Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Zelenskiy Dapat Dukungan NATO dan Uni Eropa Jelang Pertemuan Trump-Putin di Alaska

Zelenskiy dapat dukungan NATO & Eropa jelang pertemuan Trump-Putin di Alaska, Ukraina khawatir ditekan soal wilayah.

Editor: Glery Lazuardi
YouTube WION
TRUMP DAN ZELENSKY - Foto diambil dari YouTube WION pada Minggu (13/7/2025) memperlihatkan Presiden AS Donald Trump sedang berdiskusi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada acara NATO summit, Kamis (26/6/2025) 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mendapatkan dukungan diplomatik dari Eropa dan aliansi NATO pada hari Minggu menjelang pertemuan puncak Rusia-AS minggu ini, di mana Kyiv khawatir Vladimir Putin dan Donald Trump mungkin mencoba menetapkan syarat untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 3,5 tahun.

Trump, yang selama berminggu-minggu mengancam akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia karena gagal menghentikan perang, justru mengumumkan pada hari Jumat bahwa ia akan bertemu dengan Putin pada 15 Agustus di Alaska.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan akan bertemu untuk membahas kemungkinan mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.

Alaska dipilih sebagai lokasi karena kedekatannya secara geografis dengan Rusia dan simbolisme historisnya sebagai wilayah yang dulu dimiliki Rusia sebelum dijual ke AS pada 1867.

Tujuan Pertemuan

Trump menyebut pertemuan ini sebagai langkah menuju kesepakatan damai, meskipun ia mengisyaratkan kemungkinan adanya pertukaran wilayah antara Rusia dan Ukraina.

Putin telah menolak bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, sehingga pertemuan ini hanya bersifat bilateral antara AS dan Rusia.

Banyak pihak di Eropa dan Ukraina khawatir bahwa kesepakatan yang dihasilkan tanpa melibatkan Kyiv akan merugikan Ukraina secara teritorial dan politik.

Zelenskyy menegaskan bahwa keputusan damai tanpa Ukraina adalah “keputusan mati” dan tidak akan membawa perdamaian sejat

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Trump terbuka terhadap kemungkinan kehadiran Zelenskiy, namun persiapan saat ini hanya mencakup pertemuan bilateral.

Pemimpin Kremlin pekan lalu menolak bertemu Zelenskiy, dengan mengatakan bahwa kondisi untuk pertemuan semacam itu “sayangnya masih jauh” dari terpenuhi.

Trump mengatakan bahwa kesepakatan potensial bisa melibatkan “pertukaran wilayah demi kebaikan kedua pihak”, yang semakin memperkuat kekhawatiran Ukraina bahwa mereka akan ditekan untuk menyerahkan wilayah.

Zelenskiy menegaskan bahwa keputusan apa pun yang diambil tanpa melibatkan Ukraina akan “mati sejak lahir” dan tidak dapat dijalankan. 

Pada hari Sabtu, para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Finlandia, dan Komisi Eropa menyatakan bahwa solusi diplomatik apa pun harus melindungi kepentingan keamanan Ukraina dan Eropa.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan pada hari Minggu: “AS memiliki kekuatan untuk memaksa Rusia bernegosiasi secara serius. Kesepakatan antara AS dan Rusia harus melibatkan Ukraina dan Uni Eropa, karena ini menyangkut keamanan Ukraina dan seluruh Eropa.”

Menteri luar negeri Uni Eropa akan bertemu pada hari Senin untuk membahas langkah selanjutnya, tambahnya.

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengatakan kepada jaringan ABC News bahwa pertemuan hari Jumat “akan menjadi ujian bagi Putin, seberapa serius ia ingin mengakhiri perang yang mengerikan ini.”

Ia menambahkan: “Pertemuan itu tentu akan membahas jaminan keamanan, tetapi juga tentang kebutuhan mutlak untuk mengakui bahwa Ukraina berhak menentukan masa depannya sendiri sebagai negara berdaulat.”

Rusia saat ini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina.

Rutte mengatakan bahwa kesepakatan tidak boleh mencakup pengakuan hukum atas kendali Rusia terhadap wilayah Ukraina, meskipun mungkin mencakup pengakuan secara de facto. 

Ia membandingkannya dengan situasi setelah Perang Dunia II ketika Washington menerima bahwa negara-negara Baltik — Latvia, Lithuania, dan Estonia — secara de facto dikendalikan oleh Uni Soviet, tetapi tidak secara hukum mengakui aneksinya.

Zelenskiy mengatakan pada hari Minggu: “Akhir dari perang haruslah adil, dan saya berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung Ukraina dan rakyat kami hari ini.”

Seorang pejabat Eropa mengatakan bahwa Eropa telah menyusun kontra-proposal terhadap rencana Trump, namun menolak memberikan rincian. Pejabat Rusia menuduh Eropa mencoba menggagalkan upaya Trump untuk mengakhiri perang.

“Mereka yang bodoh di Eropa mencoba menghalangi upaya Amerika untuk menyelesaikan konflik Ukraina,” tulis mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev di media sosial pada hari Minggu.

Seorang prajurit dari Brigade Mekanis Terpisah ke-115 Angkatan Bersenjata Ukraina mengikuti pelatihan di sela-sela misi tempur di wilayah Kharkiv, Ukraina, pada 9 Agustus 2025, di tengah serangan Rusia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataan pedas mengatakan bahwa hubungan antara Ukraina dan Uni Eropa menyerupai “nekrofilia”.

Roman Alekhin, seorang blogger perang Rusia, mengatakan bahwa Eropa telah direduksi menjadi penonton.

“Jika Putin dan Trump mencapai kesepakatan langsung, Eropa akan dihadapkan pada kenyataan yang tak bisa diubah. Kyiv — bahkan lebih parah,” katanya.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1263: Trump dan Putin Akan Bertemu di Alaska Bahas Pertukaran Wilayah


Wilayah yang Dikuasai

Selain Krimea yang direbut pada 2014, Rusia telah secara resmi mengklaim wilayah Ukraina seperti Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia sebagai miliknya, meskipun hanya menguasai sekitar 70 persen dari tiga wilayah terakhir.

Rusia juga menguasai sebagian kecil wilayah di tiga daerah lainnya, sementara Ukraina mengklaim memiliki sebagian kecil wilayah Kursk milik Rusia.

Sergei Markov, seorang analis pro-Kremlin, mengatakan bahwa pertukaran wilayah bisa berarti Rusia menyerahkan 1.500 km⊃2; kepada Ukraina dan memperoleh 7.000 km⊃2;, yang menurutnya akan direbut Rusia dalam enam bulan ke depan. Ia tidak memberikan bukti atas angka-angka tersebut.

Rusia merebut sekitar 500 km⊃2; wilayah pada bulan Juli, menurut analis militer Barat yang menyebut bahwa kemajuan Rusia terjadi dengan korban jiwa yang sangat tinggi.

Ukraina dan sekutunya di Eropa telah lama dihantui oleh kekhawatiran bahwa Trump, yang ingin mendapat pujian atas tercapainya perdamaian dan berharap menjalin kesepakatan bisnis menguntungkan dengan Rusia, bisa berpihak pada Putin untuk membuat kesepakatan yang sangat merugikan Kyiv.

Mereka sempat mendapat sedikit harapan ketika Trump, setelah menekan Zelenskiy dan memarahinya secara terbuka di Oval Office pada Februari, mulai mengkritik Putin saat Rusia menggempur Kyiv dan kota-kota lain dengan serangan udara terberat sepanjang perang.

Namun, pertemuan puncak Putin-Trump yang akan datang telah membangkitkan kembali kekhawatiran bahwa Kyiv dan Eropa akan disingkirkan.

“Apa yang akan muncul dari Alaska hampir pasti akan menjadi bencana bagi Ukraina dan Eropa,” tulis Phillips P. O'Brien, profesor studi strategis di Universitas St Andrews, Skotlandia.

“Dan Ukraina akan menghadapi dilema yang sangat mengerikan. Apakah mereka menerima kesepakatan yang memalukan dan merusak ini? Atau mereka bertindak sendiri, tanpa kepastian dukungan dari negara-negara Eropa?”

Analis politik Ukraina, Volodymyr Fesenko, mengatakan pada hari Minggu bahwa kemitraan Kyiv dengan sekutu Eropanya sangat penting untuk melawan upaya menyingkirkan Ukraina dari meja perundingan.

“Bagi kami saat ini, posisi bersama dengan negara-negara Eropa adalah sumber daya utama kami,” katanya di radio Ukraina.

Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan bahwa penyelesaian melalui negosiasi kemungkinan tidak akan memuaskan kedua pihak.

“Baik Rusia maupun Ukraina, pada akhirnya, mungkin akan merasa tidak puas dengan hasilnya,” katanya di acara Fox News Sunday Morning Futures bersama Maria Bartiromo.

Latar Belakang dan Awal Mula Konflik Rusia-Ukraina

Setelah Runtuhnya Uni Soviet (1991)

Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet melalui referendum.

Hubungan awal antara Rusia dan Ukraina relatif stabil, bahkan sempat menandatangani perjanjian persahabatan pada 1997.

Revolusi Euromaidan (2014)

Terjadi demonstrasi besar-besaran di Ukraina menentang Presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia.

Yanukovych digulingkan, dan pemerintahan baru condong ke arah Barat dan ingin bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.

Rusia merespons dengan mencaplok wilayah Krimea dan mendukung kelompok separatis di wilayah Donbas (Luhansk dan Donetsk).

Invasi Skala Penuh oleh Rusia (Februari 2022)

Pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.

Serangan dimulai dengan ledakan di berbagai kota besar seperti Kyiv, Kharkiv, Odessa, dan Mariupol.

Tujuan Rusia disebut-sebut untuk “denazifikasi” dan “demiliterisasi” Ukraina, namun banyak pihak menilai ini sebagai dalih untuk ekspansi wilayah.

Faktor Pemicu Utama

Keinginan Ukraina bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, yang dianggap ancaman oleh Rusia.

Ketegangan geopolitik antara Rusia dan negara-negara Barat.

Kepentingan strategis Rusia di Krimea dan wilayah timur Ukraina, termasuk akses ke Laut Hitam.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved