Minggu, 5 Oktober 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Maduro Tantang Trump: Bawa Ribuan Tentara, AS Tetap Tak Akan Bisa Taklukkan Venezuela

Presiden Venezuela tantang balik Donald Trump, sesumbar bahwa AS tidak akan mampu menginvasi negaranya meski Washington mengerahkan pasukan tempur

Kolase X/@realDonaldTrump dan Instagram @nicolasmaduro
PERANG KARTEL NARKOBA - Kolase foto dari X/@realDonaldTrump dan Instagram Presiden Venezuela, Nicolas Maduro @nicolasmaduro, Selasa (26/8/2025). Presiden Venezuela tantang balik Donald Trump, sesumbar bahwa AS tidak akan mampu menginvasi negaranya meski Washington meningkatkan tekanan terhadap Maduro dengan mengerahkan kapal perang, ribuan marinir, dan aset militer ke kawasan Karibia serta Amerika Latin, Senin (25/8/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mampu menginvasi negaranya.

Kalimat tegas itu ia lontarkan di tengah meningkatnya ketegangan setelah Washington mengerahkan delapan kapal perang, satu kapal selam nuklir, dan lebih dari 4.500 tentara ke Karibia Selatan.

Dalam pidatonya di hadapan pasukan, Maduro menyatakan Venezuela siap mempertahankan kedaulatan di tengah tekanan Amerika Serikat.

Bahkan ia bersumpah bahwa Venezuela terus menjunjung integritas teritorialnya.

“Tidak mungkin mereka bisa memasuki Venezuela. Hari ini, kita lebih kuat dari kemarin. Hari ini, kita lebih siap untuk mempertahankan perdamaian, kedaulatan, dan integritas wilayah,” ujarnya, dikutip dari AFP, Jumat (29/8/2025).

Kalimat Maduro bukan sekadar ucapan emosional, melainkan strategi politik, militer, dan diplomatik yang sarat makna.

Di satu sisi, ia ingin menunjukkan keteguhan Venezuela mempertahankan kedaulatan, dan di sisi lain, pernyataan itu juga menjadi alat untuk menggalang dukungan rakyat serta simpati internasional.

Kronologi Perseteruan

Akar perseteruan ini sebenarnya sudah lama bersemi. Hubungan kedua negara memburuk sejak Washington menolak mengakui kemenangan Maduro dalam pemilu 2018 yang dianggap penuh kecurangan.

Amerika Serikat kemudian mendukung tokoh oposisi Juan Guaidó sebagai presiden interim, langkah yang memicu krisis politik berkepanjangan di Caracas, ibu kota Venezuela.

Baca juga: Maduro Marah, AS Kerahkan Kapal Perang & Ribuan Marinir Hadapi Kartel Narkoba ke Perairan Venezuela

Perseteruan kian memanas pada 2020 ketika Departemen Kehakiman AS menuding Maduro dan sejumlah pejabat tinggi terlibat dalam jaringan narkoba internasional bernama Cartel de los Soles.

Washington bahkan menawarkan hadiah hingga 50 juta dolar bagi siapa saja yang berhasil menangkap sang presiden. 

Sejak itu, gesekan terus berlanjut. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS memperparah kondisi Venezuela yang telah lama dilanda krisis.

Namun di tengah ketegangan ini, Pemerintah Maduro justru mempererat hubungan dengan Rusia, Tiongkok, dan Iran sebagai penyeimbang dominasi Amerika.

Titik panas terbaru terjadi pada 29 Agustus 2025, tepatnya ketika Amerika Serikat mengumumkan operasi militer besar-besaran di Karibia dengan alasan pemberantasan narkoba.

Caracas memandang langkah ini sebagai ancaman langsung terhadap kedaulatan negara.

Sementara Maduro, yang menggantikan tokoh sosialis Hugo Chavez sejak tahun 2013, menuduh Trump berupaya melakukan perubahan rezim di Venezuela.

Venezuela Ambil Sikap, Kerahkan Kapal Perang

Sebagai langkah awal, angkatan bersenjata Venezuela mengirimkan kapal perang dan pesawat nirawak (drone) untuk melakukan patroli intensif di sepanjang garis pantai.

Langkah ini dimaksudkan untuk mengawasi pergerakan armada laut AS yang disebut semakin mendekati perairan teritorial Venezuela.

Drone digunakan untuk memperluas jangkauan pengawasan, sekaligus memberi data real-time kepada markas militer guna mencegah potensi pelanggaran batas wilayah.

Tak hanya itu, Caracas juga menurunkan 15.000 tentara ke perbatasan Kolombia.

Pemerintah menyebut pengerahan pasukan darat tersebut bertujuan menindak perdagangan narkoba lintas batas dan menekan aktivitas kelompok kriminal yang beroperasi di kawasan perbatasan.

Upaya tersebut dipandang sebagai sinyal ganda, melawan ancaman eksternal sekaligus menunjukkan kemampuan menjaga stabilitas dalam negeri.

Maduro dalam pidatonya menegaskan bahwa Venezuela kini berada dalam kondisi “lebih siap daripada sebelumnya” untuk menghadapi segala bentuk ancaman.

Ia menegaskan pengerahan militer bukan sekadar demonstrasi kekuatan, melainkan bagian dari strategi pertahanan menyeluruh untuk melindungi rakyat, kedaulatan, dan integritas wilayah.

Situasi ini menunjukkan bahwa Caracas tidak tinggal diam menghadapi tekanan Washington.

Dengan kekuatan laut, udara, dan darat yang digerakkan serentak, Venezuela ingin memastikan bahwa invasi militer asing meskipun hanya berupa manuver ancaman akan dijawab dengan langkah tegas di lapangan.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved