Senin, 29 September 2025

Telinga Punya Mekanisme 'Self Cleansing', Pemeriksaan ke Dokter Bisa Dilakukan 10 Tahun Sekali

Kotoran telinga sebenarnya normal terbentuk dan akan keluar dengan sendirinya jika mekanisme ini berjalan lancar. Tidak semua perlu bersihkan telinga

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
Istimewa
KOTORAN TELINGA - IIustrasi kotoran telinga. Banyak orang masih salah kaprah soal kotoran telinga atau earwax. Sebagian menganggapnya sebagai kotoran yang harus selalu dibersihkan. Padahal telinga manusia sebenarnya memiliki mekanisme self-cleansing atau membersihkan diri sendiri 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak orang masih salah kaprah soal kotoran telinga atau earwax.  Sebagian menganggapnya sebagai kotoran yang harus selalu dibersihkan.

Baca juga: Jangan Sering Colok Telinga Pakai Cotton bud, Dokter Jelaskan Cara Aman Bersihkan Earwax

Padahal telinga manusia sebenarnya memiliki mekanisme self-cleansing atau membersihkan diri sendiri. Menurut Dokter Spesialis THT Bedah Kepala dan Leher RS Pondok Indah, dr Ashadi Budi, Sp.T.H.T.B.K.L menjelaskan, kotoran telinga sebenarnya normal terbentuk dan akan keluar dengan sendirinya jika mekanisme ini berjalan lancar. 

“Kalau dia nggak self-cleansing, otomatis bisa terjadi kotorannya gagal keluar, ada sesuatu yang menghambat dia keluar alami,” ujarnya pada media diskusi di Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).

Jika proses alami ini terganggu, kotoran telinga bisa menumpuk dan menimbulkan berbagai keluhan, seperti rasa penuh di telinga, pendengaran berkurang, atau gatal berlebihan. 

Meski begitu, tidak semua orang perlu membersihkan telinga secara rutin di dokter.  Dalam banyak kasus, pemeriksaan hanya diperlukan sekali dalam 10 hingga 20 tahun, bahkan ada pasien yang telinganya tetap bersih meski belum pernah dibersihkan sama sekali.

Pemeriksaan rutin tetap boleh dilakukan sebagai bentuk pengecekan, namun sifatnya opsional jika tidak ada keluhan. Sama halnya seperti memeriksa mata di optik, pemeriksaan telinga bisa dilakukan kapan saja, tetapi tidak menjadi kewajiban medis jika kondisi normal.

Baca juga: Dokter Spesialis THT: Sound Horeg Picu Risiko Pendengaran Rusak Permanen

Selain kotoran telinga, gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti penuaan, genetika, atau masalah pada sistem konduksi suara, termasuk robekan gendang telinga. Menurut dr Ashadi, seiring bertambahnya usia, pendengaran akan menurun secara alami.

Pada orang berusia di atas 40 tahun, risiko gangguan pendengaran meningkat, salah satunya akibat otitis media akut atau radang telinga tengah yang dapat memicu pecahnya gendang telinga. Kondisi ini biasanya berawal dari infeksi saluran pernapasan atas seperti batuk dan pilek yang membuat cairan dari hidung masuk ke telinga tengah dan menimbulkan tekanan.

Jika tidak segera ditangani, tekanan tersebut dapat membuat gendang telinga robek, yang walaupun mengurangi rasa sakit justru berpotensi menyebabkan masalah pendengaran jangka panjang.

Baca juga: Kenali Operasi Timpanoplasti, Penanganan Gendang Telinga yang Rusak hingga Robek

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan