Beda Gejala Pubertas dan Gangguan Mental pada Remaja Menurut Psikiater
Gejala gangguan mental kadangkala tumpang tindih dengan gejala pubertas yang dialami remaja.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan kesehatan mental seperti bipolar dan skizofrenia juga bisa dialami anak-anak hingga remaja.
Sayangnya, masih banyak kasus yang tidak ditemukan atau tidak terdiagnosis. Karena banyak yang tidak menyadari gejala yang ditunjukkan remaja.
Sebagian orang tua bisa saja beranggapan bahwa gejala yang ditunjukkan adalah gejala pubertas normal dialami remaja.
Baca juga: Polusi udara picu tren pubertas dini dan menstruasi lebih awal pada anak perempuan
Hal ini pun dibenarkan oleh Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH.
"Gejala (gangguan kesehatan mental) yang bertumpang tindih dengan gejala dari gangguan mental lainnya seperti gejala ADHD, autisme, dan lainnya. Kadang dianggap sebagai perilaku anak yang wajar padahal sudah menunjukkan tanda awal," kata Prof Tjhin pada konferensi pers Wellesta, Rabu (14/5/2025).
Menurut Prof Tjhin, saat remaja memang terjadi perubahan hormonal yang cukup signifikan.
Misalnya, peningkatan testosteron pada anak laki-laki sehingga menimbulkan pelaku impulsif dan agresif.
Pada remaja perempuan terjadi peningkatan estrogen yang membuat mereka sensitif atau mudah tersinggung.
"Jadi memang bagaimana membedakannya? Sebenarnya kalau kita kembali lagi. Apakah ini suatu perubahan yang memang normal atau memang perubahan yang sudah menuju ke arah satu gangguan mental seperti skizofrenia dan depresi," paparnya.
Umumnya, orang yang mengalami gangguan mental akan menunjukkan distress.
Distress di sini, kata Prof Tjhin menimbulkan penderitaan karena kondisi emosi dan cara berpikir.
Distres adalah keadaan aversif di mana seseorang tidak dapat sepenuhnya beradaptasi dengan stresor dan stres yang diakibatkannya lalu menunjukkan perilaku maladaptif
"Tidak seperti orang-orang pada umumnya, dia tentunya akan menjadi terisolasi, tidak diterima. Atau dia enggak bisa sekolah lagi, gak bisa bersosialisasi lagi dengan baik. Berarti kan ini merupakan tanda," jelas Prof Tjhin.
Beberapa tanda di atas bisa menjadi acuan bagi orang tua bahwa ada perkembangan yang tidak kenal pada remaja.
Perubahan hormonal yang normal pada remaja umumnya tidak sampai menganggu produktifitas dan aktivitasnya.
Walau hormon testosteron atau estrogen sedang berproduksi, remaja tetap bisa bersekolah dengan baik.
"Tetap berprestasi dengan baik, sosialisasi dengan baik. Jadi memang itu merupakan hal yang perlu kita melihat, ini sudah sampai ke arah mana sih sebenarnya," tutup Prof Tjhin.
1 dari 3 Remaja di Indonesia Alami Gangguan Mental, Banyak yang Ingin Akhiri Hidup |
![]() |
---|
Gangguan Mental Dialami 1 dari 7 Remaja, IDAI Ingatkan Bahaya Beban Akademik dan Media Sosial |
![]() |
---|
Dampak Di-bully Nikita Mirzani Wajah Dikatai Abu-abu, Reza Gladys Datangi Psikiater: Ada Gangguan |
![]() |
---|
Berseteru dengan Nikita Mirzani, Reza Gladys Sempat Datangi Psikiater |
![]() |
---|
Jangan Tunda Konsultasi dan Terapi, Gangguan Bipolar dan Skizofrenia Tak Bisa Diabaikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.