Jangan Takut Periksa! Cara Cek Benjolan di Leher Sendiri Itu Mudah, Cuma Perlu Cermin
Banyak orang kaget saat menemukan benjolan di lehernya, dan langsung khawatir penyakit serius. Padahal jika rutin ciek bisa dideteksi. Caranya mudah.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak orang kaget saat menemukan benjolan di lehernya, bahkan tak jarang langsung khawatir penyakit serius.
Baca juga: Hilangkan Benjolan Tiroid Tanpa Operasi, RFA Jadi Solusi Minim Invasif yang Efektif
Padahal, sebagian besar benjolan di leher bersifat jinak dan bisa ditangani jika dideteksi sejak dini.
Oleh karena itu, pemeriksaan mandiri secara rutin agar perubahan pada leher dapat diketahui lebih cepat.
Hal ini disarankan oleh Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes dari Eka Hospital BSD, dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, FINASIM, RFA
Menariknya, cara ini sangat mudah dan bisa dilakukan di rumah tanpa alat khusus.
“Di depan kaca, ada sedikit menegadah, lihat-lihat di bagian tengah, terus kita lihat ke samping sedikit. Sambil nelan, mau siapin air putih boleh. Kita lihat ada yang bergerak, simetris kanan-kiri, ada yang agak-agak di sini, itu baru bagian yang awal,” ujarnya pada media briefing di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Tantangan pada Pasien Obesitas
Bagi sebagian orang, terutama yang memiliki obesitas, mendeteksi benjolan di leher bisa lebih sulit.
Hal ini disebabkan oleh lapisan lemak di bawah kulit yang lebih tebal, sehingga bentuk leher terlihat besar meski tanpa benjolan.
Baca juga: Benjolan di Leher Jangan Dianggap Sepele, Bisa Jadi Tumor Tiroid Jinak atau Ganas
Pada kasus seperti ini, pemeriksaan langsung oleh dokter menjadi penting untuk memastikan apakah tonjolan tersebut benar berasal dari tiroid atau hanya jaringan lemak.
Pasien obesitas dan penderita diabetes bahkan disarankan melakukan pemeriksaan tiroid sebagai bagian dari skrining rutin.
Bahaya Jika Gangguan Tiroid Tak Diobati
Gangguan tiroid terbagi menjadi hipotiroid (fungsi tiroid menurun) dan hipertiroid (fungsi tiroid berlebih).
Keduanya memiliki risiko serius jika diabaikan.
Hipotiroid yang tidak terkontrol dapat menyebabkan metabolisme melambat, berat badan naik, kolesterol meningkat, hingga kekentalan darah bertambah.
“Kalau udah hipotiroid, dah diminta dokternya minum hormon, yaudah minum aja. Jangan di-stop. Kalau hipotiroid, metabolismenya melambat, berat badannya naik, kolesterolnya juga biasanya naik, kekentalan darahnya juga naik,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.