Konflik Rusia Vs Ukraina
Pamer Kekuatan: Rusia–Belarus Gelar Latihan Perang, Kerahkan Rudal Nuklir, Jet Bomber, hingga Tank
Rusia dan Belarus gelar latihan perang berskala besar di Laut Barents yang berbatasan langsung dengan perairan negara-negara Eropa untuk gertak NATO
TRIBUNNEWS.COM – Rusia dan Belarus kembali menggelar latihan perang berskala besar di Laut Barents yang berbatasan langsung dengan perairan negara-negara Eropa, pada 12-16 September 2025.
Latihan militer itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Moskow dan negara-negara Barat, buntut pelanggaran udara yang dilakukan drone Rusia di Polandia dan Rumania, yang dianggap provokatif oleh North Atlantic Treaty Organization (NATO)
Rusia mengklaim bahwa pelanggaran udara oleh drone adalah “insiden teknis” atau “kelalaian”.
Namun, bagi NATO pelanggaran ini dianggap tindakan provokatif karena menyentuh langsung kedaulatan wilayah aliansi.
Pergerakan drone Rusia dinilai bukan sekadar kesalahan navigasi, melainkan upaya menguji kesiapsiagaan pertahanan Barat di garis depan konflik.
Kendati mendapat kecaman keras dari negara-negara Barat, Rusia tak menunjukkan tanda-tanda melunak.
Sebaliknya, Moskow bersama sekutunya Belarus justru menggelar latihan perang besar-besaran, yang dinamai Zapad-2025.
Mengutip The Guardian, Nama Zapad sendiri berarti “barat” dalam bahasa Rusia, merujuk pada fokus latihan di kawasan Eropa Timur.
Selama latihan perang digelar, jet tempur kedua negara melesat di udara, melepaskan tembakan mematikan, sementara tank-tank baja menggempur rumah kayu tiruan.
Dari langit, dengungan drone terdengar memenuhi ruang pertempuran, sebelum pasukan mendarat dan mengibarkan bendera sekutu di atas tanah yang mereka sebut “dibebaskan” — sebuah simulasi medan perang yang dilalap api.
Baca juga: 10 Negara dengan Jumlah Danau Terbanyak: Kanada Peringkat Teratas Punya 879.800, Disusul Rusia & AS
Pihak Belarus menggambarkan latihan ini sebagai langkah defensif untuk merespons ancaman invasi dari Barat, yakni NATO.
“Latihan ini terbuka, kami tidak mengancam siapapun, dan tetap berkomitmen pada dialog konstruktif,” ujar Valery Revenko, pejabat senior militer Belarus.
Senjata Unggulan Rusia-Belarus Tampil
Dalam latihan militer gabungan Zapad-2025 yang digelar 12-16 September 2025, Rusia dan Belarus menurunkan beberapa jenis senjata canggih.
Termasuk rudal Oreshnik, Senjata Balistik Menengah dengan Ancaman Nuklir (intermediate-range ballistic missile/IRBM) milik Rusia.
Rusia juga memamerkan penggunaan pesawat tempur dan pembom, termasuk Su-34, dalam latihan udara.
Pesawat-pesawat ini ditugaskan untuk mendukung misi serangan, menunjukkan kemampuan pengiriman senjata dari udara menjadi bagian dari strategi pertahanan dan pencegahan (deterrence) dalam konteks ketegangan dengan NATO.
Di laut, fregat Admiral Golovko Rusia melepaskan rudal Zircon hypersonic cruise missile, yang mampu terbang cepat dan memiliki daya jangkau jauh.
Rudal ini menunjukkan kemajuan teknologi rudal jelajah hypersonic yang menjadi sorotan dalam latihan militer tahun ini.
Pesawat MiG-31 Rusia juga dilaporkan melakukan penerbangan di atas perairan netral Laut Barents dengan membawa rudal Kinzhal, sebuah rudal hipersonik udara-ke-permukaan yang dapat membawa hulu ledak nuklir atau konvensional.
Untuk menunjang latihan, salah satu sistem artileri lokal Belarus yang dikenal dalam militer mereka adalah Polonez, sistem peluncur roket (multiple rocket launcher) kelas berat dengan jangkauan ratusan kilometre hingga manuver tank juga ikut dipamerkan.
Amerika Ikut Hadir, Eropa Makin Gelisah
Latihan perang Rusia–Belarus semakin menarik perhatian dunia setelah dua pejabat militer Amerika Serikat hadir langsung dalam simulasi pertempuran tersebut.
Kehadiran pasukan Amerika di lokasi latihan di Belarusia diungkap oleh Kementerian Pertahanan negara tersebut sebagai sebuah kejutan.
Baca juga: Rumania Naik Pitam, Panggil Dubes Rusia usai Insiden Drone Tembus ke Wilayah Udara
"Siapa yang mengira bagaimana latihan Zapad-2025 akan dimulai di pagi hari?" demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Belarus yang menyebutkan kehadiran mereka di antara perwakilan dari 23 negara, termasuk dua negara anggota NATO lainnya - Turki dan Hungaria.
Munculnya para perwira AS ini merupakan tanda terbaru dari menghangatnya hubungan antara Washington dan Belarusia, sekutu dekat Rusia yang memungkinkan Moskow menggunakan wilayahnya untuk mengirim puluhan ribu pasukan ke Ukraina pada Februari 2022.
Namun, langkah tersebut justru menimbulkan kegelisahan baru di Eropa. Banyak pihak khawatir Washington di bawah Presiden Donald Trump semakin bersikap lunak terhadap Moskow, sehingga memperlebar jurang ketidakpastian dalam hubungan trans-Atlantik.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.