Senin, 6 Oktober 2025

Foto Parade Militer China: Putin, Xi Jinping, Kim Jong Un Jalan Beriringan

China gelar parade militer di Chang’an Avenue, Tiananmen Square di Beijing pada 3 September 2025 untuk peringati 80 tahun berakhirnya agresi Jepang.

Editor: Nuryanti
Kremlin
PARADE MILITER CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan Pemimpin China Xi Jinping saat parade militer China. 

TRIBUNNEWS.COM - China menggelar parade militer pada hari ini, Rabu, 3 September 2025 untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan kekalahan Jepang.

Parade militer ini diselenggarakan di Chang’an Avenue, tepatnya melewati Tiananmen Square di Beijing. 

Pemimpin China, Xi Jinping, berpidato sebelum parade militer tersebut dan mengirimkan pesan bahwa China mendukung perdamaian di dunia.

"Di masa lalu, ketika dihadapkan dengan pergulatan sengit antara kebaikan dan kejahatan, terang dan gelap, kemajuan dan reaksi, rakyat Tiongkok bersatu untuk melawan musuh," ujar Xi dalam pidato sebelum parade, Rabu. 

"Mereka berjuang demi kelangsungan hidup negara, demi kebangkitan bangsa Tiongkok, dan demi keadilan bagi seluruh umat manusia," lanjutnya.

Ia juga memperingatkan bahwa manusia harus memilih antara perdamaian.

“Saat ini, umat manusia kembali harus memilih antara perdamaian atau perang, dialog atau konfrontasi, kerja sama yang saling menguntungkan atau zero-sum,” ujarnya, lapor AP News.

Xi didampingi oleh sejumlah pejabat Partai Komunis dan lebih dari 20 pemimpin dunia yang berkunjung untuk menyaksikan parade berdurasi 70 menit tersebut, termasuk dari Indonesia, Vietnam, Malaysia, Pakistan, Belarus, Iran, Serbia, dan Slovakia. 

Sementara itu, sebagian besar pemimpin dari Eropa menolak undangan karena kehadiran Putin.

Sejumlah tokoh dunia menghadiri parade militer tersebut di antaranya Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Presiden Rusia Vladimir Putin, hingga Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Baca juga: China Luncurkan Rudal Nuklir DF-5C, Jangkauannya Melebihi 20.000 Kilometer

Foto Parade Militer China

Tribunnews.com merangkum sejumlah foto parade militer China yang diselenggarakan di Chang’an Avenue, Tiananmen Square di Beijing pada Rabu, 3 September 2025.

PUTIN DI CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri parade militer China. China menggelar parade militer untuk memperingati hari kemenangan pada 3 September 2025 dan 80 tahun berakhirnya agresi Jepang.
PUTIN DI CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri parade militer China. China menggelar parade militer untuk memperingati hari kemenangan pada 3 September 2025. (Kremlin)

Terlihat Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri parade militer China, berfoto di depan tulisan 80 yang menunjukkan 80 tahun berakhirnya agresi Jepang terhadap China.

PUTIN, XI, KIM - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan Pemimpin China Xi Jinping (tengah) berjalan dengan diapit oleh Putin (kiri) dan Kim Jong Un (kanan), di belakangnya terlihat tamu undangan dari berbagai negara pada parade militer China untuk memperingati hari kemenangan pada 3 September 2025 dan 80 tahun berakhirnya agresi Jepang.
PUTIN, XI, KIM - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan Pemimpin China Xi Jinping (tengah) berjalan dengan diapit oleh Putin (kiri) dan Kim Jong Un (kanan), di belakangnya terlihat tamu undangan dari berbagai negara pada parade militer China untuk memperingati hari kemenangan pada 3 September 2025 dan 80 tahun berakhirnya agresi Jepang. (Kremlin)

Xi Jinping berjalan bersama Putin dan Kim Jong Un, di belakangnya terlihat pemimpin dari berbagai negara.

TENTARA CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan tentara China berbaris saat mengikuti parade militer China.
TENTARA CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan tentara China berbaris saat mengikuti parade militer China. (Kremlin)

Tentara China berbaris rapi dalam parade militer, mengenakan seragam dengan atribut lengkap.

TENTARA CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan tentara China mengendarai kendaraan militer saat parade militer China.
TENTARA CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan tentara China mengendarai kendaraan militer saat parade militer China. (Kremlin)

Momen tentara China memamerkan kendaraan militernya, lengkap dengan bendera berwarna merah yang berkibar di atasnya.

TENTARA CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan tentara China melakukan pertunjukan dengan pesawat militer dalam parade militer.
TENTARA CHINA - Gambar diambil dari Kantor Presiden Rusia, Rabu (3/9/2025), memperlihatkan tentara China melakukan pertunjukan dengan pesawat militer dalam parade militer. (Kremlin)

Terlihat pesawat militer China terbang untuk melakukan selebrasi dalam peringatan hari kemenangan dan 80 tahun berakhirnya penjajahan Jepang.

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan Hari Kemenangan China

China memperingati hari kemenangan pada 3 September 2025, 80 tahun sejak kekalahan Jepang, yang ditandai dengan penandatanganan dokumen kapitulasi di kapal perang USS Missouri pada 2 September 1945.

Menurut informasi di laman Kantor Informasi Dewan Negara, perang China melawan penjajahan Jepang adalah perjuangan panjang dan heroik selama 14 tahun, menewaskan lebih dari 35 juta jiwa dan memberikan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Jejak agresi Jepang terhadap China dimulai jauh sebelum Perang Dunia II secara resmi berkecamuk. 

Tahap awal penjajahan terjadi pada 18 September 1931, saat pasukan Jepang menyerang Manchuria, menggunakan insiden palsu Mukden sebagai alasan untuk menginvasi dan mendirikan negara boneka bernama Manchukuo. 

Ini menandai titik balik di mana China mulai kehilangan kendali atas wilayah utamanya—sebuah langkah yang memicu ketegangan lebih besar kemudian.

Konflik kemudian meluas menjadi perang nasional setelah Insiden Jembatan Marco Polo pada 7 Juli 1937, yang dianggap sebagai awal perang penuh antara Republik China dan Kekaisaran Jepang — dikenal sebagai Perang Tiongkok-Jepang Kedua (Second Sino-Japanese War) atau dalam narasi resmi Tiongkok, sebagai Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang.

Kekejaman seperti Pembantaian Nanjing menjadi luka mendalam dalam ingatan kolektif bangsa China.

Pada tahun 1945, Jepang yang sebelumnya kuat di Asia akhirnya runtuh setelah kalah di banyak medan perang. Dua bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus), ditambah serangan besar Uni Soviet ke Manchuria pada 8 Agustus, membuat Jepang tak lagi mampu bertahan.

Kaisar Hirohito pun mengumumkan niat menyerah pada 15 Agustus 1945, namun penyerahan resmi baru terjadi pada 2 September 1945 di atas kapal perang Amerika Serikat, USS Missouri di Teluk Tokyo. 

Di sana, Jepang menandatangani Instrumen Kapitulasi yang menandai akhir Perang Dunia II.

Bagi China, peristiwa ini sangat penting karena mengakhiri 14 tahun Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang yang penuh pengorbanan. 

Karena itu, pemerintah Tiongkok menetapkan 3 September sebagai Hari Kemenangan Perang Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang sekaligus Kemenangan Perang Dunia II, untuk mengenang penderitaan sekaligus merayakan kemenangan dan pembebasan dari pendudukan Jepang.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved