Konflik Rusia Vs Ukraina
Analisis Kolonel AS Drama Rusia-Ukraina Justru di Ambang Perang, Putin Anti Lihat Wajah Zelensky
Rusia dan Ukraina yang dikabarkan menuju perdamaian justru berpotensi menuju perang lebih besar menurut analisit kolonel di AS
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah drama diplomatik yang semakin memanas, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan rasa frustrasinya atas sikap Presiden Rusia Vladimir Putin yang enggan bertemu langsung dengan Zelensky.
Perang Rusia-Ukraina, yang meletus pada Februari 2022 ketika Rusia melancarkan invasi skala penuh, telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan global.
Konflik ini berakar pada ketegangan historis, di mana Rusia mengklaim wilayah seperti Donbas (daerah timur Ukraina yang mencakup Donetsk dan Luhansk, di mana separatis pro-Rusia telah bertempur sejak 2014) sebagai bagian dari pengaruhnya.
Ukraina, di bawah Presiden Volodymyr Zelensky, berupaya bergabung dengan NATO (North Atlantic Treaty Organization, aliansi militer Barat yang didirikan untuk melawan ancaman Soviet pasca-Perang Dunia II), yang dilihat Rusia sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya.
Hingga Agustus 2025, Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, dengan korban tewas mencapai lebih dari 43.000 tentara Ukraina (data hingga Desember 2024) dan lebih dari 790.000 korban tewas atau luka di pihak Rusia (estimasi April 2025).
Serangan Rusia baru-baru ini, termasuk serangan rudal terbesar ketiga dalam perang pada 20-21 Agustus, menunjukkan konflik masih jauh dari akhir, meskipun upaya perdamaian internasional terus bergulir.
India Today memberitakan, Trump pada Selasa (26/8/2025) menyatakan, Putin "enggan bertemu dengan Zelensky karena dia tidak menyukainya."
Pernyataan ini disampaikan Trump di Ruang Oval, saat ia menjawab pertanyaan wartawan tentang mengapa Putin menolak pertemuan tatap muka.
"Mengapa Putin begitu enggan bertemu dengan Zelensky? Karena dia tidak menyukainya," ujar Trump, menambahkan bahwa ia telah berbicara lagi dengan Putin setelah percakapan telepon mereka pekan lalu.
Upaya Trump untuk memediasi perdamaian tampaknya mandek. Meskipun ia menggambarkan percakapan dengan Putin sebagai "baik" dan "menyenangkan," tidak ada terobosan signifikan.
Trump mencoba mengatur pembicaraan langsung antara Moskow dan Kyiv, termasuk pertemuan puncak tiga pihak yang melibatkannya sendiri.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.280, AS Gabung Eropa untuk Beri Jaminan Keamanan
Pekan lalu, Trump menjamu Zelensky dan para pemimpin Eropa di Washington sambil menelepon Putin, dengan tujuan membuka negosiasi langsung.
Namun, Trump mengakui ketidakpastian: "Saya tidak tahu apakah mereka akan bertemu. Mungkin saja. Mungkin juga tidak."
Ia juga menyayangkan eskalasi kekerasan, seperti bom yang meledak di Kyiv, yang membuatnya "sangat marah" dan menyulitkan proses perdamaian.
Trump tidak segan memperingatkan konsekuensi jika Putin dan Zelensky tidak bertemu, seperti diberitakan The Guardian.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.