Program Makan Bergizi Gratis
Tips Mengatasi Keracunan Makanan pada Anak Akibat Program Makan Massal, Rehidrasi Jadi Kunci
Gejala yang dialami anak-anak korban keracunan makanan secara massal ini umumnya meliputi mual, lemas, pusing, dan muntah
TRIBUNNEWS.COM - Belakangan ini, Indonesia dikejutkan oleh maraknya kasus keracunan makanan yang menimpa anak-anak sekolah melalui program Makanan Bergizi (MBG) yang seharusnya menjadi solusi pemenuhan gizi.
Berdasar data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) telah tercatat 6.452 anak menjadi korban keracunan MBG hingga 21 September 2025, sementara di Kabupaten Bandung Barat saja tercatat lebih dari 1.000 siswa yang menjadi korban.
Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah korban keracunan MBG telah melampaui angka 8 ribu anak secara nasional, dengan penambahan kasus terbesar terjadi pada periode 22 hingga 27 September 2025 sebanyak 2.197 anak dalam satu pekan.
Gejala yang dialami anak-anak korban keracunan makanan secara massal ini umumnya meliputi mual, lemas, pusing, muntah, dan bahkan kesakitan hebat sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Dalam situasi seperti ini, pengetahuan dasar tentang cara mengatasi keracunan makanan pada anak menjadi sangat kritis bagi orang tua, guru, dan tenaga kesehatan.
Artikel ini akan memberikan panduan lengkap dan terperinci tentang langkah-langkah yang harus diambil ketika anak mengalami keracunan makanan yang sedang marak terjadi.
1. Kenali Gejala Keracunan Makanan Sejak Dini
Langkah pertama dalam penanganan keracunan makanan adalah mengenali gejalanya sejak dini.
Pada kasus keracunan massal, gejala yang umum muncul meliputi mual, lemas, pusing, muntah, dan rasa sakit yang hebat di perut.
Gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain diare berulang, demam tinggi, sakit kepala hebat, dan dehidrasi (tanda-tanda seperti mulut kering, kurangnya produksi air kencing, dan mata cekung).
Pada anak-anak, gejala keracunan makanan biasanya muncul dalam waktu 30 menit hingga 6 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Baca juga: 12 Siswa SD di Banyumas dan 18 Siswa SD di Batam Diduga Keracunan MBG Menu Spageti
Penting untuk membedakan keracunan makanan dengan masalah pencernaan biasa.
Jika gejala yang muncul pada anak juga terjadi secara massal pada sekelompok anak lainnya karena mengonsumsi makanan yang sama, kemungkinan besar ini adalah keracunan makanan yang memerlukan penanganan segera.
Bila gejala tak terjadi secara massal dan hanya terjadi pada anak anda, bisa jadi hal tersebut merupakan masalah pencernaan biasa yang penanganannya bisa jadi lebih mudah.
2. Segera Hentikan Konsumsi Makanan yang Diduga Menyebabkan Keracunan
Jika anak menunjukkan gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan tertentu, segera hentikan konsumsi makanan tersebut.
Apabila kasus yang menimpa anak anda terjadi secara massal, maka simpan sisa makanan yang diduga menjadi penyebab untuk keperluan pemeriksaan lebih lanjut oleh pihak berwenang.
Dalam kasus keracunan akibat program makanan secara massal, orang tua atau guru harus melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah dan dinas kesehatan setempat untuk mencegah korban bertambah.
Jangan mencoba memaksa anak untuk muntah kecuali atas instruksi tenaga medis, karena tindakan ini justru dapat menyebabkan komplikasi pada beberapa jenis keracunan.
3. Pastikan Anak Tetap Terhidrasi dengan Cairan yang Tepat

Dehidrasi adalah komplikasi paling berbahaya dari keracunan makanan pada anak, terutama ketika disertai muntah dan diare berulang.
Berikan cairan rehidrasi oral (oralit) yang dapat dibeli di apotek atau dibuat sendiri dengan campuran 1 liter air matang, 6 sendok teh gula, dan 1/2 sendok teh garam.
Berikan cairan ini sedikit-sedikit namun sering, sekitar 1-2 sendok makan setiap 5-10 menit, terutama jika anak masih mengalami muntah.
Hindari memberikan minuman bersoda, jus kemasan, atau minuman berenergi karena dapat memperparah dehidrasi.
Air kelapa murni juga merupakan pilihan yang baik karena mengandung elektrolit alami yang membantu menggantikan cairan tubuh yang hilang.
4. Pantau Tanda-Tanda Dehidrasi dan Komplikasi Serius
Orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda dehidrasi berat yang memerlukan penanganan darurat, seperti: tidak buang air kecil selama lebih dari 8 jam, mulut dan bibir kering, mata cekung, lemas berat, dan sulit bangun.
Pada kasus keracunan massal yang melanda ribuan anak, beberapa korban harus dirawat di rumah sakit karena mengalami dehidrasi berat akibat muntah dan diare yang berkepanjangan.
Jika anak mengalami demam tinggi (di atas 39°C), kejang, darah dalam muntah atau tinja, atau kesadaran yang menurun, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat tanpa menunda.
Pada kasus keracunan dalam program makan yang digelar secara massal, pemerintah daerah biasanya menyiagakan posko kesehatan khusus untuk penanganan korban.
5. Berikan Makanan Ringan yang Mudah Dicerna Setelah Muntah Berhenti

Setelah gejala muntah berkurang (biasanya setelah 6-8 jam), mulailah memberikan makanan ringan yang mudah dicerna. Diet BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast) sering direkomendasikan untuk anak yang pulih dari keracunan makanan.
Hindari makanan berlemak, pedas, atau manis berlebihan karena dapat memicu kembali muntah atau diare.
Pada kasus keracunan massal, beberapa anak membutuhkan waktu 24-48 jam sebelum sistem pencernaan mereka siap menerima makanan normal kembali.
Berikan porsi kecil namun sering, dan perhatikan reaksi tubuh anak terhadap makanan yang diberikan. Jika gejala kembali muncul, hentikan sementara pemberian makanan padat dan kembali ke cairan rehidrasi.
6. Jangan Sembarangan Memberikan Obat Tanpa Konsultasi Dokter
Banyak orang tua cenderung memberikan obat anti-muntah atau anti-diare tanpa konsultasi dokter saat anak mengalami keracunan makanan.
Hal ini berisiko karena beberapa jenis keracunan justru memerlukan proses alami tubuh untuk mengeluarkan racun, dan obat-obatan tersebut dapat memperlambat proses ini sehingga memperparah kondisi.
Pada kasus keracunan massal yang melibatkan kontaminasi bakteri seperti Salmonella atau E. coli, pemberian obat anti-diare tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan komplikasi serius.
Selalu konsultasikan dengan tenaga kesehatan sebelum memberikan obat apapun kepada anak yang mengalami keracunan makanan.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.