Monkeypox Muncul Lagi di Indonesia,Mungkinkah Mewabah Lagi? Yuk Ingat Kembali Cara Pencegaha
Cacar monyet atau Moneypox (MPox) kembali ditemukan di Indonesia. Mungkinkah penyakit ini mewabah lagi? Yuk mulai jaga diri menceganya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Cacar monyet atau Moneypox (MPox) kembali ditemukan di Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi, ada satu kasus di DKI Jakarta ada temuan satu MPox di ibukota.
Baca juga: Kasus Monkeypox Muncul di Jakarta, Pakar Imbau Tak Perlu Panik, Penyebarannya Persis HIV
"Betul, ada 1 kasus di Jakarta," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada wartawan, Selasa (17/10/2023).
Diketahui, keberapa tahun terakhir, cacar monyet (Monkeypox) muncul sebagai wabah yang ditularkan virusdalam beberapa tahun terakhir setelah virus corona (Covid-19) hingga
Pada awal 2022, wabah Monkeypox kembali melanda sejumlah negara di Eropa, padahal virus ini biasanya ditemukan di kawasan Afrika.
Kondisi Pasien Monkeypox, Tertular Darimana?
Bagaimana kondisi pasien monkeypox yang terdeketsi di Jakarta?
Siti Nadia menerangkan, kini pasien terkondisi telah mendapatkan perawatan dan menunjukkan keadaan yang baik.
Baca juga: WHO Umumkan Kasus Monkeypox di Seluruh Dunia Kini Mencapai 50.000
Seperti umumnya, gejala cacar, pasien mengeluhkan gejala berupa demam disertai munculnya lesi cacar yang cukup banyak.
"Pasien dirawat kondisi baik tetapi meman ada demam dan lesi seperti keropeng, papula, vesikel lesi seperti cacar yang cukup banyak," ungkapnya.

Saat ini, pihaknya tengah melakukan kontak tracking pada 6-7 orang kontak erat dari pasien.
Kontak tracing dilakukan melalui koordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
"Kontak erat masih dilakukan tracing oleh Dinkes DKI Jakarta, saat ini sudah ada 6-7 orang kontak erat yag di-tracing," ujar Siti Nadia.
Namun pihaknya masih mencari tau lebih lanjut apakah pasien tertular dari orang yang berpergian ke luar negeri
"Tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri," tutur Siti Nadia kepada wartawan, Selasa (17/10/2023).
Sejauh ini dugaan sementara, pasien asal DKI Jakarta ini merupakan kasus transmisi lokal.
Gejala Khas Cacar Monyet

Berikut gejala khas yang bisa terlihat jika seseorang terinfeksi monkeypox atau cacar monyet.
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 5-13 hari atau 5-21 hari dengan dua periode.
Pertama, masa inkubasi (0-5) hari memiliki gejala demam tinggi diikuti dengan sefalgia berat (nyeri kepala), limfadenopati, myalgia (nyeri otot), dan astenia (kekurangan energi).
Kedua, masa erupsi (1-3) hari pasca demam terjadi ruam pada kulit. Ruam 95 persen berada di wajah, telapak tangan, dan kaki 75 persen.
Mukosa 20 persen, alat kelamin 30 persen, selaput lendir mata 20 persen.
Gejala yang khas dari cacar monyet ini ada demam tinggi di atas 38 derajat celcius.
Lalu merasakan sakit kepala yang berat. Juga ada limfadenopati yaitu benjolan di leher, ketiak, ataupun di selangkangan.
Yuk Jaga Diri, Begini Cara Cegah Penularan

Lantas bagaimana kita bersikap? Yuk mulai jaga diri, lakukan pencegahan
Adapun pencegahan yang bisa dilakukan adalah
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
2. Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
3. Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.
4. Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yg diburu dari hewan liar (bush meat)
5. Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
6. Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
Saran Ahli : Tak Perlu Panik

Pakar Ahli kesehatan masyarakat sekaligus epidemiolog Dicky Budiman ungkap temuan ini tidaklah mengagetkan.
Temuan kasus kali ini memang bukan yang pertama.
Sebelumnya, pernah ditemukan kasus konfirmasi Monkeypox pada Agustus tahun lalu.
"Kemudian sekarang Oktober di temukan kembali dalam jeda satu tahun lebih, ini pertama bukan hal mengagetkan," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (18/10/2023).
Selain itu, kata Dicky hal ini menjadi kecenderungan penyakit Monkeypox akan jadi epidemi.
Ini dikarenakan virus Monkeypox menyebar dan tidak diketahui penyebarannya akibat stigma.
Stigma muncul karena sebagian besar penyakit ini menyebar pada laki-laki dengan perilaku berisiko.
"Kasus ini menyebar pada kelompok pria yang memiliki perilaku berisiko tinggi. Seperti melakukan hubungan (seksual) anal. Kontak fisik sangat erat dan amat sangat berisiko," jelasnya.
Monkeypox, menular sejak gejala pertama muncul. Dan bisa berlangsung selama tiga minggu kurang lebih.
"Selain itu membuat kenapa ini menjadi peringatan serius bahwa kecenderungan penyakit seperti ini silent. Artinya menyebar di kelompok yang memang tertutup," papar Dicky.
WHO Nyatakan Cacat Monyet Tak Lagi Jadi Darurat Kesehatan Global

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mei 2023 ini menyatakan bahwa cacar monyet atau Mpox tidak lagi menjadi 'darurat kesehatan global'.
Pernyataan ini disampaikan hampir tepat setahun setelah penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai Monkeypox itu mulai menyebar ke seluruh dunia.
Laman Channel News Asia WHO menyatakan ini menyusul penurunan jumlah kasus, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam konferensi pers online bahwa ia 'dengan senang hati menyatakan' bahwa dirinya telah menerima saran dari komite darurat WHO tentang Mpox untuk mencabut tingkat kewaspadaan tertingginya.
Pengumuman itu dikeluarkan hanya seminggu setelah WHO mengatakan bahwa virus corona (Covid-19) juga tidak lagi menjadi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC).
"Saat keadaan darurat Mpox dan Covid-19 sama-sama berakhir, ancaman gelombang kebangkitan tetap ada untuk keduanya. Kedua virus tersebut terus beredar dan keduanya terus membunuh," kata Tedros.]
Ia kemudian menyebut Mpox terus menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan membutuhkan tanggapan yang kuat, proaktif dan berkelanjutan.
Tedros pun menyerukan negara-negara untuk tetap waspada terhadap penyakit ini.
Perlu diketahui, meskipun penyakit ini telah lama ada di beberapa bagian Afrika Tengah dan Barat, pada Mei 2022, kasus Mpox mulai muncul di Eropa, Amerika Utara, lalu menyebar ke tempat lain, mayoritas ditemukan pada pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
WHO menyatakan Mpox adalah PHEIC pada Juli 2022, namun jumlah orang yang terinfeksi penyakit yang menimbulkan gejala demam, nyeri otot, dan lesi kulit seperti bisul yang besar itu terus menurun sejak saat itu.
Menurut hitungan WHO, lebih dari 87.000 kasus dan 140 kematian telah dilaporkan dari 111 negara selama wabah global.
Namun hampir 90 persen kasus yang tercatat selama tiga bulan terakhir dibandingkan dengan periode tiga bulan sebelumnya.
"Saat kami menyambut baik tren penurunan kasus Mpox secara global, virus ini terus menyerang masyarakat di semua wilayah, termasuk di Afrika, di mana penularannya masih belum dipahami dengan baik," tutur Tedros.
Kendati demikian, setelah status Covid-19 dan Mpox dicabut, kini hanya ada satu PHEIC yang dinyatakan WHO yakni untuk virus polio yang diumumkan pada Mei 2014.
(Tribunnews.com/Rina Ayu/Aisyah/Anita K Wardhani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.