Konflik Palestina Vs Israel
Balas Drone Houthi, Israel Ledakkan Markas Houthi di Jantung Sanaa
Balas serangan Houthi, Israel gempur jantung Ibu kota Yaman rusak, pusat komando Houthi, kompleks intelijen, hingga departemen propaganda militer.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ibu kota Yaman kembali menjadi sasaran serangan udara besar-besaran yang dilancarkan militer Israel pada Kamis malam (25/9/2025).
Serangan udara berlangsung bertepatan dengan siaran pidato Abdel-Malik al-Houthi, pemimpin kelompok Houthi, yang menuduh Israel melakukan “agresi brutal dan genosida” terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Al-Houthi menegaskan, dukungan penuh Amerika Serikat melalui veto di Dewan Keamanan PBB telah memberi keberanian lebih kepada Israel untuk melanjutkan serangannya.
Ia juga memuji kelompok perlawanan Palestina yang terus melakukan “operasi heroik” meskipun dengan sumber daya terbatas.
Tak berselang lama setelah siaran ini di muat ke publik, Televisi lokal Al Masirah melaporkan Israel kembali menggempur ibu kota Sanaa bahkan sebuah ledakan besar terdengar hingga radius puluhan kilometer dari pusat kota.
Kepulan asap hitam mengepul tinggi di langit selatan dan barat Sanaa, sesaat setelah serangan terjadi.
Militer Israel mengklaim operasi itu berhasil membuat sejumlah bangunan pusat komando Houthi, kompleks intelijen, hingga departemen propaganda militer roboh, hingga jalanan dipenuhi puing reruntuhan.
Tak sampai di situ, kerusakan juga terjadi pada infrastruktur vital, sejumlah jaringan listrik dan saluran air utama dilaporkan lumpuh, menyebabkan pemadaman di beberapa distrik.
Puluhan anggota Houthi dilaporkan tewas, sedangkan puluhan orang lainnya terluka akibat gempuran tersebut. Meski laporan lapangan menyebut hanya dua orang yang tewas dan 48 luka parah akibat serangan itu.
Dengan serangan terbaru ini, Sanaa kembali menjadi saksi bagaimana konflik Israel dan Gaza meluas hingga ke Yaman
Latar Belakang Ketegangan
Baca juga: Iron Dome Israel Kebobolan, Gagal Mengadang Drone Houthi, Meledak di Eilat
Dikutip dari Al Jazeera, serangan Israel ke Sanaa terjadi usai beberapa serangan drone dari arah Yaman menghantam Kota Eilat, pesisir Laut Merah, pada Rabu (24/9/2025).
Hal itu turut dikonfirmasi Militer Israel yang mengakui sistem pertahanan udaranya gagal mencegat serangan. Akibatnya, 22 orang terluka, dua di antaranya dalam kondisi serius.
Serangan yang menembus pertahanan udara Israel itu langsung diklaim oleh kelompok Houthi.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan serangan drone itu sengaja menargetkan beberapa lokasi strategis di Israel, termasuk wilayah Beersheba.
Dengan tujuan sebagian dari solidaritas terhadap rakyat Palestina yang masih menjadi korban konflik berkepanjangan di Gaza.
Alasan ini yang membuat Israel murka hingga PM Benjamin Netanyahu memerintahkan pasukan untuk mengerahkan puluhan jet tempur Israel untuk menggempur ibu kota Yaman, Sanaa, sehari setelah insiden di Eilat.
Menambah daftar panjang serangan Israel setelah sebelumnya negara Zionis ini pada awal bulan sempat melakukan serangan di Sanaa dan provinsi utara al-Jawf, menewaskan lebih dari 40 orang, termasuk jurnalis dan anak-anak.
Eskalasi Regional
Adapun konflik antara Israel dengan Houthi, militan sayap kanan Yaman memanas setelah perang Gaza pecah pada Oktober 2023 silam.
Sejak saat itu, Kelompok Houthi Yaman selama dua tahun terakhir gencar meluncurkan rudal dan drone, baik ke arah Israel maupun kapal-kapal yang melintas di Laut Merah.
Aksi ini mereka sebut sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Namun, serangan tersebut bukan hanya memicu balasan dari Israel, melainkan juga serangan udara dari Amerika Serikat dan Inggris, yang menilai tindakan Houthi mengganggu jalur perdagangan internasional.
Setelah gempuran besar Israel menghantam Sanaa, para pengamat menilai situasi dapat berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas.
Laut Merah berpotensi menjadi front baru dalam perang, mengingat jalur strategis ini merupakan salah satu rute pelayaran internasional terpenting di dunia.
Jika eskalasi berlanjut, bukan hanya negara-negara kawasan yang terdampak, tetapi juga stabilitas perdagangan global yang bergantung pada jalur tersebut.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.