Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi, Ini Dampaknya pada Anak-anak, Jangan Anggap Sepele
Kekurangan zat besi khususnya pada anak memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Zat besi bisa ditemukan pada daging sapi dan ayam, hati, telur, kacang-kacangan, ikan, dan sayuran.
Tidak hanya itu, orangtua juga perlu memastikan konsumsi makanan sumber vitamin C untuk mendukung penyerapan zat besi.
Kombinasi zat besi dengan vitamin C juga dapat ditemukan pada makanan dan minuman terfortifikasi zat besi dan vitamin C seperti susu pertumbuhan untuk anak di atas 1 tahun.
"Orangtua harus mengukur status gizi anak dan memantaunya melalui KMS (kartu menuju sehat). Kadang anak terlihat normal-normal saja, tapi melalui KMS bisa dilihat apakah pertumbuhn anak sudah sesuai dengan kurva perumbuhan," jelas Prof. Fikawati.
Kekurangan zat besi tidak terjadi secara mendadak, namun bertahap. Diawali dari penurunan jumlah zat besi, lalu tubuh pun mulai membuat lebih sedikit sel darah merah.
Anak usia 1-3 tahun membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari. Kadar zat besi dalam tubuh dipengaruhi oleh konsumsinya.
Kalau pola makan tidak seimbang, penyerapan zat besi di saluran cerna terganggu, dan cadangan zat besi kurang, maka anak bisa kekurangan zat besi.
Protein hewani seperti daging, ikan, unggas, dan hati adalah sumber zat besi heme, yang penyerapannya sangat baik di saluran cerna. Agar daging mudah dikunyah dan tidak ditolak oleh anak, masaklah daging hingga lunak.
Sementara tanin yang terkandung dalam teh, kopi, dan cokelat, serta bikarbonat dalam minuman bersoda bisa menghalangi penyerapan zat besi.
Beri jeda 2 jam sebelum atau sesudah makan bila ingin memberi anak makanan/minuman tersebut.
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, barengi dengan asupan vitamin C. Vitamin C sebaiknya diberikan sebelum makan karena dengan situasi yang asam, zat besi lebih mudah diserap di saluran cerna.
Susu memiliki skor cerna protein yang paling tinggi dibandingkan makanan lainnya. Susu yang difortifikasi zat besi mudah diserap usus, terlebih bila susu juga difortifikasi vitamin C.
Ketua Himpunan pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini Indonesia (Himpaudi) Pusat, Prof. Dr. Ir. Hj. Netti Herawati, M.Si mengatakan hak sehat adalah hak bagi setiap anak Indonesia.
Anak berhak mendapat kesehatan dan makanan. Anak yang kekurangan zat besi menunjukkan belum terpenuhinya hak anak mendapatkan makanan dan pendidikan yang berkualitas.
"Pendidikan anak usia dini tidak sekedar tepuk tangan. Inilah yang akan menyambungkan sinaps-sinaps otak anak. Bila sinaps tidak terbangun diusia dini, sel otak tidak terpakai lagi. Sel-sel otak yang kita gunakan diusia dewasa adalah yang kita bangun dan kembangkan diusia dini. Itulah peran zat besi," kata Prof Netti di kesempatan yang sama.