Selasa, 7 Oktober 2025

Mengenal Gangguan Mata Kering yang Dipicu Perubahan Gaya Hidup di Era Digital

Kondisi ini dikenal dengan istilah dry eye, yang jika tidak ditangani dengan tepat, bisa menyebabkan kerusakan pada permukaan mata, dari yang ringan

Penulis: Eko Sutriyanto
Tribunnews.com/Handout
GANGGUAN MATA - Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr dr. Nina Asrini Noor, SpM, saat pembukaan layanan JEC Dry Eye Service di RS Mata JEC @ Kedoya, Jakarta Barat, belum lama ini. Dalam kesempatan itu, Nina menjelaskan tentang gangguan mata kering yang dipicu perubahan gaya hidup di era digital. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perubahan gaya hidup di era digital yang semakin padat dengan perangkat elektronik seperti ponsel pintar, komputer, dan televisi mempengaruhi kesehatan mata, terutama meningkatnya durasi waktu atau screen time layar yang dihadapi seseorang setiap hari.

Rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu hingga 7 jam 38 menit per hari di depan layar, yang berdampak pada berkurangnya frekuensi kedipan mata dan membuat permukaan mata menjadi kering. 

Kondisi ini dikenal dengan istilah dry eye atau mata kering, yang jika tidak ditangani dengan tepat, bisa menyebabkan kerusakan pada permukaan mata, dari yang ringan hingga permanen.

Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Nina Asrini Noor, SpM, menyebutkan bahwa gangguan mata kering terus meningkat, terutama karena banyak orang tidak menyadari gejalanya. 

Kondisi ini bisa muncul akibat kebiasaan menatap layar dalam waktu lama dan faktor eksternal seperti polusi dan AC.

“Penyandang mata kering diprediksi terus bertambah karena banyak yang tidak menyadari sedang mengalami dry eye,” ujarnya saat pembukaan layanan JEC Dry Eye Service di RS Mata JEC @ Kedoya, Jakarta Barat, belum lama ini.

Baca juga: Kanker pada Anak Sulit Dicegah, Deteksi Dini Menjadi Penting

Menurut laporan Revealing Average Screen Time Statistics dari Backlinko tahun 2024, rata-rata screen time masyarakat Indonesia mencapai 7 jam 38 menit per hari.

Selain screen time yang berlebihan, faktor eksternal seperti paparan AC dan polusi udara juga memperburuk kondisi mata.

Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menunjukkan bahwa prevalensi mata kering secara global berkisar antara 5 persen hingga 50%, sedangkan di Asia Tenggara angkanya mencapai 20% hingga 52,4%.

Di Indonesia sendiri, prevalensi mata kering tercatat sebesar 27,5%.

“Di jaringan JEC Eye Hospitals and Clinics saja, dalam dua tahun terakhir (2023–2024), kami telah menerima lebih dari 72.000 kunjungan pasien dengan keluhan mata kering,” tambah Nina.

Penyebab dan Gejala Mata Kering

Dry eye adalah penyakit atau gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan dan kestabilan komponen air mata, serta kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Tingkatan Akurasi Diagnosis Layanan Kesehatan

Gejala yang umum dirasakan penderita antara lain mata terasa tidak nyaman, sensasi mengganjal, kemerahan, berair atau justru kering.

Kemudian mata terasa berpasir dan timbul kotoran, mata terasa lengket dan sering mengucek mata.

Selain screen time berlebihan dan lingkungan yang kurang mendukung (misalnya udara berdebu, kering, berpolusi, atau banyak asap rokok).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved