Ini Kata Psikolog soal Berbagi Peran Antara Ibu dan Pengasuh
“Anak juga membutuhkan figur yang tertarik dengan pikiran serta perasaannya sebagai makhluk emosi maupun sosial.”
Meski demikian, tak jarang ibu bekerja merasa bersalah karena menitipkan anak pada pengasuh.
“Setiap keputusan memiliki konsekuensi, namun tidak semua konsekuensi dapat dijalani dengan hati yang ringan. Oleh karena itu, bila tidak dapat memenuhi semua hal ideal dalam mengasuh anak, ibu perlu menerima keterbatasan diri sendiri,” saran Aurora.
Alihkan pikiran negatif dengan mengingat hal-hal positif yang Anda berikan untuk anak.
“Sebuah penelitian menunjukkan, ibu bekerja yang merasa puas dengan pekerjaannya akan tampil sebagai ibu yang bahagia dan lebih responsif dalam mengasuh anak.
Sebaliknya, ibu yang mengalami ketidakpuasan dalam bekerja cenderung kurang mendukung dan terlalu mengontrol anak sehingga anak terdorong menunjukkan perlawanan atau sikap negatif.”
Muncul Persaingan
Munculnya persaingan antara ibu dan pengasuh anak bisa disebabkan ibu kurang terlibat dalam pengasuhan anak.
“Beban pekerjaan sedang banyak sehingga ibu lelah dan kurang sabar dalam menghadapi anak. Anak pun lebih senang bersama pengasuh karena ‘jarang dimarahi’ pengasuh.
Nah, hal ini bisa memicu persaingan antara ibu dan pengasuh.”
Kurang komunikasi atau umpan balik yang konsisten dengan pengasuh juga bisa memicu rasa bersaing.
“Pengasuh merasa apa yang dilakukannya sudah tepat karena ia mampu membuat anak nyaman.
Padahal sebenarnya pembantu bersikap permisif.
Hal ini bisa memicu konflik yang lebih tajam jika pengasuh tidak mau menerima masukan.”
Maka, segera perbaiki kekurangan dalam hubungan dengan anak.
“Bila ibu tidak memperbaiki dan membiarkan pengasuh menangani anak sepanjang hari, anak pun semakin terlihat lebih dekat dengan pengasuh,” tegas Aurora.