Kebiasaan Minum Teh Usai Makan Bisa Hambat Penyerapan Zat Besi, Berpotensi Kena Anemia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak orang terbiasa mengakhiri makan dengan segelas teh manis panas atau hangat. Praktik ini lumrah di Indonesia, bahkan sering dianggap sebagai penutup makan yang menyegarkan. 

Baca juga: Khasiat Minum Teh Hijau Jepang, Bantu Ciptakan Ketenangan dan Jaga Kesehatan Mental

Namun, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini bisa menghambat penyerapan zat besi dari makanan?

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K) minum teh sebelum makanan benar-benar habis, maupun setelah makan selesai, sama-sama bisa mengganggu proses penyerapan nutrisi.

“Karena untuk sampai ke sesi penyerapan, dari makanan di mulut sampai ke usus halus, itu butuh waktu. Ada orang dua jam, ada yang tiga, empat, bahkan lima jam,” ujar dr Andi pada talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Senin (16/6/2025). 

Proses penyerapan zat gizi, termasuk zat besi, tidak selesai dalam hitungan menit setelah makan. Butuh waktu beberapa jam agar nutrisi dalam makanan benar-benar diserap oleh usus halus. 

Oleh sebab itu, konsumsi minuman tertentu, seperti teh dalam rentang waktu tersebut bisa mengganggu proses tersebut. “Jadi kalau mau minum teh dengan penyerapan nutrisi yang bagus, memang rentangnya harus dibedakan,” tambahnya.

Kebiasaan ini berbeda dengan tradisi di beberapa negara lain seperti Jepang atau Inggris. Di sana, sesi minum teh dipisahkan dari waktu makan utama. 

Baca juga: Balita Sebaiknya Tak Diberi Teh Hijau

Masyarakat tidak minum teh saat sedang makan nasi atau ikan, melainkan pada waktu khusus, seperti sore hari, yang memang ditujukan untuk minum teh.

Menurut dr Andi, teh mengandung senyawa bernama tanin, yaitu zat yang dikenal mampu mengikat zat besi non-heme (zat besi dari sumber nabati). Sehingga menghambat penyerapannya di tubuh. 

Efek ini berlaku pada hampir semua jenis teh, baik teh manis maupun teh tawar. “Karena kan masalahnya bukan manis atau tawar, tetapi penghambatnya ada di dalam teh. Senyawanya tuh khasnya tanin, itu yang menghambat,”ujar dr Andi.

Tanin bekerja dengan cara membentuk ikatan kompleks dengan zat besi di saluran pencernaan, sehingga zat besi tersebut tidak bisa diserap secara optimal.  

Akibatnya, meskipun seseorang sudah mengonsumsi makanan kaya zat besi seperti sayur atau telur, tubuh tetap kesulitan menyerapnya jika dibarengi dengan konsumsi teh.

Untuk menghindari gangguan penyerapan nutrisi para ahli menyarankan agar minum teh dilakukan setidaknya 1,5 hingga 2 jam setelah makan.  

Dengan jarak waktu tersebut, tubuh memiliki kesempatan untuk menyerap nutrisi dari makanan sebelum senyawa penghambat seperti tanin masuk. Sebagai alternatif, Anda juga bisa memilih air putih atau jus buah tinggi vitamin C setelah makan. 

Vitamin C justru membantu penyerapan zat besi, terutama dari sumber nabati. Kebiasaan sederhana seperti minum teh setelah makan ternyata bisa berdampak besar pada penyerapan zat gizi penting seperti zat besi. 

Baca juga: Ancaman Kesehatan di Balik Godaan Segarnya Es Teh Manis Jumbo

Jika dilakukan secara terus-menerus, hal ini bisa menjadi salah satu penyebab anemia, terutama pada individu dengan risiko tinggi. Mengubah kebiasaan minum teh bukan berarti harus meninggalkannya sepenuhnya, melainkan menyesuaikan waktunya.  

Memisahkan sesi makan dan sesi minum teh bisa menjadi langkah kecil yang membawa manfaat besar bagi kesehatan jangka panjang.