Lawan Kanker, Pemerintah Bakal Gunakan AI, Pasien BPJS Kesehatan Juga Bisa Nikmati Layanan
Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70 persen pada 2050, jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat.
Saat ini, sekitar 400 ribu kasus baru kanker terdeteksi setiap tahunnya, dengan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Tanpa intervensi yang efektif, beban kanker akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.
Terkait hal tersebut guna mempermudah diagnosis awal, pemilihan terapi dan pengobatan yang tepat bagi para survivor kanker, maka saat ini digunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI).
Transfer teknologi tersebut kini sudah dilakukan di Indonesia melalui kerjasama kemitraan strategis antara pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan Perthera perusahaan yang dikenal sebagai The Therapeutic Intelligence Company bersama dengan Pathgen Diagnostik Teknologi, penyedia diagnostik molekuler terkemuka di Indonesia.
"Kanker ini naik terus jumlah kasus meninggalnya tiap tahun. Sekarang ketemu dulu kan nggak ketemu, karena sekarang diagnostiknya makin bagus. Namun yang penting bagaimana masyarakat diedukasi penyakit ini(kanker) harus dideteksi dini lebih awal karena teknologi yang berkembang sekarang seperti ini. Semuanya sudah tinggi tapi harus deteksi dini," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai MoU dengan Perthera dan Pathgen Diagnostik Teknologi di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin(12/5/2025).
Sementara itu CEO Pathgen Diagnostik Teknologi, Dr Susanti mengatakan AI driven technology bisa meningkatkan survival atau ketahanan hidup dua setengah kali dari para pasien kanker, biaya pengobatan juga bisa direduksi karena obat yang dipilih lebih tepat serta membantu dokter berikan rekomendasi obat yang tepat.
"Ini bisa mengurangi biaya 30 persen. Harapannya nanti bisa diimplementasikan secara luas oleh PathGen di Indonesia bersama rekan rekan medis dan klinis bisa secara overall mengurangi pembiayaan nasional dengan adanya deteksi dini akurat dan penggunaan obat yang tepat," kata Susanti.
"Komitmen saya adalah memastikan tidak ada lagi pasien kanker di Indonesia yang berjuang tanpa harapan atau akses ke pengobatan terbaik," kata Susanti.
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Lucia Rizka Andalusia ketika ditanya bagaimana cara kerja dari teknologi kecerdasan buatan dalam mendeteksi kanker dalam tubuh manusia.
Ia menjelaskan AI dalam bekerja nantinya melakukan pengumpulan data-data mulai dari ekspertis atau ahli untuk kemudian disimpulkan apa penyakitnya dan apa terapi dan obat yang tepat.
"Jadi AI ini hanya membantu mempercepat hasil diagnosis saja tidak menggantikan kerja diagnosisnya. Kan ada banyak tahapan. Kalau dalam kanker misal 1 sampai 11, nah dari situ apa keputusan terapinya bisa diambil lebih cepat," ujar Rizka.
Rizka juga menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk pasien kanker ini juga akan menyasar peserta BPJS Kesehatan. Karena nantinya ini akan dilakukan juga di seluruh daerah di Indonesia.
"Ya jelas dong mereka(peserta BPJS Kesehatan) dapat, karena ini akan dilakukan di seluruh daerah juga," ujarnya.
Komdigi Dorong Peningkatan Kualitas SDM di Tengah Gempuran Teknologi AI |
![]() |
---|
5 Prompt Gemini AI Photobox Bareng Pasangan yang Unik dan Keren |
![]() |
---|
Kanker Tulang Bisa Serang Segala Usia, Bisakah Disembuhkan? Ini Kata Dokter |
![]() |
---|
Gejala Kanker Tulang Sering Disangka Nyeri Biasa, Dokter Jelaskan Apa Bedanya |
![]() |
---|
Pasien BPJS Kesehatan Wajib Skrining Riwayat Kesehatan Sebelum Berobat di Faskes Tingkat Pertama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.