Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

8 Fakta KTT Trump-Putin di Alaska: Sambutan Karpet Merah, Minim Terobosan Akhiri Perang di Ukraina

8 Fakta KTT Trump-Putin di Alaska, mulai dari sambutan karpet merah hingga minimnya terobosan akhiri perang Ukraina.

|
Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti/Kremlin
KTT TRUMP-PUTIN - Foto diunduh dari website Kremlin, Sabtu (16/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) di Alaska pada Jumat, 15 Agustus 2025. Trump menyambut Putin yang tiba di Anchorage, Alaska, sebelum pembicaraan keduanya pada hari Jumat. 8 Fakta KTT Trump-Putin di Alaska, mulai dari sambutan karpet merah hingga minimnya terobosan akhiri perang Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Pertamuan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8/2025) atau Sabtu (16/8/2025) waktu Indonesia menyita perhatian dunia.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Trump-Putin di Alaska berlangsung di Anchorage, Alaska.

Selama lebih dari tiga tahun, tidak ada kontak langsung antara pemimpin tertinggi AS dan Rusia, menjadikan pertemuan Alaska sebagai momen diplomatik penting pascainvasi Rusia ke Ukraina.

Alaska adalah sebuah negara bagian di Amerika Serikat yang dikenal karena wilayahnya yang sangat luas,banyak pemandangan alam yang menakjubkan, dan iklim yang dingin.

Secara geografis, Alaska berbatasan langsung dengan Rusia melalui Selat Bering, menjadikannya tempat yang strategis dan simbolis.

Alaska berada di ujung barat laut benua Amerika Utara, terpisah dari negara bagian AS lainnya.

Alaska berbatasan dengan Kanada di timur dan Samudra Arktik, Pasifik, serta Laut Bering.

Negara bagian ini terkenal dengan pegunungan, gletser, dan hutan belantaranya yang luas.

Titik tertingginya, Denali, adalah puncak tertinggi di Amerika Utara.

Karena lokasinya, iklim Alaska sangat beragam, mulai dari iklim subarktik hingga arktik.

Sebagian besar wilayahnya mengalami musim dingin yang panjang dan ekstrem.

Baca juga: Di Depan Trump, Putin Tak Janji Setop Perang Rusia-Ukraina, Hanya ‘Tertarik’

Kremlin menyebut, lokasi ini sebagai pilihan yang logis dan netral, mencerminkan niat kedua negara untuk berdialog secara terbuka.

Anchorage adalah kota terbesar di negara bagian Alaska, Amerika Serikat, dan merupakan pusat ekonomi, transportasi, serta militer yang penting di wilayah utara Pasifik.

Secara administratif, kota ini dikenal sebagai Munisipalitas Anchorage, yang memiliki pemerintahan sendiri dan mencakup wilayah urban serta alam liar yang luas.

Anchorage punya julukan Kota Cahaya dan Bunga karena ribuan lampu putih kecil di musim dingin dan bunga-bunga spektakuler di musim panas.

Anchorage juga dikenal sebagai kota dengan akses langsung ke alam liar Alaska — dari gletser, pegunungan, hingga satwa liar seperti beruang dan rusa kutub.

Setibanya di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, Putin disambut secara resmi dengan karpet merah.

Sambutan hangat ini menandai nuansa baru dalam hubungan bilateral yang selama bertahun-tahun diwarnai ketegangan.

Awalnya, pertemuan ini diperkirakan akan berlangsung selama tujuh jam, namun durasinya dipangkas menjadi tiga jam dan tidak menghasilkan terobosan besar terkait konflik Ukraina.

Di tengah sorotan dunia, KTT Trump-Putin di Alaska menjadi simbol bahwa diplomasi tetap memiliki ruang, bahkan di tengah konflik yang kompleks dan berkepanjangan.

Berikut delapan fakta utama yang mencerminkan dinamika dan makna dari pertemuan tersebut:

1. Sambutan Karpet Merah untuk Putin

Putin disambut dengan upacara militer dan jabat tangan panjang dari Trump setibanya di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson.

Al Jazeera melaporkan bahwa sambutan hangat ini menciptakan suasana positif, meski negosiasi tetap berlangsung alot.

Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson (Joint Base Elmendorf-Richardson – JBER) adalah instalasi militer terbesar di negara bagian Alaska, Amerika Serikat.

Terletak di kota Anchorage, pangkalan ini memainkan peran strategis dalam pertahanan nasional AS, terutama di kawasan Arktik dan Pasifik.

Didirikan pada 2010 melalui penggabungan dua fasilitas militer: Pangkalan Angkatan Udara Elmendorf dan Fort Richardson milik Angkatan Darat AS.

Baca juga: Makna Bahasa Tubuh Donald Trump Saat Menyapa Vladimir Putin

2. Pertemuan Lebih Singkat dari Jadwal

Pertemuan yang awalnya dijadwalkan berlangsung tujuh jam, hanya berlangsung sekitar dua setengah jam.

Menurut ABC News, kedua pemimpin menyampaikan pernyataan singkat tanpa menjawab pertanyaan wartawan, menandakan kehati-hatian dalam menyampaikan hasil pembicaraan.

3. Ukraina Jadi Isu Sentral

Putin menegaskan, komitmen Rusia untuk mengakhiri perang, namun menuntut “penghapusan penyebab utama konflik.”

Trump menyebut, ada “peluang besar” menuju kesepakatan damai, tetapi mengakui masih ada poin “signifikan” yang diperdebatkan.

Dikutip dari Time, posisi Trump kini lebih condong pada kesepakatan damai menyeluruh daripada sekadar gencatan senjata, sebuah pendekatan yang sejalan dengan Kremlin namun bertentangan dengan sikap Ukraina dan Eropa.

Konflik Rusia–Ukraina berakar dari sejarah panjang keterkaitan kedua negara dan ketegangan pasca-Uni Soviet.

Pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014 dan dukungan terhadap separatis di Donbas memicu eskalasi.

Ketegangan geopolitik, terutama soal ekspansi NATO, memperdalam konflik hingga pecahnya perang terbuka pada 2022 hingga hari ini.

4. Pesan Keras dari Putin ke Ukraina dan Uni Eropa

Putin memperingatkan agar tidak ada provokasi yang bisa menggagalkan kemajuan awal.

Ia menuding pihak-pihak tertentu mencoba “menggunakan urusan gelap” untuk merusak proses perdamaian.

Al Jazeera mencatat bahwa Putin secara eksplisit menyebut adanya upaya sabotase dari pihak luar terhadap pembicaraan damai.

5. Putin Raih Kemenangan Citra

Kunjungan ini menjadi momen penting bagi Putin secara simbolik.

Sambutan resmi di tanah AS dinilai sebagai bentuk legitimasi diplomatik baru bagi Rusia.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.270, Trump Berharap Putin-Zelensky Segera Bertemu

Menurut The New York Times, beberapa analis menyebut ini sebagai kemenangan citra bagi Kremlin, yang selama ini digambarkan terisolasi oleh Barat.

6. Isu Bisnis dan Teknologi Ikut Mencuat

Meski Trump menolak membahas kerja sama ekonomi sebelum ada kemajuan damai, Putin menyebut potensi kolaborasi di bidang teknologi tinggi, eksplorasi ruang angkasa, dan Arktik sempat dibahas secara singkat.

Hal ini dilaporkan oleh LiveMint, yang mencatat bahwa isu-isu strategis non-militer mulai muncul di sela-sela pembicaraan utama.

7. Rencana Pertemuan Lanjutan

Trump mengusulkan pertemuan trilateral dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pejabat NATO.

Putin menyambut ide tersebut dengan candaan bahwa pertemuan selanjutnya bisa digelar di Moskow.

ABC News melaporkan bahwa Zelensky dijadwalkan bertemu Trump di Washington pada Senin mendatang untuk membahas hasil pertemuan dan posisi Ukraina.

8. Media Barat Skeptis

Media seperti Bloomberg dan The New York Times menyoroti minimnya hasil konkret dan transparansi.

Sementara Fox News melaporkan bahwa Trump menilai pertemuan itu sebagai “10 dari 10” menunjukkan kepuasannya meski belum ada kesepakatan nyata.

Al Jazeera juga mencatat, pertemuan ini lebih banyak menghasilkan simbolisme daripada substansi.

Putin mengakhiri kunjungannya dengan meletakkan bunga di makam para pilot Soviet di Anchorage sebelum kembali ke Moskow.

Makam para pilot Soviet di Anchorage terletak di Pemakaman Nasional Fort Richardson, Alaska.

Mereka adalah penerbang yang gugur saat menjalankan misi dalam Program Lend-Lease pada Perang Dunia II, ketika AS mengirimkan ribuan pesawat ke Uni Soviet dan para pilot Soviet dilatih serta transit di Alaska sebelum menuju Front Timur.

Pada 16 Agustus 2025, Presiden Vladimir Putin mengunjungi makam tersebut dan meletakkan karangan bunga sebagai simbol penghormatan pasca pertemuannya dengan Presiden Trump, dilansir fox13seattle.

Baca juga: Pesawat Pembom B-2 AS Melintas di Atas Kepala Vladimir Putin Saat Tiba di Alaska Bertemu Trump

Kunjungan singkat selama lima jam ini bukan sekadar simbol diplomatik, melainkan juga panggung bagi dua pemimpin dunia untuk menguji batas-batas baru dalam diplomasi global—dengan Ukraina sebagai pihak yang belum sepenuhnya dilibatkan.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved