Jumat, 3 Oktober 2025

Gara-gara Makan Mi Instan, Pelajar SMA Jepang Dipukuli, Sekolah harus Mundur dari Kejuaraan Bisbol

Di tengah tekanan publik yang meningkat, pihak sekolah akhirnya memutuskan mundur dari Koshien

Editor: Eko Sutriyanto
Richard Susilo
MUNDUR - Kepala Sekolah Menengah Koryo, Masakazu Hori sedang mengumumkan pengunduran diri sekolahnya dari kejuaraan bisbol antar SMA kemarin (10/8/2025). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dunia pendidikan dan olahraga Jepang digemparkan oleh kasus kekerasan di SMA Koryo (広陵高校) Hiroshima, yang berujung mundurnya sekolah itu dari Kejuaraan Bisbol Sekolah Menengah Nasional ke-107 (Koshien).

Kepala Sekolah SMA Koryo, Masakazu Hori, mengumumkan keputusan mengundurkan diri dari babak kedua dan seterusnya di turnamen tersebut.

“Kami memutuskan untuk mundur dari babak kedua dan seterusnya,” ujar Hori dalam pernyataan resmi, Minggu (1/8/2025) .

Awal Mula Kasus: Mi Instan Jadi Pemicu Kekerasan

Insiden bermula pada Januari 2025 di asrama SMA Koryo.

Seorang siswa kelas 1 dipukuli hingga babak belur oleh beberapa siswa kelas 2 hanya karena memakan mi instan yang dilarang di asrama.

Baca juga: Jet F-35B Inggris Mendarat Darurat di Jepang, Media China dan Rusia Kritik Sistem yang Rumit

Pihak sekolah mengakui peristiwa ini sebagai kekerasan, namun awalnya menyebutnya 'bukan perundungan' dan tidak melaporkannya ke polisi maupun dinas pendidikan, bertentangan dengan kewajiban hukum yang berlaku.

Kritik terhadap Penanganan Sekolah

Sikap ini memicu kritik karena dinilai sebagai bentuk penutupan informasi dan pelanggaran serius terhadap aturan pelaporan.

Bahkan, muncul dugaan konflik kepentingan karena Kepala Sekolah Hori juga menjabat di Federasi Bisbol SMA Jepang (Kōyaren).

Federasi Bisbol SMA Jepang sempat hanya memberi peringatan keras kepada SMA Koryo dan tetap mengizinkan mereka bertanding di Koshien.

Namun, fakta kasus baru terungkap ke publik saat turnamen berlangsung, memicu gelombang protes.

Tekanan Publik hingga Ancaman Bom

Setelah ayah korban dan pihak terkait mengunggah informasi di media sosial, kasus ini viral dan memicu kecaman luas.

Bahkan, sekolah menerima ancaman bom ke asrama.

Di tengah tekanan publik yang meningkat, pihak sekolah akhirnya memutuskan mundur dari Koshien — langkah yang menjadi sejarah sebagai kasus pertama mundurnya tim di tengah turnamen bisbol SMA di Jepang.

Sejumlah pengamat menilai kasus ini mencerminkan masih adanya budaya kekerasan yang dibungkus “tradisi pembinaan” di dunia olahraga sekolah Jepang.

“Tampak sekali ada konflik kepentingan, kurang transparansi, dan tidak ada tanggung jawab yang memadai di era media sosial seperti sekarang,” ungkap sumber Tribunnews.com dari kalangan profesional bisbol Jepang, Senin (11/8/2025).
 
Diskusi bisbol di Jepang juga dilakukan kelompok Pencinta Jepang. Bergabung gratis dengan kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email [email protected]

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved