Senin, 6 Oktober 2025

Pasien Rawat Inap Punya Risiko Alami Malnutrisi

Dalam kondisi medis tertentu, pasien rawat inap rumah sakit memiliki risiko mengalami malnutrisi.

Penulis: Willem Jonata
Editor: Adi Suhendi
Tribun Bali/Ayu Dessy
Ilustrasi Fresh Milk. Dalam kondisi medis tertentu, pasien rawat inap rumah sakit memiliki risiko mengalami malnutrisi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam kondisi medis tertentu, pasien rawat inap rumah sakit memiliki risiko mengalami malnutrisi.

Faktanya, kejadian malnutrisi masih banyak terjadi di berbagai negara seperti pada banyak rumah sakit di Asia.

Berbagai penelitian menemukan komplikasi terkait malnutrisi meningkatkan waktu rawat inap.

Termasuk frekuensi pasien perlu dirawat kembali di rumah sakit, bahkan meningkatkan risiko kematian.

Selain itu, malnutrisi juga meningkatkan kebutuhan biaya yang lebih tinggi terutama untuk membiayai rawat inap yang lebih lama dan kebutuhan obat-obatan yang lebih banyak.

Kondisi ini didapat dari hasil riset yang dilakukan di Asia yang didukung Fresenius Kabi Deutschland GmbH, Germany.

Penelitian mengenai malnutrisi pada pasien rawat inap dilakukan di tujuh negara, yakni Indonesia, Korea Selatan, India, Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Hasil penelitian tersebut, menunjukkan Indonesia memiliki risiko malnutrisi sedang hingga tinggi terjadi pada 76 % pasien.

Baca juga: Manfaat Kacang Hijau untuk Ibu Hamil: Cegah Malnutrisi, Tingkatkan Kecerdasan hingga Lindungi Janin

Ini berarti tiga dari empat pasien bedah berpotensi mengalami malnutrisi dalam kondisi sedang hingga tinggi.

Penelitian tersebut menegaskan bahwa perbaikan nutrisi pada pasien perlu menjadi perhatian.

Dr Nurhayat Usman SpB KBD FINACS dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia menjelaskan soal malnutrisi.

“Malnutrisi adalah kondisi yang merujuk pada kekurangan gizi seperti protein, karbohidrat, mineral atau zat mikronutrisi," katanya.

Malnutrisi disebabkan berbagai faktor, salah satunya kondisi medis pada pasien.

Pemenuhan nutrisi sangat penting untuk mencegah malnutrisi, terutama pada pasien rawat inap di rumah sakit.

Dukungan nutrisi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh dari pasien.

Baca juga: Cegah Malnutrisi pada Anak dengan 7 Cara Ini, Salah Satunya Kurangi Garam

Komplikasi termasuk infeksi, ulkus dekubitus, patah tulang, serta komplikasi paru, ginjal, dan hati.

Nutrisi yang diberikan pada pasien rawat inap bisa berupa makanan ayau minuman, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral.

"Pasien yang tidak bisa menerima makanan dan minuman bisa menerima nutrisi berupa enteral dan parenteral. Nutrisi enteral bisa diberikan secara langsung lewat mulut maupun lewat NGT. Nutrisi parenteral diberikan melalui infus,” katanya.

Lebih lanjut Dr Nurhayat Usman SpBKBD FINACS menyampaikan dalam riset prevalensi malnutrisi pertama di Asia, Indonesia menjadi bagian dari riset bersama dengan 6 negara lainnya.

Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan 54 % pasien memiliki risiko malnutrisi sedang hingga tinggi.

Di Indonesia, menunjukkan bahwa risiko malnutrisi sedang hingga tinggi terjadi pada 76 % pasien.

Karena itu, dapat disimpulkan bahwa di Asia angka kejadian pada pasien yang mengalami malnutrisi sejak sebelum melakukan operasi atau pasien yang berisiko malnutrisi, cukup tinggi.

"Dengan demikian, dukungan perbaikan gizi sangat penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pasien,” kata Nurhayat.

Dalam penelitian tersebut, dukungan pemberian nutrisi yang menunjukkan defisit kalori dan protein yang lebih rendah bisa dicapai dengan kombinasi antara pemberian nutrisi parenteral dan nutrisi enteral.

Nutrisi parenteral bisa diberikan tunggal apabila pasien tidak bisa menerima nutrisi oral maupun enteral.

Selain menyebabkan dampak bagi kesehatan pasien, malnutrisi juga membebani pasien dan rumah sakit dalam hal pembiayaan.

Berdasarkan penelitian, estimasi beban ekonomi yang disebabkan oleh malnutrisi di rumah sakit mencapai USD 30,1 miliar.

Tingginya periode rawat inap membutuhkan biaya yang paling besar, setelah itu diikuti dengan tingginya kebutuhan ruang Intensive Care Unit (ICU), dan tambahan pengobatan akibat komplikasi.

Di Indonesia, total tambahan biaya malnutrisi rumah sakit di Indonesia diestimasi mencapai USD 488 juta atau sebesar 1,61 % dari proporsi pembiayaan kesehatan secara keseluruhan, per tahunnya.

Terkait masalah tersebut, Fresenius Kabi turut ambil bagian dalam upaya mengentaskan kasus malnutrisi melalui produk nutrisi baik parental maupun enteral.

Herlina Harjono, Direktur PT Fresenius Kabi Indonesia mengatakan, Fresenius Kabi berkomitmen menyediakan obat-obatan dan teknologi esensial kepada pihak-pihak yang menolong pasien dalam menghadapi tantangan hidup mereka.

"Termasuk dalam hal ini mengenai malnutrisi pada pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit melalui solusi nutrisi enteral dan parenteral," kata Herlina.

Dukungan Fresenius Kabi terhadap penelitian yang telah dilakukan semakin membuka pemahaman mengenai pentingnya nutrisi bagi pasien dalam menghadapi tantangan seperti pada operasi gastrointestinal.

Karenanya, lanjut Herlina, pihaknya berkolaborasi secara strategis dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI) untuk memberikan edukasi mengenai pemberian nutrisi optimal bagi pasien agar kejadian malnutrisi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved