Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Menguji NATO dengan Drone dan Disinformasi, Apakah Barat Masuk Perangkap?

Pelanggaran wilayah udara Polandia oleh drone Rusia adalah contoh paling gamblang tentang bagaimana Barat telah mengalami agresi langsung Rusia.

National Police of Ukraine/npu.gov.ua
DRONE SHAHED-136 - Foto yang dirilis National Police of Ukraine, menampilkan drone Rusia Geranium (Shahed), yang jatuh di wilayah Vinnytsia, Ukraina pada Maret 2024. Militer AS berniat membeli drone replika Shahed-136 Iran untuk keperluan pengembangan dan pengujian. 

Rusia Menguji NATO dengan Drone dan Disinformasi, Bagaimana Tanggapan Barat?

TRIBUNNEWS.COM - Katarzyna Chawrylo, seorang analis di Pusat Studi Timur di Warsawa, menilai pelanggaran wilayah udara Polandia oleh pesawat nirawak Rusia pada malam 9-10 September 2025 merupakan salah satu contoh paling gamblang tentang bagaimana Barat telah mengalami agresi langsung Rusia.

Dia juga menyebut, pada saat yang sama, intrusi tersebut disertai dengan operasi informasi Rusia yang koheren dan berlapis-lapis yang dilakukan oleh aparat disinformasi Kremlin, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Baca juga: Pakar: Drone-Drone Moskow di Atas Polandia, Rusia Lagi Tes Pertahanan NATO

Sebagai informasi, Rusia beralasan, drone yang masuk ke wilayah Polandia merupakan drone yang mengalami eror dan gangguan.

Jatuhnta drone ke wilayah Polandia yang berbatasan langsung dengan wilayah barat Ukraina, kata Moskow, adalah ketidaksengajaan.

"Pendekatan ini merupakan modus operasi khas Moskow, yang secara bersamaan menggunakan serangkaian metode hibrida: serangan fisik—yang seringkali sulit diidentifikasi—di samping langkah-langkah berbasis informasi seperti propaganda, disinformasi, dan kampanye pengaruh, yang semuanya bertujuan untuk memperbesar dampak yang diinginkan," kata Katarzyna Chawrylo, dilansir TMT, Kamis (18/9/2025).

Tujuan dari aksi Rusia itu, kata dia adalah untuk membingungkan dan melemahkan musuh mereka, yang pada akhirnya memaksa mereka untuk mengambil pilihan yang menguntungkan Kremlin.

Operasi informasi Kremlin yang menyertai pesawat tanpa awak tersebut berupaya untuk mencapai beberapa tujuan: menepis tuduhan tanggung jawab Rusia atas serangan tersebut, menyebarkan kekacauan dan perselisihan dalam masyarakat Polandia dan di seluruh negara Barat.

Tujuan lain dari operasi informasi dan disinformasi Rusia adalah mengikis kepercayaan pada lembaga dan aliansi demokrasi, mendorong ketidakpercayaan dalam hubungan antara negara-negara ini dan Ukraina dan.

"Dan yang paling penting, Rusia menguji respons sekutu NATO," kata Chawrylo.

Sejak dini hari tanggal 10 September, media Rusia memberikan perhatian yang signifikan terhadap serangan pesawat nirawak ke wilayah udara Polandia.

Mereka menyangkal tanggung jawab Rusia dan mempertanyakan laporan Polandia tentang asal-usul pesawat nirawak tersebut di Rusia, mengejek apa yang mereka anggap sebagai reaksi "berlebihan" dari pemerintah Polandia.

"Kecepatan, perhatian terhadap laporan asing, dan konsistensi narasi menunjukkan bahwa media Rusia telah siap menghadapi peristiwa tersebut dan beroperasi sebagai bagian dari kampanye informasi yang terkoordinasi," ulasnya.

Andrey Ordash, kuasa usaha Rusia di Polandia, memainkan peran kunci, menjaga kontak terus-menerus dengan media pemerintah Rusia dengan memberikan wawancara sebelum dan sesudah kunjungannya ke Kementerian Luar Negeri Polandia.

Ia secara tegas menyatakan bahwa serangan pesawat nirawak tersebut merupakan provokasi Ukraina.

Drone Rusia yang berhasilditembak militer Ukraina.
Drone Rusia yang berhasil ditembak militer Ukraina. (Angkatan Udara Ukraina)

Pakai Ribuan Akun Palsu

Narasi serupa disebarkan di kanal-kanal Telegram yang terhubung dengan negara Rusia dan dengan cepat menjadi dominan.

Bersamaan dengan itu, dunia maya Polandia dibanjiri komentator yang menggemakan propaganda Rusia kalau serangan pesawat tak berawak tersebut merupakan provokasi Ukraina yang dirancang untuk menyeret Polandia dan NATO ke dalam perang dengan Rusia.

Ribuan akun palsu dan troll, serta YouTuber dan komentator populer, memperkuat narasi yang pro-Kremlin ini.

Ditanya mengenai hal ini di Polsat News, Menteri Urusan Digital Polandia, Krzysztof Gawkowski, mengatakan bahwa ketika drone terakhir memasuki Polandia dan operasi militer berakhir, kampanye informasi terkoordinasi sudah berlangsung.

Menurutnya, pada pukul 6 pagi, bot yang telah tidak aktif selama berbulan-bulan telah aktif — pada hari itu, disinformasi meningkat tiga kali lipat. Jam-jam pertama jelas difokuskan untuk menebar kepanikan dan ketakutan di Polandia.

Pesan-pesan yang selaras dengan pesan-pesan dari Rusia bertujuan untuk memperkuat rasa terancam dan panik, merusak kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara—pemerintah dan militer—dan menunjukkan bahwa Polandia tidak memiliki militer atau pertahanan yang efektif.

"Diskusi daring telah menyerukan penangguhan kerja sama dengan Ukraina dan terkadang bahkan, memulai kerja sama dengan Rusia, sesuatu yang hingga baru-baru ini akan langsung dikecam secara daring," kata ulasan Chawrylo.

Friksi Internal Polandia yang Dieksploitasi Rusia

Di dalam Polandia, masyarakat yang telah menerima lebih dari dua juta pengungsi Ukraina sejak invasi dimulai, ledakan sentimen anti-Ukraina yang tak terkendali akan menjadi kesuksesan besar bagi Kremlin. 

Dengan mempertimbangkan hal ini, penting untuk ditegaskan kalau tidak semua opini kritis tentang Ukraina atau tindakannya bersumber dari disinformasi Rusia.

Beberapa ketegangan sosial di Polandia memiliki penyebab nyata, mulai dari sistem pendukung pengungsi yang kelebihan beban hingga meningkatnya frustrasi akibat perang yang sedang berlangsung dan kesulitan ekonomi. 

"Namun, Rusia mengeksploitasi masalah sosial yang nyata, menjadikannya lahan subur bagi operasi informasinya — sebuah ciri khas strategi perang hibrida Rusia. Kali ini, Rusia menyentuh titik sensitif di Polandia," tulis ulasan analis tersebut.

Tampaknya tujuan kampanye Moskow juga untuk menghancurkan konsensus sosial-politik yang memandang Rusia secara negatif.

Dari elite politik hingga warga biasa, banyak orang di Polandia dan negara-negara Eropa Tengah lainnya memiliki pemahaman yang baik tentang Rusia dan kritis terhadap kebijakan Kremlin, terutama karena pengalaman sejarah negatif yang masih membekas dalam ingatan nasional mereka hingga saat ini. Hingga saat ini, secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kondisi seperti ini, efektivitas operasi informasi Rusia—yang dipahami sebagai kemampuan mereka untuk secara langsung memengaruhi keputusan pemerintah—terbatas.

Politisi dari partai berkuasa maupun oposisi telah menjalankan kebijakan yang telah lama dicap oleh propaganda Rusia sebagai " Russophobia ".

"Akankah operasi informasi yang menyertai drone membalikkan tren ini? Belum tentu," katanya.

Namun, tambahnya, insiden pesawat nirawak tersebut tak diragukan lagi menunjukkan bahwa narasi pro-Rusia dapat menembus perdebatan sosial-politik Barat ketika kondisi yang menguntungkan muncul.

"Rusia mampu menciptakan kondisi seperti itu dan, jika tidak menghadapi respons tegas dari Barat, kemungkinan besar akan mencoba provokasi serupa lagi," kata dia.

Menurut dia, menghadapi situasi ini, Polandia dan Barat tidak dapat berdiam diri atau membatasi diri pada reaksi ad hoc.

Perubahan sistemik yang konkret diperlukan untuk meningkatkan mekanisme pertahanan dan membangun ketahanan jangka panjang, baik bagi negara maupun masyarakat.

"Di antara langkah-langkah proaktif, prioritas harus diberikan untuk mendukung Ukraina, yang tidak hanya dapat secara efektif melemahkan potensi militer Rusia di medan perang, tetapi juga di ruang informasi negara tersebut," kata Katarzyna Chawrylo.

Hal ini, menurutnya dapat memaksa Kremlin untuk menghadapi topik-topik yang tidak nyaman, termasuk kegagalan militer di masa lalu seperti pembebasan Kherson, invasi Ukraina ke wilayah Kursk, atau serangan pesawat nirawak terhadap fasilitas energi jauh di dalam Rusia.

"Langkah nyata lainnya di tingkat aliansi adalah memperkuat kerja sama militer di dalam NATO dengan fokus melindungi sisi timur, sesuai dengan pepatah: jika menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang," kata dia. 

Peningkatan kemampuan pencegahan secara sistematis merupakan salah satu dari sedikit bentuk komunikasi strategis yang dapat diterima dan diinterpretasikan dengan tepat di Kremlin.

Keputusan yang diumumkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte pada 12 September untuk meluncurkan inisiatif Eastern Sentry , yang mencakup pengerahan aset udara NATO tambahan seperti pesawat tempur Prancis dan Inggris serta helikopter Ceko untuk berpatroli di sisi timur, merupakan langkah ke arah yang tepat.

Baca juga: NATO Siaga Perang, Operasi Eastern Sentry Diluncurkan Usai Agresi Rusia ke Polandia

"Sanksi juga tetap menjadi alat tekanan yang krusial terhadap Rusia dan cara untuk mengurangi kapasitasnya dalam menimbulkan kerugian," katanya. 

Katarzyna Chawrylo menambahkan, sanksi politik, ekonomi, dan bahkan olahraga harus diperketat dan diperkuat.

"Perang terus berlanjut dan Rusia, yang berpura-pura terlibat melalui perundingan damai, terus menghancurkan Ukraina dan membunuh warga Ukraina. Saat ini tidak ada alasan bagi Barat untuk mempertimbangkan pencabutan atau pelonggaran sanksi," katanya.

Malahan, laporan dari Rusia tentang memburuknya situasi ekonomi seharusnya dilihat sebagai bukti efektivitas sanksi dan insentif untuk mengintensifkannya.

Perang Melawan Disinformasi dan Propaganda

"Dalam perang melawan disinformasi dan propaganda, media oposisi Rusia di pengasingan dapat membantu dengan menyoroti masalah-masalah yang coba disembunyikan Kremlin, terutama karena mereka tetap memiliki akses ke khalayak di dalam Rusia," ujarnya

Media-media ini, kata dia, layak mendapatkan dukungan sistematis dan fleksibel dari Barat, karena mereka berfungsi sebagai saluran komunikasi vital dengan warga Rusia di dalam negeri. Mereka juga menyediakan informasi yang andal tentang negara dan kebijakannya, yang sangat dibutuhkan saat ini.

Lebih lanjut, implementasi penuh Undang-Undang Layanan Digital (DSA) sangatlah penting.

Undang-undang Uni Eropa ini menetapkan aturan yang jelas untuk kerja sama dengan platform digital dan menyediakan perangkat, termasuk denda yang signifikan, untuk memerangi disinformasi dan konten ilegal daring. Di tingkat nasional, undang-undang harus segera diamandemen untuk memungkinkan penuntutan yang efektif terhadap individu yang menyebarkan disinformasi di dalam negeri. 

Di Polandia, undang-undang yang ada memberikan sanksi kepada disinformasi dalam konteks kerja sama dengan badan-badan asing.

Undang-undang tersebut tidak mengatasi masalah yang semakin meningkat, yaitu para aktor yang secara sukarela menyebarkan pesan yang berkaitan dengan disinformasi Rusia karena ambisi atau ikatan pribadi mereka sendiri — hal ini terlihat jelas dalam ruang informasi selama insiden pesawat nirawak.

Disinformasi adalah senjata perang bagi Rusia. Moskow terus mengeksploitasi kebebasan berbicara Barat untuk meracuni pikiran warga. 

"Dalam menghadapi agresi hibrida yang semakin nyata, negara-negara demokrasi tidak hanya memiliki hak penuh tetapi juga tanggung jawab mendesak untuk menerapkan tindakan tegas dan efektif guna mempertahankan diri," ujar Katarzyna Chawrylo.

 

(oln/tmt/Katarzyna Chawrylo/*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved