Viral Tren Garam Himalaya untuk MPASI Bayi, Dokter Ingatkan Risiko Kekurangan Iodium
Medsos ramai membicarakan tren pemberian garam Himalaya pada makanan pendamping ASI (MPASI) bayi. Ternyata ada risikonya.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Media sosial belakangan ramai membicarakan tren pemberian garam Himalaya pada makanan pendamping ASI (MPASI) bayi.
Garam berwarna merah muda ini kerap dianggap lebih sehat dan alami oleh para orangtua.
Baca juga: Tips Praktis Siapkan MPASI Si Kecil saat Mudik
Garam Himalaya adalah jenis garam alami yang berasal dari tambang Khewra Salt Mine di kaki pegunungan Himalaya, Pakistan.
Garam ini dikenal karena selain warna merah muda khasnya juga ada kandungan mineralnya yang lebih kaya dibandingkan garam dapur biasa.
Benarkah kandungan zat dalam garam himalaya ini sehat dan cocok untuk dikonsumi bayi usia di bawah tiga tahun (batita)? Ternyata pendapat ini ditepis.
Para ahli mengingatkan tren ini justru berpotensi membahayakan kesehatan si kecil. Mengapa?
Baca juga: 4 Menu MPASI Sehat dan Bergizi Ala Sabrina Anggraini
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Winra Pratita, Sp.A, M.Ked(Ped) menjelaskan bahwa garam Himalaya yang dijual di pasaran umumnya tidak diperkaya iodium saat proses pengolahannya.
Padahal, iodium adalah mineral mikro yang sangat penting bagi bayi yang baru saja belajar makan melalui MPASI, terutama untuk mendukung kesehatan tiroid dan metabolisme tubuh.
MPASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi mulai usia sekitar 6 bulan sebagai pelengkap ASI yang sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi secara eksklusif.
Tujuan pemberian MPASI salah satunya ialah memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi bayi yang meningkat seiring pertumbuhan.
Nah, jika untuk pertumbuhan, menurut para ahli dengan tidak adanya iodium ini maka salah satu kebutuhan gizi yang diperlukan bayi tidak terpenuhi.
"Garam Himalaya ternyata tidak mengandung iodium, karena tidak diperkaya iodium pada proses pengolahannya. Padahal iodium itu merupakan salah satu mineral zat nutrisi mikro yang dibutuhkan bayi untuk tiroid, metabolisme tubuh," jelasnya pada webinar, Selasa (12/8/2025).
Iodium, Nutrisi Kecil dengan Peran Besar
Kekurangan iodium pada masa pertumbuhan dapat memengaruhi perkembangan otak dan fungsi tubuh anak secara keseluruhan.
Karena itu, pemberian garam beriodium menjadi langkah penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi tercukupi.

Namun, jumlah garam yang diberikan tetap harus sesuai anjuran.
Anak di bawah usia dua tahun sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 1 gram garam per hari.
"Pemberian garam beriodium, tapi ingat tadi ada batasan yang harus dilihat di bawah 1 gram untuk anak di bawah 2 tahun," tegasnya.
Panduan Pemberian Makanan Pada Bayi Menurut WHO dan IDAI

Para ahli mengingatkan, masa bayi adalah periode emas (golden period) yang sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak.
Panduan pemberian makan yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengacu pada standar WHO, yaitu ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan pemberian MPASI paling lambat saat bayi berusia enam bulan.
"Nutrisi berperan penting dalam periode masa emas, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Panduan pemberian makan menurut IDAI berdasarkan WHO: ASI eksklusif 6 bulan, pemberian MPASI paling lambat usia 6 bulan," ujarnya.
Kebiasaan turun-temurun maupun informasi yang viral di media sosial tidak selalu sejalan dengan rekomendasi medis.
Setiap orang tua perlu memeriksa kebenaran informasi sebelum menerapkannya.
Dengan begitu, pemberian MPASI akan tetap aman, bergizi, dan sesuai kebutuhan tumbuh kembang anak, tanpa terjebak pada tren yang belum terbukti secara ilmiah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.