Sabtu, 4 Oktober 2025

Pentingnya Mempercepat Akses Obat untuk Penderita Hepatitis C Disertai Penyakit Ginjal Kronik 

Kebanyakan pasien terdiagnosis ketika kerusakan hati sudah masuk ke tahap lanjut sehingga keberhasilan terapi menjadi lebih rendah

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Pentingnya Mempercepat Akses Obat untuk Penderita Hepatitis C Disertai Penyakit Ginjal Kronik 
NET
Ilustrasi Hepatitis

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persoalan terbesar infeksi organ hati/liver atau dikenal dengan hepatitis,  baik yang disebabkan virus hepatitis B dan C, adalah kepedulian masyarakat yang rendah.

Tingkat perhatian masyarakat rendah karena penyakit ini tidak bergejala.

Kebanyakan pasien terdiagnosis ketika kerusakan hati sudah masuk ke tahap lanjut sehingga keberhasilan terapi menjadi lebih rendah, bahkan tak jarang satu-satunya pilihan terapi adalah cangkok hati.

Selain kepedulian yang rendah, ada persoalan lain yang perlu mendapatkan perhatian yaitu kelompok pasien hepatitis C yang disertai komplikasi penyakit lain.

Salah satunya pasien hepatitis yang disertai Penyakit Ginjal Kronik (PGK).

Diperkirakan ada sekitar 30-60% pasien penyakit ginjal kronik, yang tertular infeksi hepatitis.

Baca: Mayoritas Besar Pasien yang Terkena Hepatitis Mengaku Tidak Memiliki Ciri dan Gejala

Jika tertular virus hepatitis C, maka persoalannya menjadi semakin rumit karena obat-obatan untuk hepatitis C yang tersedia saat ini belum optimal jika diberikan pada pasien PGK.    

DR. dr. Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH, hepatolog yang saat ini menjadi Ketua Komite Ahli Heptitis di Kementerian Kesehatan RI mengatakan, pasien PGK umumnya tertular hepatitis melalui hemodialisa meskipun sampai saat ini masih belum jelas di tahap mana terjadinya penularan.

"Di negara maju seperti di Jepang, hanya sekitar 1-5% saja kasus penularan hepatitis C melalui proses hemodialisa, tetapi di Indonesia angkanya sangat besar mencapai 30-60 persen,” katanya.

Keparahan penyakit dan kualitas hidup pasien PGK yang tertular hepatitis C umumnya jauh lebih buruk dibandingkan mereka yang memiliki PGK saja dan angka harapan hidup juga lebih rendah.

Kelompok pasien ini, menurut Rino, harus lebih diperhatikan terutama terkait terapinya.

Munculnya terobosan dengan ditemukannya obat hepatitis C, yaitu obat antivirus dari golongan Direct Acting Antivirus (DAA), membuat target terapi hepatitis C saat ini adalah kesembuhan.

Baca: Obat Anti Hepatitis C Palsu Ditemukan di Toko Obat Jepang

"Respon terapi dengan DAA sangat tinggi, mencapai di atas 90% bahkan 98%. Keunggulan DAA antara lain efek samping sangat rendah dan mudah dikonsumsi karena dalam bentuk sediaan oral," kata Rino.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved