Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Perkenalkan Rudal Neptune Terbaru, Versi yang Lebih Besar dan Mematikan

Ukraina memamerkan rudal buatan dalam negeri terbarunya, Neptune, yang diklaim memiliki jangkauan 1000 km.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi Ukraina/X@StratcomCentre
RUDAL BUATAN UKRAINA - Foto yang diunggah oleh Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi Ukraina pada 25 Agustus 2025, memperlihatkan rudal buatan dalam negeri bernama Neptune, yang diklaim memiliki jangkauan 1.000 kilometer. 

TRIBUNNEWS.COM – Ukraina memamerkan versi terbaru dari Neptune, rudal jelajah buatan dalam negeri, seperti dilaporkan Business Insider.

Rudal jelajah adalah jenis peluru kendali yang dirancang untuk terbang rendah untuk menyerang target darat atau laut dengan presisi tinggi.

Neptune sebelumnya berhasil menghancurkan kapal perang Rusia dan berbagai target lainnya.

Video yang dipublikasikan pada Minggu (24/8/2025) oleh portal senjata pemerintah, Zbroya, menunjukkan model Neptune yang tampak lebih besar, lebih canggih, dan lebih mematikan dibandingkan versi awalnya.

Selain Neptune, dalam video tersebut juga terlihat sejumlah senjata produksi dalam negeri lainnya.

“Untuk mandiri, Anda harus kuat. Dan yang kuat adalah mereka yang memiliki senjata,” tulis Zbroya di media sosial, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Ukraina.

R-360 Neptune diproduksi oleh Biro Desain Luch, perusahaan pertahanan Ukraina. 

RUDAL BUATAN UKRAINA - Tangkap layar video dari akun Instagram portal senjata pemerintah Ukraina, Zbroya, menampilkan peluncuran rudal di lokasi yang tidak disebutkan di Ukraina. Ukraina memamerkan rudal buatan dalam negeri terbarunya, Neptune, yang diklaim memiliki jangkauan 1000 km.
RUDAL BUATAN UKRAINA - Tangkap layar video dari akun Instagram portal senjata pemerintah Ukraina, Zbroya, menampilkan peluncuran rudal di lokasi yang tidak disebutkan di Ukraina. Ukraina memamerkan rudal buatan dalam negeri terbarunya, Neptune, yang diklaim memiliki jangkauan 1000 km. (Instagram @zbroyaua)

Awalnya, senjata ini dirancang sebagai rudal antikapal berbasis rudal Kh-35 era Soviet, sebelum kemudian dimodifikasi agar mampu menyerang target darat.

Versi awal rudal jelajah Neptune memiliki jangkauan sekitar 321 kilometer.

Namun, Kyiv dilaporkan mulai mengembangkan versi peningkatan di tengah invasi besar-besaran Rusia.

Mantan Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, tahun lalu menyatakan bahwa amunisi tersebut sedang dimodifikasi untuk menjangkau jarak lebih jauh dan memperluas produksi massal.

Baca juga: Zelensky: Ukraina Kini Gunakan Senjata Buatan Sendiri untuk Serang Rusia, Tidak Perlu Izin Amerika

Pada Maret lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa rudal jelajah terbaru, yang ia sebut sebagai “Long Neptune”, telah lulus uji coba dan berhasil digunakan dalam pertempuran.

Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi (SPRAVDI — Stratcom Centre), platform pemerintah Ukraina, juga merilis foto rudal antikapal Neptune dengan jangkauan 1.000 kilometer pada Senin (25/8/2025).

Menurut Business Insider, rudal tersebut kemungkinan besar merupakan model yang sama seperti terlihat dalam video Zbroya.

Ukraina sebelumnya telah menggunakan rudal Neptune dalam sejumlah serangan strategis terhadap Rusia, termasuk penenggelaman kapal penjelajah Moskva, kapal andalan Armada Laut Hitam Rusia.

Selain itu, Neptune juga digunakan untuk menghantam baterai pertahanan udara, fasilitas minyak, dan infrastruktur militer lainnya.

Rudal Flamingo

Selain Neptune, Ukraina memperkenalkan rudal jelajah baru pada awal bulan ini.

Rudal tersebut diberi nama Flamingo, yang diklaim mampu membawa hulu ledak seberat 1.000 kilogram dan memiliki jangkauan sekitar 2.897 kilometer — sekitar tiga kali lipat dibandingkan jangkauan Long Neptune.

Zelensky menyebutkan pekan lalu bahwa rudal Flamingo akan mulai diproduksi massal pada Februari 2026, yang nantinya akan menambah kekuatan Ukraina dalam kategori senjata jarak jauh.

Mengutip Newsweek, jurnalis foto Efrem Lukatsky dari The Associated Press menerbitkan foto rudal Flamingo di media sosial pada 18 Agustus 2025.

Foto tersebut, diambil dari sebuah pabrik pertahanan di Ukraina.

Flamingo dikembangkan secara lokal oleh perusahaan Ukraina, Fire Point.

Menurut pihak Kyiv, rudal ini diperkirakan memiliki jangkauan hingga 3.000 kilometer.

Flamingo juga dikenal dengan sebutan FP-5, dengan hulu ledak seberat lebih dari satu ton, ujar Fire Point.

Media Ukraina melaporkan bahwa rudal ini memiliki waktu terbang sekitar empat jam, dengan kecepatan maksimum sekitar 950 km/jam dan lebar sayap enam meter.

Rudal Flamingo diberi nama seperti itu karena awalnya ada kesalahan dalam pengecatan.

Baca juga: Flamingo, Rudal Game Changer Ukraina: Jangkauan 3.000 km, Mampu Tembus Jauh ke Dalam Rusia

Rudal itu diberi cat warna merah muda seperti Flamingo, tetapi akhirnya kesalahan itulah yang membuat rudal itu mendapat julukan Flamingo, menurut laporan AP.

Fire Point mengeklaim saat ini mampu memproduksi satu rudal Flamingo per hari.

Namun perusahaan menargetkan peningkatan produksi tujuh kali lipat pada Oktober mendatang, kata Iryna Terekh, Kepala Produksi Fire Point, kepada AP.

“Pada Desember, kami akan memiliki lebih banyak rudal seperti ini,” kata Zelensky kepada wartawan dalam pernyataan terpisah.

“Produksi massal akan dimulai pada akhir Desember atau Januari–Februari mendatang.”

Zelensky juga menyebut, Flamingo sebagai rudal paling sukses Ukraina saat ini.

Sementara itu, Denys Shmyhal, yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Ukraina pada Juli lalu, menyebut Flamingo sebagai senjata yang sangat ampuh, meskipun rincian teknis lebih lanjut masih dirahasiakan.

Perkembangan Persenjataan Ukraina Selama Perang

Dalam tiga tahun terakhir, kapasitas produksi senjata Ukraina meningkat pesat, tidak hanya dari sisi volume produksi, tetapi juga dalam keragaman jenis dan jangkauan perangkat keras militer yang dapat dihasilkan.

Mengutip sipri.org, pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh kemajuan teknologi terbaru, seiring meningkatnya kebutuhan inovasi akibat perang yang memaksa permintaan tinggi terhadap sistem persenjataan modern.

Salah satu kemajuan paling menonjol terlihat pada kendaraan udara nirawak (UAV).

Ukraina secara signifikan berhasil meningkatkan jumlah sekaligus memperluas variasi model UAV yang diproduksi di dalam negeri, termasuk untuk kebutuhan pengintaian, serangan, dan peperangan elektronik.

Meski demikian, upaya perang Ukraina masih sangat bergantung pada pasokan senjata Barat, baik melalui bantuan militer maupun pembelian komersial.

Rangkuman Perang Rusia-Ukraina

Mengutip commonslibrary.parliament.uk, pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan aksi militer besar-besaran di Ukraina.

Pasukan Rusia menyeberang ke wilayah Ukraina dari Belarus di utara, Rusia di timur, dan Krimea di selatan.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut operasi tersebut sebagai “operasi militer khusus” yang diklaim bertujuan melindungi rakyat Donbas serta “mendemiliterisasi” dan “mendenazifikasi” Ukraina.

Putin juga membantah tuduhan bahwa Rusia berniat menduduki seluruh wilayah Ukraina atau memaksakan kendali secara paksa.

Baca juga: Trump Menggertak, Ancam Sanksi Rusia dan Ukraina Jika Gagal Cari Jalan Damai

Namun, selama tiga tahun terakhir, pasukan Rusia telah melancarkan serangan besar-besaran ke berbagai wilayah Ukraina, termasuk menargetkan infrastruktur sipil penting seperti pembangkit listrik, jalur logistik, dan fasilitas energi.

Pada awal Oktober 2022, Rusia menandatangani perjanjian aneksasi yang menyatakan Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia sebagai bagian dari Federasi Rusia, meskipun wilayah-wilayah tersebut belum sepenuhnya berada di bawah kendali Moskow.

Pemerintah Ukraina sejak awal menegaskan tekadnya untuk merebut kembali seluruh wilayah kedaulatannya, termasuk Krimea, yang sebelumnya telah dianeksasi Rusia pada 2014.

Sementara itu, Kremlin menegaskan bahwa wilayah-wilayah yang dianeksasi tersebut akan selamanya menjadi bagian dari Rusia.

Prospek Gencatan Senjata dan Perjanjian Damai

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadikan pencapaian perjanjian damai dalam konflik Rusia–Ukraina sebagai salah satu prioritas utama pemerintahannya.

Pada awal masa jabatannya, Trump sempat menyatakan optimisme bahwa gencatan senjata dapat dicapai dalam waktu 24 jam.

Namun, pada Januari 2025, Keith Kellogg, utusan khusus pemerintahan Trump untuk Ukraina, menegaskan bahwa target realistis adalah mencapai kesepakatan damai dalam 100 hari pertama masa jabatan Trump, atau paling lambat 29 April 2025.

Sejauh ini, upaya diplomatik Amerika Serikat belum memberikan hasil yang sesuai dengan ekspektasi Presiden Trump.

Pada Agustus 2025, Trump bertemu Presiden Putin di Alaska untuk membahas pemulihan hubungan AS–Rusia sekaligus mengeksplorasi peluang penyelesaian konflik Ukraina.

Pertemuan tersebut menjadi momen pertama kedua pemimpin bertemu langsung membicarakan isu Ukraina secara mendalam.

Baca juga: Analisis Kolonel AS Drama Rusia-Ukraina Justru di Ambang Perang, Putin Anti Lihat Wajah Zelensky

Setelah itu, digelar serangkaian pertemuan lanjutan di Washington yang melibatkan Presiden Trump, Presiden Volodymyr Zelensky, serta sejumlah pemimpin Eropa.

Perundingan tersebut, dipandang sebagai langkah awal yang positif menuju potensi tercapainya perdamaian.

Namun, hingga kini masih terdapat perbedaan signifikan yang menjadi hambatan utama, termasuk soal konsesi teritorial dan syarat gencatan senjata.

Sementara itu, pembicaraan bilateral antara Presiden Putin dan Presiden Zelensky — yang oleh AS dinilai sebagai tahap krusial selanjutnya — belum menghasilkan kesepakatan konkret.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved