Senin, 6 Oktober 2025

5,6 Miliar Orang Terancam Chikungunya: WHO Minta Dunia Belajar dari Wabah 2004

Virus tropis ini menyebar diam-diam ke 119 negara. WHO minta dunia belajar dari wabah 2004 sebelum terlambat.

Freepik
CHIKUNGUNYA. Gambar dari Freepik, Rabu (6/8/2025) menunjukkan nyamuk chikungunya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa dunia menghadapi ancaman serius dari virus Chikungunya, dengan pola penyebaran yang mengingatkan pada epidemi besar tahun 2004. Saat ini, 5,6 miliar orang di 119 negara berada dalam risiko terpapar virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.

“Sejak awal tahun, kami melihat pola yang sama seperti dua dekade lalu. Wabah besar telah dilaporkan di Réunion, Mayotte, dan Mauritius. Sepertiga penduduk Réunion diperkirakan telah terinfeksi,” kata perwakilan WHO, Diana Rojas Alvarez, dalam konferensi pers di Jenewa.

Lonjakan Kasus Global: 240.000 Terinfeksi, 90 Meninggal

Chikungunya telah menyebabkan 240.000 kasus dan 90 kematian secara global sepanjang 2025, menurut data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa. WHO menyerukan tindakan segera agar sejarah kelam wabah 2004 tidak terulang.

“Virus ini menyebar diam-diam dan cepat. Kami membunyikan alarm sejak dini agar negara-negara dapat memperkuat kapasitas deteksi dan respons,” ujar Rojas.

Negara-negara Terdampak dan Peringatan Perjalanan

Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan perjalanan terkait chikungunya di sejumlah wilayah Asia, Amerika Selatan, Afrika, dan Samudra Hindia. Pejabat kesehatan AS meminta pelancong untuk mewaspadai risiko penularan di negara-negara seperti Guangdong (Tiongkok), Bolivia, Kenya, Madagaskar, Mauritius, Mayotte, Réunion, Somalia, dan Sri Lanka.

Baca juga: Miris! Biskuit Stunting Diduga Dikorupsi, Anak Indonesia Terancam

Menurut The Straits Times, CDC AS tengah mempertimbangkan travel notice resmi untuk Tiongkok setelah lonjakan kasus chikungunya di Provinsi Guangdong, yang mencatat hampir 5.000 kasus sejak awal Juli.

Di Asia Tenggara, Singapura melaporkan peningkatan kasus chikungunya. Menurut data mingguan pemerintah per 2 Agustus 2025, terdapat 17 kasus sejak awal tahun. Sebanyak 13 di antaranya berasal dari pelancong yang baru kembali dari daerah wabah, sementara sisanya merupakan kasus sporadis yang tidak saling terkait.

Apa Itu Chikungunya dan Penyebabnya?

Chikungunya adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus chikungunya dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada 1952 dan sejak itu menyebar ke berbagai wilayah tropis dan subtropis.

Penularan terjadi terutama di siang hari, dengan aktivitas puncak nyamuk pada pagi dan sore. Nyamuk Aedes berkembang biak di genangan air dan lingkungan lembap, menjadikannya vektor utama penyebaran virus. Lingkungan urban dengan sanitasi buruk dan wadah air terbuka memperbesar risiko infeksi.

Gejala, Durasi Infeksi, dan Risiko Komplikasi Chikungunya

Penyakit Chikungunya menjangkiti warga di hampir semua kecamatan di Kabupaten Semarang. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pun menetapkan peristiwa itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penyakit Chikungunya menjangkiti warga di hampir semua kecamatan di Kabupaten Semarang. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang pun menetapkan peristiwa itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) (Kompas.com)

Menurut CDC, gejala chikungunya meliputi demam tinggi, nyeri dan pembengkakan sendi, sakit kepala, nyeri otot, serta ruam kulit. Lebih dari separuh pasien mengalami gejala yang menyerupai demam biasa, namun sebagian kasus dapat berkembang menjadi ekstrem dan berakibat fatal.

Infeksi biasanya berlangsung antara dua hingga 12 hari. WHO mencatat bahwa lansia, bayi baru lahir, dan individu dengan penyakit bawaan memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius, termasuk gangguan kardiovaskular, neurologis, dan multiorgan. Kasus berat dapat memerlukan perawatan medis intensif dan pemantauan berkelanjutan.

Baca juga: Bukan Hanya Orang Tua, Anak Muda Juga Bisa Terkena Varises, Ini Penyebabnya 

Belum Ada Obat Antivirus, Pencegahan Jadi Kunci

Hingga kini belum tersedia pengobatan antivirus untuk chikungunya. Obat-obatan hanya digunakan untuk meredakan nyeri dan demam.

WHO mengimbau masyarakat untuk menggunakan obat nyamuk, menutup wadah air, dan menjaga kebersihan lingkungan sebagai langkah pencegahan utama.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved