berisi green bean kopi di atas meja. Dibukanya tutup botol itu untuk mencium aromanya. 

Tak disangka-sangka ia ingin membeli biji kopi yang belum disangrai tersebut. Padahal di meja sudah tersedia roasted bean dalam kemasan untuk dijual. Ada juga dalam bentuk bubuk.

Baca: Tak Lagi Jadi Menteri, Amran Sulaiman Pulang Kampung Untuk Beternak dan Bertani

Yang jadi soal, green bean yang dipajang di atas meja hanya sebagai contoh. Sulaeman tidak menyiapkan stok green bean sebagai barang dagangan.

Suasana Taiwan International Coffee Show 2019 di Taipei Nangang Exhibition Hall, Taipei City, Kamis (15/11/2019).
Suasana Taiwan International Coffee Show 2019 di Taipei Nangang Exhibition Hall, Taipei City, Kamis (15/11/2019). (Tribunnews.com)

Rombongan Kementerian Pertanian mengira wanita itu, sebagai pengusaha kedai kopi atau pedagang. Tapi, dugaan mereka salah. Ia hanya penikmat kopi.

Christian Ivan Halim, mahasiswa Indonesia yang sudah empat tahun menempuh studi bisnis di Taiwan, mengatakan kopi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Taiwan.

Baca: Kementan: Swasembada Gula Putih Sudah di Depan Mata

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved