Minggu, 5 Oktober 2025

Kenali Gejala Awal HNP pada Remaja, Jangan Anggap Remeh Sakit Pinggang Berkepanjangan

HNP atau Hernia Nucleus Pulposus adalah kondisi saraf terjepit akibat bantalan tulang belakang yang pecah dan menekan saraf di sekitarnya.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
kompas.com
ilustrasi seseorang yang mengalami keluhan sakit pinggang 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sakit pinggang yang dikeluhkan anak-anak dan remaja kadang dianggap hal biasa oleh orang tua. 

Padahal, bisa jadi itu merupakan gejala awal dari HNP atau Hernia Nucleus Pulposus adalah kondisi saraf terjepit akibat bantalan tulang belakang yang pecah dan menekan saraf di sekitarnya.

Menurut dr. Asrafi Rizki Gatam, Sp.OT (K) Spine, Spesialis Orthopedi Tulang Belakang dari Eka Hospital BSD, orang tua perlu waspada jika anak mengalami nyeri pinggang yang tidak kunjung reda selama dua minggu atau lebih. 

Gejala tersebut bisa menjadi tanda awal terjadinya HNP.

BACA: Remaja Rentan Saraf Kejepit, Ini Penyebab dan Gejala yang Perlu Diwaspadai

“Kapan nyeri pinggang itu harus kita waspadai? Apabila nyeri pinggang itu sifatnya kronis dalam jangka waktu yang panjang, misalnya dia udah lebih dari 2 minggu sakit pinggang nggak hilang-hilang,” kata dr Asrafi pada media briefing yang diselenggarakan di Tanggerang Selatan, Jumat (25/7/2025). 

Gejala lain yang kerap muncul adalah nyeri menjalar dari pinggang ke kaki, betis, hingga ke tumit. 

Jika dibiarkan, bisa terjadi gangguan motorik seperti sulit berjalan dengan tumit atau tidak mampu berjinjit. 

Pada kasus yang lebih berat, bisa muncul gangguan buang air kecil dan buang air besar, meski hal ini sangat jarang terjadi pada usia muda.

Gaya Hidup Sedentari Jadi Akar Masalah

Pola hidup sedentari atau kurang gerak pada anak dan remaja menjadi salah satu penyebab utama munculnya HNP di usia muda. 

Penggunaan gawai yang berlebihan membuat anak-anak cenderung duduk diam dalam waktu lama tanpa aktivitas fisik yang memadai.

Otot yang mengecil membuat fungsi penopang tulang belakang melemah. 

Padahal, otot merupakan struktur penting yang melindungi bantalan tulang dari tekanan berlebih. 

Saat kekuatan otot menurun, risiko pecahnya bantalan tulang pun meningkat.

Sebaliknya, membawa tas berat justru tidak selalu berdampak negatif. 

Menurut dr. Asrafi, selama dalam batas wajar, aktivitas membawa beban bisa membantu memperkuat otot punggung, seperti halnya latihan beban di gym.

Waktu yang Tepat untuk Operasi

Jika nyeri sudah menetap dan tidak merespons pengobatan non-operatif seperti fisioterapi, maka tindakan operasi menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan. 


Namun, pasien biasanya diberi kesempatan menjalani fisioterapi dalam satu siklus, sekitar 6–7 kali sesi.


“Kalau memang nggak membaik, ya udah kerjakan operasi untuk diambil si jepitannya. Bagaimanapun caranya, mau open surgery, mau mikroskop, mau endoskopi, terserah yang mana aja,” kata dr. Asrafi.


Sebagian pasien juga diberikan suntikan obat atau diagnostic block untuk memastikan lokasi tepat saraf yang terjepit. 


Jika setelah penyuntikan nyeri berkurang, maka tindakan bedah bisa difokuskan hanya pada titik tersebut.


Penting bagi orang tua untuk tidak mengabaikan keluhan anak soal nyeri pinggang, terlebih jika nyeri menjalar atau disertai gangguan fungsi gerak. 


Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang pemulihan tanpa prosedur invasif.


Dengan mengenali gejala dan menjaga gaya hidup aktif sejak dini, anak-anak dapat terhindar dari risiko HNP yang semakin mengintai generasi muda di era serba digital ini.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved