Senin, 29 September 2025

Golden Period 4,5 Jam Jadi Penentu Peluang Sembuh Pasien Stroke

Dikatakan dokter spesialis saraf, keterlambatan penanganan membuat pasien sulit kembali ke kondisi normal.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
IST
PENANGANAN STROKE - dr Ika Yulieta Sihombing, Sp.N dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S dan saat talkshow bertajuk Acara mengenai Know the Signs of Stroke - BE FAST di Medistra Hospitals Jakarta, Rabu (24/9/2025). Ika Yulieta mengatakan, kunci utama untuk menyelamatkan pasien stroke terletak pada seberapa cepat mereka mendapatkan perawatan medis setelah gejala pertama muncul. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Stroke masih menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia, termasuk di Indonesia.

Kunci utama untuk menyelamatkan pasien stroke terletak pada seberapa cepat mereka mendapatkan perawatan medis setelah gejala pertama muncul.

Dokter Ika Yulieta Sihombing, Sp.N, spesialis saraf Medistra Hospitals mengatakan, golden period atau waktu emas penanganan stroke adalah 4,5 jam sejak gejala pertama muncul.

“Bila pasien mendapatkan penanganan dalam waktu ini, peluang pemulihan mendekati kondisi semula sangat tinggi,” ungkapnya saat talkshow bertajuk Know the Signs of Stroke - BE FAST di Medistra Hospitals Jakarta, Rabu (24/9/2025). 

Ika menegaskan, keterlambatan penanganan membuat pasien sulit kembali ke kondisi normal.

Baca juga: Pakar Ingatkan Waspada Cuaca Panas Ekstrem, Mulai Heat Stroke, Dehidrasi, hingga Gangguan Jantung 

“Namun dengan terapi yang tepat, banyak pasien yang tetap dapat kembali beraktivitas secara produktif,” jelasnya.

Ika meluruskan kesalahpahaman seputar Digital Subtraction Imaging (DSI).

Menurutnya, DSI bukanlah metode pengobatan stroke hiperakut, melainkan prosedur diagnostik untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko pasien.

“DSI bisa dilakukan pada fase akut maupun tidak akut. Fungsinya lebih ke pemeriksaan, bukan tindakan penyembuhan,” tegasnya.

Untuk fase hiperakut atau jam-jam pertama serangan stroke, ada dua prosedur medis yang menjadi fokus, yaitu trombolisis berupa pemberian obat penghancur sumbatan pembuluh darah otak melalui suntikan dan thrombectomy – tindakan medis menggunakan alat khusus untuk mengambil bekuan darah dari pembuluh otak.

“Trombolisis dan thrombectomy inilah penanganan yang paling krusial dalam jam-jam pertama serangan stroke. Jika berhasil dilakukan tepat waktu, banyak pasien bahkan tidak memerlukan rehabilitasi panjang,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S  mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala awal stroke.
Tanda-tanda seperti wajah tiba-tiba mencong, bicara pelo, kelemahan anggota gerak, hingga pandangan kabur harus segera ditangani.

"Prinsip FAST (Face drooping, Arm weakness, Speech difficulty, Time to call emergency) dapat membantu masyarakat mengenali stroke lebih cepat," katanya.

Gaya hidup modern dengan pola makan tinggi lemak dan gula, kurang olahraga, stres, serta kebiasaan merokok terbukti meningkatkan risiko stroke.

"Dengan menjaga pola hidup sehat, memeriksakan kesehatan secara rutin, serta segera bertindak cepat saat gejala muncul, risiko kecacatan dan kematian akibat stroke dapat ditekan," kata Ika.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan