Guru Garis Depan Upaya Mewujudkan Pemerataan Pendidikan Indonesia
Masyarakat Kabupaten Landak, Kalimantan Barat seolah mendapat angin segar saat Kemendikbud meluncurkan program Guru Garis Depan.
Saat melepas para guru GGD, ia meminta para guru untuk mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan baru tempat mengampu di daerah terluar, tertinggal, terdepan (3T) yang amat jauh dari kenyamanan.
Kemampuan survival dibutuhkan karena para guru itu akan mengabdi di daerah penempatan minimal 10 tahun. Meski demikian, Mendikbud yakin para guru itu akan betah di daerah penempatan.
"Dugaan saya, malah guru-guru tidak akan pindah kok. Biasanya betah," katanya.
Sain Widianto, salah satu CPNS GGD 2016 dari Banyuwangi yang ditempatkan di SDN Wringinanom, Situbondo, bercita-cita memajukan peserta didik yang akan diajarnya.

“Sebagai alumni SM3T, Saya mempunyai komitmen untuk membangun masyarakat di daerah terluar, tertinggal, terpencil,” ungkapnya.
Ia ingin kehadirannya dapat mengubah label “tertinggal” di daerah tersebut. Bahkan, jika dalam waktu 10 tahun tak ada perubahan, Sain akan terus mengadi di daerah tersebut.
Guru lainnya adalah Siti Zaenab Mbalu, seorang CPNS GGD 2016 dari Gorontalo yang ditempatkan di SMPN Satu Atap Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Ia pun memiliki cita-cita yang mulia.

Ia berharap bisa membangun masyarakat pinggiran di Papua tersebut dan bertekad akan mengabdi di daerah tersebut untuk selamanya.
“Saya akan mengabdi selamanya di Pegunungan Bintang, karena Saya juga sudah merasa nyaman dengan lingkungan di sana,” ujarnya.