Neurolog: Keluarga Harus Bantu Penderita Demensia Lakukan Deteksi Dini
Demensia atau gangguan memori yang mengganggu aktivitas sehari-hari tidak boleh diterima dengan pasrah oleh para lansia.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Neurolog dan Guru Besar FK UNIKA Atma Jaya, Prof Dr dr Yuda Turana SpS (K) mengatakan, demensia atau gangguan memori yang mengganggu aktivitas sehari-hari tidak boleh diterima dengan pasrah oleh para lansia.
Ia melanjutkan, di Indonesia terdapat tiga provinsi dengan jumlah populasi lansia tertinggi yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Studi prevalensi kasus demensia Indonesia di DI Yogyakarta, Bali, Bogor, Jatinangor, Jakarta dan Medan menemukan lebih dari 20 persen lansia mengalami demensia.
"Deteksi dini dapat membantu keluarga menghindari beban psikologis dan finansial yang lebih berat. Keluarga termasuk generasi muda harus aktif menciptakan lansia yang sehat dan mandiri dengan menciptakan support system yang ideal bagi lansia," ujarnya dalam kegiatan Hari Lanjut Usia Nasional (HULN), Jumat (27/5/2022).
Ia mengatakan, penyakit yang menyerang usia 60 tahun ke atas tersebut dapat dicegah dengan memperkecil faktor risiko dengan pola hidup sehat dan pendekatan spiritual.
"Banyak faktor risiko yang bisa kita modifikasi dan harus dilakukan sejak muda, yaitu pola hidup sehat hingga pendekatan spiritual," kata dia.
Baca juga: Selain Idap Diabetes, Kerabat Sebut Dorce Gamalama Alami Demensia dan Alzheimer
Deteksi bisa dilakukan dengan membawa lansia ke dokter umum untuk dirujuk ke dokter spesialis saraf atau neurolog, dokter ahli jiwa (psikiater), atau dokter geriatri karena ketiga bidang ini yang sudah biasa mendiagnosis dan menangani kasus-kasus tersebut.
Diperlukan support system untuk menguatkan penderita, perawat pasien, maupun keluarga.
Direktur Eksekutif Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI) Michael Dirk Roelof Maitimoe, M.Psi, mengatakan, ALZI secara konsisten melakukan upaya untuk mendukung peningkatan kualitas hidup lansia dan Orang Dengan Demensia (ODD) di Indonesia.
“Tahun ini kami mencanangkan #Gerakan1000LansiaMelawanPikun melalui serangkaian aktivitas dan menggandeng komunitas sehingga lansia memiliki wadah untuk tetap aktif dan produktif dan memaksimalkan potensi yang dimiliki," ujarnya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Demensia: Pengertian, Gejala, Penyebab, Jenis hingga Langkah Pengobatan yang Tepat
Pada perayaan puncak HLUN tahun ini, tim research ALZI (STRiDE) bekerja sama dengan SurveyMETER meluncurkan hasil studi berupa Elderly Report yang memaparkan demografi populasi lansia di Indonesia, masalah kesehatan yang mereka alami, serta rekomendasi program untuk mendukung kualitas hidup lansia dan ODD.
Studi ini juga menyebutkan generasi sandwich yang merupakan generasi yang rentan terhadap gangguan produktivitas kerja, stabilitas keuangan serta kesehatan mental dan fisik.
Sebagai gambaran waktu yang dibutuhkan untuk merawat Orang dengan Demensia (ODD) sekitar 143.1 jam/bulan bagi caregiver yang sebagian besar masuk dalam kelompok usia produktif/generasi sandwich.
Hal ini merupakan salah satu bukti besarnya dampak ekonomi terhadap kelompok usia produktif yang perlu dicari jalan keluarnya.